[02] Pertemuan kedua

150 22 0
                                        

Keesokan harinya, asa tidak mendapat tugas melukis untuk hari ini. Karena merasa bosan, akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan sekitar rumahnya. Di perjalanan, asa menatapi para remaja dengan seragam dan ranselnya yang unik dengan tujuan untuk menuntut ilmu. Asa benar-benar merindukan masa sekolahnya, tapi nasib berkata lain. Dia malah harus banting tulang bekerja dan melewatkan masa sekolahnya.

Beberapa jam lamanya, setelah gadis itu berjalan-jalan. Langit sudah menunjukan sore hari, senja akan segera tiba. Dia ingat janjinya pada anton kemarin hari, asa mengambil tasnya kemudian bergegas menuju jembatan pantai lamiron tempat dimana dia bertemu dengan anton.

Setibanya asa di tempat tujuan dengan keringat yang mengalir di sekujur wajahnya. Anton berdiri di pinggir jembatan membelakangi asa, dia sedang menunggu asa sambil menatapi awan-awan dan langit yang mulai menunjukan senja.

"Anton" Pemilik nama tersebut langsung memutar posisinya dan tersenyum senang.

"Maaf membuatmu menunggu lama".

"Tidak apa-apa" Senyum anton menatap gadis yang perlahan berjalan berdiri di dekatnya.

Mereka berdiri di pinggir jembatan tersebut sambil menyaksikan senja yang indah tersebut, dan matahari yang segera tenggelam. Walau sedikit canggung antara keduanya, tapi anton sebisa mungkin mencairkan suasana tersebut. Mereka berbincang-bincang lebih lama dari kemarin hari.

Ada canda dan tawa di antara obrolan keduanya walau asa sudah lama tidak menjalin komunikasi dengan orang lain. Tapi ternyata dia masih bisa akrab dengan seseorang, sedari kecil memang asa merupakan anak yang aktif dan cerdas, dia sangat ramah kepada siapapun dan sering membantu teman-temannya.

"Omong-omong kalau boleh tahu, kau sekolah dimana?" Tanya anton. Asa sedikit menurunkan garis lengkung yang tadi terukir di wajahnya, dia ragu untuk menjawabnya. Tapi mengenal anton yang sangat baik dari dugaannya, asa pun memberitahu.

"Aku tidak bersekolah".

Anton yang berdiri di sebelah asa, spontan langsung menoleh ke sebelahnya menatap asa. Dia terkejut dan juga merasa tidak enak menanyakan pertanyaan tersebut.

"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Aku tidak tersinggung" Peka asa sambil memberikan senyuman manisnya tahu maksud perasaan anton.

Asa mengambil nafasnya dan membuangnya.

"Bagaimana rasanya sekolah, aku rindu".

Anton menatap asa sejenak. "Menyenangkan, tapi tidak terlalu memenuhi ekspetasimu".

"Kau sangat beruntung bisa merasakan bersekolah, anton" Senyum asa. Anton terkekeh, "Kau juga sangat hebat memiliki bakat yang luar bisa seperti melukis, asa" Anton tidak mau kalah memujinya.

Tak terasa matahari telah tenggelam, dan malam gelap telah tiba. Serta udara dingin semakin menggebu-gebu membuat mereka berdua untuk segera berpamitan.

"Senang bisa bertemu denganmu lagi, asa".

"Aku juga,,, asa memberikan senyuman menatap manis ke arah anton.

apa besok kau mau menemuiku lagi disini?" Tawar asa, asa merasa nyaman dengan keberadaan anton, dia sangat senang sekali karena akhirnya mempunyai teman bercerita setelah bertahun-tahun ini.

"Y-ya? Eoh tentu saja, aku akan datang" Terimanya dengan terbelit-belit tersipu malu. Kemudian asa segera berpamitan dengan anton karena menyadari langit sudah mulai gelap dan udara mendingin.

Awalnya anton hendak ingin mengantar asa, mengingat hari sudah malam dan demi melindungi kenyaman asa. Tetapi gadis itu menolak, dia takut jikalau nanti anton bertemu dengan ayahnya. Anton akan menjauhinya serta akan bertengkar dengan ayahnya yang pemabuk.

"Aku pamit, sampai jumpa besok. Anton" Asa memberikan senyuman manisnya kepada lelaki yang berstatus menjadi teman barunya tersebut.

"Sampai jumpa, asa" Asa perlahan berjalan menjauh dari hadapan anton, setelah keberadaan asa sudah cukup jauh. Anton tersenyum malu-malu, tidak paham maksud senyuman tersebut. Yang pasti dia ingin sekali tersenyum selebar itu.

.
.
.

Anton tiba di rumahnya cukup malam, sehingga anak itu melewatkan makan malam. Anton takut akan kena omelan dari orang tuanya, dia pun berjalan ke dalam rumah dengan perlahan takut akan bertemu dengan orang tuanya, anton berjalan diam-diam tetapi langkahnya di percepat agar sampai ke kamar di lantai atas. Baru saja anton menginjakkan kaki di anak tangga ke 3, sebuah suara yang cukup berat menegurnya. Anton menghela nafasnya.

"Baru pulang?" Tanya ayah anton.

"Hehe, ayah habis dari mana? Kok tiba-tiba dateng?".

"Lewat dinding dimensi,,,

Ayah anton mendekati putra besarnya dan memulai omelannya.

seharusnya ayah yang bertanya itu!".

Anton hanya memberikan ketawa kecilnya, bocah itu di minta turun dari tangga dan menjelaskan alasannya telat.

"Ayah, aku mohon biarkan aku pulang malam. Aku mendapatkan jadwal les tambahan sepulang sekolah" Kata anton. Dengan pose tangan yang di lipat di dadanya, ayah anton hanya mengangguk-angguk.

"Ya baiklah, awas saja keluyuran. Sana makan dulu".

Anton terkejut mendengarnya, karena ayahnya semudah itu percaya. Disini anton tidak bermaksud untuk berbohong, dia juga merupakan anak yang patuh kepada orang tuanya selama bertahun-tahun ini. Dia terpaksa berbohong karena pasti ayahnya akan marah dan anton juga masih malu untuk mengatakan bahwa dirinya habis bertemu dengan seorang gadis. Anton akan jujur, tetapi tidak sekarang. Dia menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya pada ayahnya.

Anak itu segera bergegas berlari menuju kamarnya, anton menyandarkan punggungnya di pintu.

"Ayah percaya semudah itu, kacau kalau ayah tahu aku habis ketemu sama asa" Dia mengacak-acak rambutnya dan segera membanting badannya ke ranjang empuknya.

***

Gadis berambut panjang, kulitnya yang putih. Berlari-larian di sebuah tepi pantai dengan senyuman manis yang menatap ke arahnya. Gadis itu meraih tangannya dan mengajaknya berlari bersama melewati tepian pantai, sesekali mereka berdua bermain siram-siraman air. Gadis itu juga melukisnya, saat gadis itu tengah memperhatikannya untuk di lukis.

Tiba-tiba...

Kring kring kring

Alarm anton berbunyi, suara omelan ibu anton juga mulai berbahana. Anton terduduk melamun, mukanya yang masih muka bantal serta rambut yang berantakan hanya bisa mendumel.

"Aish... Ternyata cuma mimpi" Kesalnya mengacak-acak rambutnya hingga tak karuan seberantakan apalagi.

Anton mengusap wajahnya, bujang itu menurunkan kakinya beranjak berdiri menuju kamar mandi. Anton bukan tipe yang mandinya lama banget, jadi gak butuh waktu 15 menit dia sudah selesai mandi dan bersiap memakai seragam sekolahnya, hari ini anton sangat bahagia karena sore ini dia akan bertemu lagi dengan asa.

Anton turun lewatin anak tangga menuju meja makan, disitu orang tuanya berkumpul.

LAMIRON [pending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang