Matahari bari saja tenggelam meninggalkan beribu kenangan di hari yang cerah itu, saat yang tepat untuk mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah sibuk berkelana melewati hari yang panjang. Namun, berbeda dengan dua orang insan yang kini berdebat untuk saling memenangkan argumennya.
"Pokoknya aku mau debay, titik! " Ucap jiran meninggi didepan wajah frustasi sang suami
"Enggak bisa jiran! Aku gak mau kamu dalam bahaya" Joan
"Joan! Kamu lupa aku alpha hah? Aku lebih kuat dari omega" Bantah jiran tak mau kalah
"Ya karena kamu alpha aku gak mau kamu hamil jiran, kamu tolong dong ngertiin kekhawatiran ku!" Joan
"Tapi aku ingin punya anak Joan, aku pengen kayak pasangan yang lain heungg? Aku pengen keluarga sempurna" Jiran
"Jadi maksud kamu kehadiranku gak cukup buat kamu gitu? " Joan
"Enggak gitu Joan! Emang kamu gak mau punya bayi lucu? Kamu gak pengen punya penerus? " Jiran
"Enggak! Kamu udah cukup" Jawab Joan lantang
"Kamu yang cukup! Aku enggak Joan, aku juga pengen jadi ibu, hidupku belum sempurna kalau belum punya anak" Jiran
"Sekali enggak tetep enggak jiran! Apapun asal jangan punya anak, titik" Tegas Joan yang beranjak pergi dari hadapan jiran
"Terus apa maksudnya selama ini kita berhubungan intim jo? " Tanya jiran dengan air mata yang sudah membasahi pipi bulatnya
Pertanyaan tersebut sontak membuat Joan menghentikan langkahnya lalu kembali berbalik menghadap jiran dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Apa selama ini kita berdua ngelakuin itu cuma karena nafsu doang? Enggak kan? " Jiran
"Jiran? Kamu ngeraguin aku? Kamu nganggep aku nyentuh kamu cuma karena nafsu? " Tanya Joan dengan penuh gurat kekecewaan dimatanya
"Terus tujuan kita ngelakuin itu buat apa kalau kamu gak mau punya anak ? " Tanya jiran
"Oke fine, berarti bener kalau kamu selama ini nganggep aku nyentuh kamu cuma karena nafsu" Akhir Joan lalu melenggang keluar dari mansion
Jiran yang tersadar kalau ucapannya sangat keterlaluan pun segera mengejar Joan
"Joan! Joan tunggu! Maafin aku! Aku gak bermaksud ngomong kayak gitu! " teriak jiran sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil Joan, namun sayang Joan memilih menghiraukan istrinya itu dan tetap melajukan mobilnya menjauh dari pekarangan mansion.
"Joan! Joan! Enggak enggak! Maafin aku Joan! " Tangis jiran semakin menjadi saat usaha larinya tak mampu menghadang mobil Joan yang sudah melaju kencang
"Joannnnnn!! Hiks hiks maafin akuu!! " Teriak jiran histeris, sejak dulu selama bersama Joan baru kali ini Joan tidak luluh oleh air mata seorang jilandra rangkana, enigma itu pasti sangat terluka oleh ucapan yang keluar dari mulut sang istri tercintanya.
"Tn. Muda! Anda tidak apa-apa? " Tiga orang maid menghampiri jiran yang sedang berantakan, apalagi tuan muda mereka itu keluar mansion tanpa menggunakan alas kaki, biasanya Joan akan sangat marah jika badan jiran kotor sedikit saja tersentuh tanah.
"Hiks hiks joann!! " Lirih jiran yang tidak kuat berteriak lagi.
"Jiran? " Pekik seorang laki-laki yang baru saja tiba dan keluar dari mobilnya. Laki-laki itu sangat shock saat melihat sahabatnya terduduk di tanah dengan air mata yang membasahi wajahnya.
"Naran! Hiks hiks kejarin Joan! Joan marah sama aku hiks hiks, ini semua salah ku! " Jiran menutup wajahnya dengan kedua tangannya, pertanda ia sangat frustasi, naran juga sadar ketiga maid di samping jiran terlihat bingung karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, secara selama ini mereka tak pernah melihat pasangan itu bertengkar.