Om Lim (Chaelisa)

101 12 0
                                    

Rose x Lim

.
.
.
.
.
.
Rose pov.

Nama ku Rose, aku disini duduk melamun di depan toko yang menyediakan bangku, bukan melamunkan apa-apa melainkan aku teringat kekasihku.

Sudah setahun lamanya ia meninggalkan ku bukan karena berselingkuh namun meninggalkannya ke alam yang berbeda.

Dan aku juga tahu, obat terampuh dalam menyembuhkan ini adalah pasangan baru.

Tapi sepertinya aku belum sanggup, karena aku sungguh mencintainya.

dia, kaka kelas ku di SMA yang begitu mempesona. Lelaki pekerja keras yang cerdas dan mampu membolak balik hatiku.

Banyak kisah yang kami lalui, dia banyak mengajarkanku untuk menjadi wanita yang kuat namun feminim, juga manja.

Ya sedikit rahasia, aku ini dulu tomboy. Itu dulu sebelum masuk kuliah sekarang sudah feminim dan manja, sedikit.

Janendra Jaydev, aku biasa panggil dia Jane, laki-laki pertama yang mengajarkanku arti cinta. Namun dia lebih memilih meninggalkanku dengan cinta yang kian hari membesar.

la yang selalu mengingatkanku kalau harus selalu memberi kabar walau sesibuk apapun, ia juga yang selalu memberiku semangat ditengah-tengah guru galak dengan setumpuk tugas.

Aaa Jane~....

Aku menatap orang berlalu lalang tampak begitu bahagia tapi aku tidak bisa begini terus.

Temanku, Hyeri selalu mengingatkanku untuk mencari pasangan baru dan meyakinkanku bahwa Jane akan bangga jika aku mampu melalui ini semua.

"Aku mohon Jane, jika kamu merestui aku, berikan aku satu laki-laki yang memang pantas untuk aku temui." aku frustasi .. "Hari ini juga Jane..." Lirih ku memejamkan mata.

Aku memejamkan mataku, merapalkan kalimat Jane, jika kamu mengizinkan dan atas restu Tuhan juga ketika aku membuka mata nanti hadirkan satu lelaki yang harus aku miliki ya, Jane.

Aku menghela nafas, perlahan membuka mata. Lalu menahan nafas.

"Jane.. apakah itu dia?" gumamku menatap seseorang di ujung aku memandang.

Di penglihatanku, terdapat pria tinggi berparas tampan. Tangan kiri memegang gelas kopi khas merk tertentu dan tangan kanannya membaca tab nya, fokus matanya di tab tersebut.

"Tapi jika dilihat dia lebih dewasa dari pada aku" gumam ku "Oh.. Jane, itukah yang kamu pilih untuk menggantikanmu?" ucap ku

Sesaat lalu aku meyakinkan diri "Baiklah, aku akan menghampirinya" Aku lalu mulai bangkit perlahan menghampirinya.

BRUKK..!!

Bukan, ini bukan adegan dimana kalian jatuh saling tatap layaknya film, bukan pula adegan romansa yang jatuh saling sentuhan tangan hingga bertatapan.

Tapi ini ini benar-benar bertabrakan akibat aku berhenti di depannya sedangkan ia tetap lanjut berjalan dengan mata fokus pada layar tab nya.

akibatnya aku sedikit terhuyung sedangkan ia, kopinya jatuh tumpah dan tab nya ikut jatuh.

"Ma.. Maaf, pak" cicitku karena ia masih memungut tab dan mulai mengeceknya kembali, gerakannya terhenti lalu mendongak menatapku.

"Pak?" tanyanya dengan ekspresi tak percaya

"Eh, Om" ralatku cepat

"Om?" tanyanya lagi dengan alis terangkat membuatku tergagap seketika.

"Saya tidak sengaja, Om. Om sih jalan tidak lihat-lihat ke depan" aku mulai membela diri

One Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang