0.9

82 12 0
                                    

Saat aku terbangun dari tidur, semua tampak baru bagiku. Ini bukan rumah ayah lalu sedang di mana aku berada? Aku tidak dapat mengingat dengan benar kenapa aku berakhir di sini.

Aku terduduk dan akan segera keluar untuk melihat keseluruhan rumah, namun pintu lebih dulu terbuka, memperlihatkan wanita paruh baya yang ku kenal.

"Nenek?"

"Terimakasih tuhan, kamu sudah sadar, minum dulu yori butuh sesuatu? Mau nenek ambilkan?"

Aku menggeleng, "air saja yori haus."

Nenek mengelus punggung ku pelan, dia seperti habis menangis atau mungkin sedang menangis, aku menghapus air matanya perlahan dengan ibu jari ku.

"Nenek kenapa menangis? Apa aku baru saja terjatuh? Yori baik-baik saja nek."

"Nenek merasa bersalah sudah membuat mu tinggal bersama iblis, membuat hari-hari mu seperti neraka, menahan lapar seharian. Bersekolah dengan mereka yang tidak bisa menghargai mu, nenek sedih, seharusnya setelah kematian ibu mu, hak asuh harusnya jatuh di tangan nenek."

Entah kenapa, perasaan ku berubah menjadi emosional seperti perasaan marah yang menggebu-gebu, aku perlahan menangis.

"Aku tidak bisa mengingat apa-apa nek, kenapa ibu meninggal? Kenapa dengan ayah. Ini membuat ku marah karena aku tidak mengingat apa-apa."

Nenek memelukku, memberi ketenangan nya, mengharap harap aku akan segera mengembalikan kesadaran ku.

Nenek membawa ku bertemu dengan seorang psikolog, aku tidak mengerti banyak dengan apa yang dua wanita itu bicarakan namun yang pasti aku sedang mengidap penyakit.

"Bertahun-tahun lamanya dia menahan emosi, dan kesedihan nya dan tidak memberi ruang untuk meluapkan emosi dan kesedihan itu membuat nya mengidap penyakit bipolar, dimana seorang akan mengalami perubahan mood yang terus-menerus berubah. Mungkin akan berdampak bantahan dan perlawanan kecil saat emosi nya memuncak, dan jika dia merasa sedih dia akan berada di ambang kesedihan paling menyakitkan dan bisa saja dia melukai diri nya karena kesedihan itu sendiri. Saya mohon beri pengawas pada hoshikawa yori, saya akan lebih sering berkunjung nanti nya."

"Setelah ini, ibu pergi ke ruang resepsionis untuk mendapatkan obatnya."

Nenek memberi tahuku perlahan tentang semua, aku mulai mengerti. Aiko selalu menemani masa pulih ku, dan aku mulai merasa aneh pada diri ku. Seperti aku sedang jatuh cinta dengan seorang, namun itu bukan untuk aiko, namun laki-laki yang tak ku kenal.

Mimpi ku buruk, aku selalu terbangun dengan keringat jantung yang berdeup kencang.

***

Beranjak 2 bulan kemudian seorang berkunjung di rumah, seorang ibu dan anak laki-laki aku akan pulang setelah selesai membantu aiko mengerjakan tugasnya.

W

anita yang berumur kisaran 30 tahun itu berbicara, "Hanya mampir, dan ingin melihat kondisi yori, minato sudah merengek rindu untuk bertemu yori."

"Ada yang merindukan ku?"

Mereka menoleh serentak, debar jantung gembira. Laki-laki itu berdiri di depan ku dan berkata bahwa dia merindukan ku, siapa kah dia sebenarnya?

Aku bertanya berkali-kali kepada mugino, tentang siapa kita sebentar, dan aku baru tahu ternyata dia teman ku di sekolah lama ku. Dan dia bilang kami sering bermain bersama di gerbong kereta terbengkalai, ini agak mirip dengan semua yang aku mimpi kan.

Saat aku mengaku bahwa aku menyukai hannata aiko, jauh di lubuk hati ku berteriak penolakan, karena yang membuat ku jatuh cinta ada di hadapan ku selalu dengan segala omelan nya ketika aku tak sengaja tersandung.

Mugino, jangan memberi ku sentuhan kecil itu membuat ku semakin menyukai mu, dan aku takut kamu akan pergi meninggalkan aku ketika tahu apa yang sedang aku rasa kan pada mu.

Aiko menepuk pelan bahuku, "kenapa melamun?" 

Aku tersenyum dan menggeleng, "aku baik-baik saja perlu bantuan?" Aiko mengangguk, banyak teman kelas ku bilang jika aiko juga menyukai ku, namun harus bagaimana diri ku bersikap? Aku tak benar-benar menyukai nya.

Aiko sering kali membantu ku mengerjakan pekerjaan rumah, dan dia beberapa kali menjalankan tugas kelompok bersama ku. Tak jarang aiko memberi ku perhatian lebih, dan setelah beberapa kali ku perhatikan dia hanya begitu saat bersama ku. Tidak dengan yang lain, itu membuat ku merasa bersalah karena sudah berbohong.

Sore itu aku memberanikan diri ku untuk bertanya pada mugino secara langsung, aku lelah memikirkan sesuatu yang rumit. Aku merasa jika mugino lah yang menyukai aiko.

"Minato, seperti nya aku menyadarinya sesuatu yang beda dari kamu?"

"Seperti apa?"

"Kamu sedang jatuh cinta dengan seorang."

Dia menatap ku terkejut, aku sungguh menyukai ekspresi wajah nya namun mungkin aku tidak akan suka jawaban yang akan dia beri setelah aku bertanya, karena pasti dia akan menjawab jika dia menyukai aiko.

"Saat aku bersama aiko, aku selalu memperhatikan ekspresi mu, seperti seorang yang cemburu. Bisa ku tebak jika kamu."

"Suka ya sama aiko?!"

Ucapan ku yang sedikit keras dan penuh keyakinan itu, mugino menghela nafas berat dan menjawab, "terserah saja, ayo pulang sebentar lagi petang."

"Hei kamu serius menyukai aiko? Kenapa aiko? Apa menurut mu dia cantik?"

Aku belum puas dengan jawaban yang mugino beri, dan aku bertanya berkali-kali untuk itu. Seperti tak rela dan tidak ikhlas jika memang mugino menyukai aiko, sungguh, mungkin setiap kali aku bertanya mugino akan kesal karena pertanyaan yang sama dan ku ucap berkali-kali.

"Aku tidak menyukai aiko."

Aku memincingkan matanya, "tidak mungkin, kamu pasti bohong karena setiap aiko bermain dengan ku kamu seperti orang yang sedang cemburu."

"Aku tidak suka perempuan!"

"Sudah ayo pulang sebelum malam."

Aku mulai berdebar lagi, dan lagi. Mugino ini memang suka membuat orang berdebar ya? Setelah ini aku semakin yakin jika aku memang benar-benar menyukai mugino minato dan bukan aiko.

Dunia ku seakan membeku saat dia menggenggam tanganku, aku menatap belakang punggung nya yang berjalan di depan ku. Harus kah aku juga mengatakan apa yang sudah ku tahan? Harus kah?

"Mau kamu dulu yang mandi atau aku?" Tanya nya sesaat setelah memilah baju yang akan dia kenakan, aku masih bertengkar dengan pikiran ku dan mulai menimbang-nimbang keputusan yang akan aku ambil.

"Minato, akan kah kamu merasa risih kalau aku juga membeberkan rahasia ku seperti kamu tadi?"

Dia tersenyum dan memandang ku, mugino berhenti lah tersenyum satu dunia akan terus memuji senyum mu, aku akan cemburu.

"berbicara lah, aku akan menjaga dengan aman, karena kamu sudah mengetahui rahasia ku kan?"

"Aku selalu berpikir bahwa selama ini aku memang menyukai aiko, namun jauh sebelum itu saat aku sering memimpikan mu aku jatuh cinta secara tidak langsung, pada hal faktanya kita baru bertemu sekarang. Aku selalu menyangkal jika aku menyukai aiko karena dia selalu bersama ku, tapi ketika kamu berkunjung itu sudah tidak bisa ku tahan. Aku menyukai mu."

"Aku tahu ini semacam virus, atau mungkin ungkapan spontan mu tadi hanya lah guyonan aku tak—"

Entah bagaimana mana kelanjutan nya, dia memelukku erat, se erat-erat nya seperti dia tidak akan melepas ku setelah ini. Aku diam-diam mengambil senyum dan membalas pelukan nya.

"Aku juga menyukai mu hoshikawa yori, selalu."  Dia memberi pengakuan, aku mulai mengeratkan pelukan, dan mengharap - harap ini bukan lah sekedar mimpi, namun pernyataan yang nyata.

Aku senang cinta ku di terima dengan baik olehnya, senang ketika seluruh semesta merestui kami. Saat masih berada di dalam pelukan, itu terasa nyaman dan aman, seperti seluruh dunia menyayangi ku.

MONSTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang