01

12 2 0
                                    

Tolong....
Tolong....
Tolong....

Samar-samar kulihat siluet lelaki yang berusaha menggapai tubuhku yang hendak tenggelam. Dan setelahnya aku tidak ingat apa yang terjadi padaku.

"Hei bangun." samar ku dengar suara lelaki. Tak lama dari itu kesadaranku mulai kembali.

Uhuk..
Uhuk...
Hah..hah..

"T-terima k-kasih." Ucapku dengan nada lirih.

"It's ok, lain kali kalau ga bisa berenang ga usah sok-sok an masuk kolam yang dalam." Ucap lelaki itu dan ia pergi.

"Sial, ternyata gua gagal mati dan bodohnya gua teriak." Ucap Alea sambil memukul kepalanya.

===============================
Nyatanya kita hanya bisa merencanakan dan rencana itu tidak selalu berhasil.~ Alea 18 Mei 2024
===============================

Alea pun memutuskan untuk kembali rumah yang menjadi neraka baginya. Baru saja ia membuka pintu dan hendak masuk ke kamarnya, tiba-tiba...

"Dari mana kamu, anak perempuan kok pulang jam segini." Ucap ayah Alea dengan nada keras. Membatah pun ga ada gunanya Alea pun hanya meminta maaf.

"M-maaf yah, Alea tadi pergi sebentar."

"Maaf katamu? Anak ga ada gunanya kaya kamu itu lebih patas buat mati!" Teriak ayahnya semakin keras. Tanpa berpamitan Alea langsung lari ke kamarnya dan mengunci pintu.

"Dasar anak ga punya sopan santun." Teriak ayah Alea untuk terakhir kali.

Pagi harinya Alea bangun untuk berangkat kuliah.

Tak ada hal yang istimewa hanya rumah yang sunyi tanpa rasa kasih sayang di dalamnya.

Alea memutuskan untuk langsung berangkat ke kampus tanpa mencari keberadaan orang tuanya.

Bukan bermaksud durhaka atau kurang aja. Namun, kedua orang tua Alea pasti sudah tidak ada di rumah. Mereka selalu berangkat ke toko pagi-pagi buta.

Kehampaan dan kesunyian tentu sudah menjadi teman bagi Alea.

Sesampainya di kampus ia langsung duduk di kursi paling belakang, dengan maksud tidak menjadi pusat perhatian.

Alea memang bukan mahasiswa yang aktif di kelas, tapi dia tergolong mahasiswa yang cerdas dan rajin.

Dua jam berlalu, tak kerasa satu mata kuliah telah Alea lewati. Dan ia bergegas untuk mengisi perutnya di kantin.

Lagi dan lagi tak ada yang spesial bagi Alea. Karena tidak mudah bergaul ia tidak memiliki pasangan maupun teman.

Tak ada yang peduli juga tentang dirinya atau latar belakang hidupnya. Bahkan ia tak yakin ada yang mengingat namanya.

Waktu sudah memasuki mata kuliah kedua dan terakhir di hari ini. Seperti biasa Alea selalu datang pertama dan ia duduk paling belakang.

Ia fokus mendengarkan dosen menyampaikan materi dan tak lupa mencatat hal yang menurutnya penting.

Setelah selesai ia bergegas kembali ke rumah, karena tak punya tujuan lain ataupun kegiatan lain.

Bosan? Tentu saja. Siapa yang tidak bosan hanya fokus ke satu hal. Tapi Alea tak bisa berbuat apapun.

Sesampainya di rumah ia disambut dengan kondisi rumah berantakan. Entah apa yang telah terjadi saat ia tidak di rumah.

Alea bergegas membereskan kekacauan ini agar tidak dipukul oleh ayahnya.

Setelah itu barulah Alea masuk ke kamar untuk mengerjakan tugas dan beristirahat.

Malam pun tiba dan Alea merasa lapar, ia turun ke dapur. Di sana hanya ada ayahnya.

"Kamu ikut ibu mu saja." Kalimat singkat yang tiba-tiba ayahnya lontarkan.

Dengan muka terkejut Alea menjawab "Kenapa ayah bilang begitu?"

"Ayah tidak kuat dengan sifat ibumu yang terlalu semena-mena." Dengan tatapan serius ayah ale mengucapkan itu.

Setelah menghela nafas panjang Alea bertanya "Apa kalian memutuskan untuk bercerai?"

"Ya." Ucap ayah Alea.

"Silahkan ayah urus permasalahan kalian, Alea akan memutuskan untuk hidup sendiri."

"Baguslah kalau begitu. Dirimu pun tak berguna." Ucap ayah Alea dan kemudian beliau pergi ke kamarnya.

See you next part🖤

A HOPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang