0.1

317 23 0
                                    

Semua orang berhak memiliki perasaan dan debar dalam hati, seperti ucapan halus nya adalah seorang yang ia cintai. Namun dunia melarang ketat kepada seorang yang memiliki cinta terlarang.

"Mereka mengatai ku sebagai monster, apa kau juga berfikir seperti itu mugino?"

Laki-laki itu yang tengah menggambar pun menghentikan aktivitas nya dan melirik pada Hoshikwa Yori, "entahlah terkadang kita terlalu di hakimi oleh orang-orang."

Minato mengangkat gambaran yang telah ia selesaikan di barengi dengan senyuman nya membuat yori merasa lebih baik.

Dua bocah kecil itu sering menghabiskan waktu nya di sebuah terowongan kereta yang terbengkalai, menghabiskan waktu untuk belajar atau pun sekedar bersenang-senang.

***
*Mugino Minato

Matahari sudah terbenam sejak beberapa jam yang lalu, malam ini hanya ada bintang-bulan dan kobaran api yang membara pada bar yang berada di hujung kota. Aku menyaksikan nya bersama ibu sembari memakan es krim yang ibu beli beberapa saat yang lalu.

"Bu, menurut mu mungkin kah otak manusia di ganti dengan otak babi?"

"Siapa yang mengatakan seperti itu?" Ibu melirik kearah ku, "Tn. Hori"

Terdengar ibu menghela nafas, "akhir-akhir ini guru mengajarkan sesuatu yang aneh bukan? Jika otak manusia di ganti dengan otak babi. Mungkin mereka tidak bisa di anggap sebagai manusia lagi."

Aku termenung, ibu mulai berteriak untuk menyemangati pemadam. "Berhenti berteriak bu, bisa saja tetangga merasa bising," ibu terkekeh karena omelan ku.

Pagi ini di awali dengan keterlambatan, "aku pergi!" Ucap perpisahan sebelum aku berlari kecil keluar rumah, ibu mengejar ku dan berteriak tentang botol minum ku.

Aku melirik sekeliling, melihat beberapa murid yang baru saja datang dan berbincang kepada teman-teman mereka. Aku juga akan berbincang dengan teman ku, tapi. Tidak seterang-terangan seperti mereka.

"Selamat pagi mugino!" Sapa Hoshikawa yori dengan ceria, aku tersenyum tipis sebelum menjawab.

"Selamat pagi juga."

Mereka berjalan beriringan sambil berbincang kecil, "jam berapa kamu tertidur?" Tanya Hoshikawa yori pada mugino minato, "hampir tengah malam, kalau kamu?"

"Aku baru tertidur pukul 2 pagi," aku terkejut, "apa yang kamu lakukan hingga baru tertidur pukul 2 pagi?"

"Hanya jalan-jalan, mencari udara segar," dia tersenyum, lagi. Jantung ku berdebar merasa gejolak yang aneh.

Belum sempat aku menjawab, yori sudah di usili oleh mereka. Dengan sengaja menyenggol yori hingga dia tersungkur.

"Apa yang kau lakukan? Berbicara dengan alien?"

Aku diam, maaf yori aku tidak bisa menolong mu. Tapi syukurlah Tn. Hori datang dan membantu yori berdiri, aku lega.

Hari ini adalah hari kebersihan kelas, semua murid tengah sibuk membersihkan kelas bersama teman-teman nya. Tn. Hori datang dan menyuruh ku untuk mengembalikan alat musik,

"Ah, kida hari ini kau piket bukan? Tolong bantu mugino membawa alat musik ini ke gudang."

Kida menoleh kearah ku san Tn. Hori, "Hoshikawa yori juga sedang piket, biar dia saja yang membantu mugino. Sini biar aku pegangkan sapu mu" ucap nya ramah.

Aku dan yori berjalan beriringan, "maaf soal tadi pagi."

Yori terkekeh seraya membuka pintu ruangan yang penuh dengan alat musik itu, "kamu ini tidak ada kerjaan lain ya? Selain meminta maaf? Aku itu baik-baik aja, aku sudah terbiasa dan itu bukan salah mu."

MONSTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang