"Gila, penampilan lo keren banget tadi." Puji seorang murid laki-laki pada Farhan.
Laki-laki itu merangkul bahu Farhan yang telah turun dari panggung setelah menampilkan nyanyiannya.
"Haha, apaan sih, Stev. Gue nggak sekeren itu." Elak Farhan merendah.
Teman Farhan yang bernama Steven Andersson itu menoyor pelan kepala Farhan. "Nggak usah merendah lo, cewek-cewek histeris liat penampilan lo barusan."
Farhan juga menyadari banyak murid perempuan yang antusias akan penampilannya barusan. Namun sekilas bayangan perempuan terlintas di benaknya, Farhan jadi teringat dengan murid berambut pendek yang mencuri perhatiannya. Farhan ingat jika murid itu seolah tengah menjawab lirik yang ia nyanyikan, terlihat dari gerakan mulutnya.
"Eh, gue pamit dulu ya. OSIS harus kumpul dulu sebentar." Tiba-tiba saja Steven melepas rangkulannya, kemudian berlari ke arah belakang panggung dimana sudah berdiri anak-anak OSIS yang lain.
Farhan akan membalas perkataannya, tapi seorang gadis yang tengah berjalan dengan langkah kecilnya mencuri atensinya. Bisa Farhan lihat gadis itu sedang melakukan kegiatan jual beli dengan seorang murid lain. Ia adalah sosok yang Farhan ingat, murid yang membalas lirik yang ia nyanyikan.
Farhan yang penasaran pun mendekatinya, kebetulan ketika jarak mereka sudah dekat, murid yang membeli parfum itu telah pergi. Tinggal gadis berambut pendek yang kini berada di hadapannya.
Aroma parfum yang menyengat seketika menyerang indra penciuman Farhan. Ia akui aroma parfum ini begitu harum, meski sedikit menyengat.
"Eh?" Gadis itu tersentak setelah melihat kehadiran Farhan.
Ia tak sadar dengan kedatangan laki-laki itu, bukankah ia yang tadi berada di atas panggung? Kenapa sekarang justru berdiri di depannya?
"Haha. Kaget ya?" Farhan tergelak melihat reaksinya.
"Iya, habisnya kamu tiba-tiba muncul."
"Salam kenal, gue Farhan." Kata Farhan seraya mengulurkan tangannya.
Walau sempat bingung, uluran tangan itu akhirnya disambut oleh sang lawan bicara. "Salam kenal juga, aku Zafira Elina. Kamu bisa panggil aku Zafira."
Tautan tangan keduanya terlepas ketika Zafira selesai mengenalkan dirinya.
"Oh iya, ada urusan apa kamu kesini?"
Farhan menggaruk lehernya yang tak gatal, sebenarnya ia menghampiri Zafira tanpa alasan. Refleks saja begitu. Mau Farhan membicarakan tentang balasan lirik dari Zafira juga aneh. Bukankah itu berarti Farhan sedari tadi memerhatikannya?
"Eh, itu gue mau pesan parfum lo. Kayaknya lo jualan parfum ya?"
Zafira mendongak menatap Farhan yang lebih tinggi darinya, kedua matanya mengerjap-ngerjap tak percaya. Farhan berniat untuk membeli parfumnya? Apa ia tidak salah dengar?
"Hah? Kamu mau beli parfum jualanku?" Tanya Zafira dengan wajah kebingungan.
"Iya gitu. Kan lo jualan parfum, masa gue beli donat ke lo." Canda Farhan, ia tertawa pelan di akhir kalimatnya.
Zafira meringis mendengarnya. Betul juga, mana mungkin Farhan berniat membeli donat, kan yang ia jual itu parfum?
"Gue mau pesan parfum yang baunya sama kayak yang lo pakai saat ini."
"HAH?" Zafira sedikit berteriak, dan segera menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Bukan hanya mau membeli parfumnya tapi Farhan juga memesan parfum yang baunya sama dengannya? Bisa gila lama-lama kalau seperti ini.
Karena nanti, baunya dengan bau milik Farhan akan sama?
"Dan gue mau minta nomor lo. Boleh nggak?"
—11/2/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Why We Are Strangers
Teen FictionKonon katanya, jika perempuan yang lebih dahulu jatuh cinta, maka kisah percintaan itu tidak akan berakhir bahagia. Namun Zafira Elina, gadis bertubuh pendek dengan rambut panjang sebahu itu menyangkalnya. Bukankah kisah jatuh cinta akan selalu ind...