Part 12

53 9 3
                                    

Sebagai pemilik kemampuan supernatural, Dazai Ouka tidak terlihat seperti memiliki kemampuan itu. Mungkin karena darah yang mengalir di nadinya sama dengan sang kakak, kemampuannya pun bukanlah kemampuan yang dapat dilihat secara langsung.

Bila sang kakak memiliki kemampuan menetralkan kemampuan orang lain yang menyentuhnya atau yang dia sentuh. Ouka berbeda, kemampuannya, Another human secara sederhana dapat membalikan serangan atau kemampuan orang lain yang diarahkan padanya.

Ouka kecil masih belum dapat mengendalikan kemampuannya tersebut, karenanya emosi berperan penting saat dia masih kecil. Sebagai contoh ketika dirinya di bully oleh teman SD nya saat itu, mereka yang melempar batu ke arahnya namun mereka sendiri yang mendapat luka. Tentu batu itu mengenai Ouka, namun rasa sakit dan luka tidak dia dapatkan. Karena hal ini sering kali Ouka disalahkan karena merundung anak lain padahal kenyataannya tidak demikian.

Seiring berjalannya waktu Ouka bertemu dengan Sky, sahabat yang mengajarkannya cara mengendalikan kemampuannya ini. Butuh waktu namun Ouka berhasil mengendalikan kemampuannya, kini dia bisa mengendalikan kapan untuk mengaktifkan kemampuannya, walau tak jarang kemampuan ini aktif sendiri bila ada serangan tak disadari.

Kini Ouka keluar kereta dengan beberapa barang belanjaan yang masih selamat, dia juga harus diinterogasi seperti masyarakat lain perihal apa yang terjadi di dalam keteta.

Singkatnya setelah memberikan waktu untuk menjelaskan apa yang terjadi melalui sudut pandangnya, Ouka pun berjalan pulang.

-

Malam itu Ouka keluar balkon apartemennya dan melihat pemandangan malam Yokohama, dia melihat ke arah langit gelap tanpa bintang sembari menyeruput kopi yang baru dibuat.

Ingatan kembali pada percakapan dengan Natsume sebelum insiden pemboman terjadi. Perkataan Natsume yang terus menyarankannya untuk menemui sang kakak kembali tergiang. Bukan tidak ingin bertemu, Ouka merasa sekarang bukan waktunya.

Lagi pula mereka berdua sudah dewasa, hidup dalam jalan masing-masing sebagai individu mandiri. Ouka mungkin akan senang jika kakaknya masih dapat mengingatnya, itu sudah cukup.

Baginya, selama 22 tahun hidup di dunia ini, Dazai Osamu, kakaknya tidak lebih dari sekedar karakter manga yang dia sukai. Dia tidak ingin merubah alur cerita hebat yang penulis buat.
Dengan dirinya yang hampir selama hidup jauh dari sang kakak, ikatan persaudaraan yang kabur itu semakin terasa kabur ketika mengingat kembali masa lalunya.

"Akan lebih baik, jika kamu memang tidak nyata"
Orang-orang sering berharap bahwa karakter fiksi favorit mereka menjadi nyata, sehingga dapat bertemu secara langsung. Ouka pun pernah berpikir demikian.

Tapi...

Puluhan tahun tinggal di dunia yang sama, melihat cerita yang tidak pernah terceritakan oleh Author. Dirinya tidak lagi berharap bahwa kenangan, pengetahuan mengenai dunia ini adalah sebuah manga, tidak pernah ada. Garis kenyataan untuknya menjadi kabur.

Sebagai penggemar, Ouka menyukai Dazai Osamu karena kepribadiannya.
Namun, sebagai adik. Dia hanya berharap segala yang terbaik untuk sang kakak. Berharap terror dan kemalangan yang pernah menimpanya, hanya untuk memperkaya plot cerita, tidak di dikte oleh sebuah Manga. Atau lebih baik, tidak pernah terjadi.

Ouka terdiam cukup lama, menikmati kemerlap kota di tengah dinginnya angin malam.
Tangannya kemudian mengambil ponsel dan menekan panggilan.

Drrrttt....
Drrrttt....

"Sky... Izinkan aku berpartisipasi"

-

Dua hari kemudian,

Ouka telah menyelesaikan persiapan untuk menemui kakaknya. Entah ada dimana dia sekarang, Ouka tidak bisa menebak sampai dimana plot berjalan.

'Aku harap, belum sampai guild arc'

Setelah merapikan penampilannya di cermin, Ouka mengambil masker lali berjalan keluar, menuju kantor detektif bersenjata.

Sesampainya di depan gedung ADB, Ouka bisa melihat suasana kantor yang cukup sepi dan muram. Hanya seorang pegawai biasa yang menerima client yang terlihat, sementara anggota inti tidak terlihat sama sekali.

"Ada yang bisa dibantu?"
Tanya pegawai itu begitu Ouka berdiri di hadapannya. Senyum ramah terlihat.

"Apa ada yang bermarga Dazai?"

"Ya?"
Pertanyaan yang Ouka lontarkan membuat pegawai itu memintanya mengulang perkataannya.

"Dazai, apa ada yang marga itu di sini?"

"Ah, apakah anda salah satu yang dihutangi dazai-san?"

Kugh!

Disalah-artikan sebagai penagih hutang, Ouka terbatuk darah secara imajiner.

"Saya akan tuliskan di buku akuntan milik Dazai-san. Anda bisa beritahu saya nominal, kalau bisa dengan struk--"
"Ekhem... Berikan ini padanya"
Ucap Ouka memotong langsung perkataan si pegawai sebelum dirinya merasa lebih malu. Diletakkannya sebuah kotak yang tersegel rapi di atas meja, kemudian Ouka berbalik, hendak kabur pergi.

"Tunggu!"

Setelah cukup jauh dari gedung ADB, Ouka melepas maskernya dengan sedikit terengah.

"Aku memang tau kalau Nii-san punya banyak hutang. Tapi, sampai disangka debt colector... Ugh... Ini memalukan"

Mengetahui dalam cerita, serta mengetahui secara langsung, Ternyata sangat berbeda.

"Kurasa itu harusnya sudah cukup! Natsume tidak akan menegurku, kan?"
Kali ini Ouka bergumam sambil memikirkan wujud kucing calico milik Natsume-sensei.

"Terlepas dari itu, sepertinya ini adalah saat dimana Atsushi diculik, heem? Apa itu berarti Nii-san sedang berhadapan dengan Chuuya? Ah, aku ingin lihat!!"

Murung sudah Ouka, bahunya turun, memikirkan dia tidak bisa melihat salah satu adegan kesukaannya secara langsung.

--------------------------------------------------

Osamu Twins || DISCONNECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang