Selamat datang, selamat membaca..
One shoot Stories of Blackpink...
.
.Jennie duduk di sudut café bergaya klasik di temani dengan secangkir coklat hangat,, Jennie lihat di luar sana sedang Rintik padahal waktu masih menunjukkan pukul 1 siang.
Di café ini, menu andalannya adalah kopi tapi Jennie memang tidak terlalu suka dengan kopi jadi dia hanya memesan coklat hangat.
Kenapa dia ke café itu jika dia tidak suka kopi? Dia alihkan pandangannya pada sang barista yang dengan Gerakan Keren nya meracik kopi.
Lamat-lamat Jennie pandangi wajah barista itu, matanya yang tajam seperti elang, hidungnya mancung, pipi nya tembam menggemaskan, di bingkai sempurna dengan rahang yang tegas, dan juga tambah kulitnya yang putih, tubuhnya atletis dan tinggi, sempurna.
Jennie begumam ingin berterimakasih pada Tuhan, karena menciptakan Pria itu sangat sempurna.
Ini merupakan kegiatan rutin yang ia lakukan setiap dua kali dalam sepekan, pada hari rabu dan sabtu. Lama Jennie memandangnya, Barista itu menyerahkan kopi hasil racikannya pada pelayan untuk di antar ke pemesannya.
Lalu tatapannya teralih pada Jennie, manik mata mereka bertemu, barista itu tersenyum menenangkan dan sangat manis dimata Jennie.
Oohh.. semuanya sungguh memabukkan, sudah lama Jennie menyukai barista ini, maka itu lah dia yang tidak suka kopi tapi tetap datang ke café ini. namun tampaknya barista itu tidak pernah peduli pada wanita berpipi mandu ini.
Karena pernah kala itu Jennie sesekali agresif padanya bahwa Jennie mengaku adalah pacarnya kepada sahabatnya namun ia menepis dengan kata bahwa Jennie adalah kakak sepupunya.
Padahal umur mereka juga terpaut hanya satu tahun, jika di lihat pun mungkin Jennie lebih terlihat lebih muda karena badan kecil dan wajah baby nya.
“oh sungguh beruntung sekali yang mendapatkannya, tidak hanya tampan, ia berkarisma dan juga mandiri” gumam Jennie menunduk mengambil cangkit Coklat Hangat itu dan menyeruput nya, tiba-tiba seorang lelaki datang langsung duduk di hadapannya.
“Hei Jennie!” ucapnya dengan senyuman
Jennie mendengus kenapa harus laki-laki ini sih yang duduk di hadapanku, kenapa tidak Dia saja, Pikir Jennie, Ahh. Tapi tidak mungkin.
“Kembali lah pada teman-temanmu Lim” Malas Jennie
Jennie tau jika Lim laki-laki di depannya ini memiliki perasaanya pada Jennie, sampai dia juga tau rutinitas Jennie ke Café ini setiap 2 kali dalam sepekan.
“aku tidak bersama temanku” Jawab nya sambil mengedarkan pandangan “aku kesini hanya untuk menemui mu”
“terserahlah.. lakkukan sesuka mu tapi jangan berisik” ketus Jennie
Jennie mengalihkan tatapannya pada barista tadi, tapi dia lihat sudah tidak ada, kemana dia piikir Jennie
“apa kamu tidak Lelah Jen” ucap Lim
“Maksud mu?”
“aku tau kamu menyukai barista itu kan? Tapi bahkan dia tidak pernah perduli padamu”
Benar, ucapan Lim menusuk Jennie, dia memang sudah menyukainya sejak lama dan sudah hampir lima bulan ini Jennie mencoba mengejarnya, tapi jangankan untuk di acuhkan, bahkan Barista itu pernah menyuruh Jennie pulang, atas dasar itu, Jennie hanya berani memandanginya di balik meja sudut ini.
Semua rasa itu berawal dari Jennie saat pertama kali masuk Universitas, barista itu adalah mahasiswa Tingkat akhir yang sedang bimbingan kala itu, Jennie yang dulu adalah gadis cupu dan lemah, dia membantu membebaskan Jennie dari para Pembully.