Part 9 (edited)

1K 125 8
                                    

Ketika Ouka tengah sibuk dalam pikirannya dengan menatap keluar jendela, saat itu dia tiba-tiba merasakan seseorang datang dan duduk di depannya. Hal itu membuat Ouka menolah kembali hanya untuk melihat Dazai kini berada di hadapannya. Hatinya menjerit kaget ketika melihat sang kakak duduk di depannya, menangkup wajah dengan kedua tangan. Beruntunglah dia dapat mempertahankan ekspresi datar yang dia miliki.

'T-t-tunggu! Kenapa Nii-san malah duduk di depanku?! Kenapa tidak mengganggu Riko saja?' batinnya berteriak panik namun wajahnya tetap Datar dengan sedikit ekspresif tanya yang bingung akan kedatangan Dazai di hadapannya.

"Signora~ bolehkah aku duduk di sini?" Tanya Dazai yang bahkan sudah duduk dari tadi, ingin rasanya Ouka memarahi tapi saat ini dia yakin Dazai tidak terlalu mengenalinya.

"Ha'i, kau sudah duduk" jawab Ouka perlahan, memastikan bahwa ucapannya tidak terlihat bergetar. Namun malah terdengar berbeda untuk orang lain, nada yang terdengar sangat anggun dan dingin, belum ditambah wajah datarnya membuatnya terlihat seperti orang yang sulit di dekati.

"Arigatou~" hanya itu yang Dazai Ucapkan sebelum diam memandanginya masih dengan senyum. Jujur Ouka risih dipandangi seperti ini tapi mau bagaimana lagi?

Riko datang meletakkan Kari yang di pesannya sekaligus kopi yang mungkin di pesan oleh Dazai, Waw Ouka kagum melihat kakaknya dapat memesan dengan normal.

"Arigatou" jawab singkat Ouka yang menerima pesanannya dan memakan dalam diam, sepenuhnya mengabaikan Dazai yang tetap menatapnya dengan tatapan penasaran.

Di sisi lain, Dazai merasakan perasaan familier terhadap wanita di hadapannya kini. Namun tak dapat menguak perasaan apakah ini? Jadi dia tanpa sengaja terus memandang dengan tatapan penasaran.

"Ehem, kopimu akan dingin tuan" ucap Ouka mengingatkan Dazai ketika dirinya sudah menghabiskan setengah Kari miliknya sementara Dazai seperti tidak ada di tempatnya.

"Memandangimu jauh lebih penting ketibang kopi dingin" Apa ini? Seorang Dazai Osamu menggombal tanpa iringan kata Bunuh diri? Ouka hampir tersedak jika bukan karena Table Manner kuat miliknya.

'Kenapa malah menggodaku?! Aish, Onii-san' dalam hati Ouka mendumel sambil terus memakan makanannya, sepenuhnya mengabaikan Dazai ketibang harus malu karena yang di lakukan kakaknya tersebut.

--

Ouka pamit lebih dulu ketika panggilan dari Boss atau Sky datang menyelamatkannya. Dengan ini dia dapat beralasan kerja walau sebenarnya Sky hanya menanyakan progress tugas yang baru dia berikan.

Sambil keluar Caffe membawa barangnya, Ouka sepenuhnya mengabaikan tatapan Dazai yang mengikutinya terus sampai dia menghilang di balik tikungan gang pintas.

"Sepertinya kau sedang dalam masalah?" Dari sebrang Sky berkata dengan nada tanya.
"Thanks tho, aku berhasil menghindari orang aneh" ucap Ouka begitu saja, tak ada yang tahu bahwa Ouka adalah adik kembar Dazai Osamu bahkan sahabat sekaligus bossnya ini. Tak ada yang tahu bahkan jika Ouka masih memiliki keluarga selain keluarga angkatnya yang kini sudah tiada.
"Ho! Baguslah. Mengenai progress?"
"Bisa kau sabar? Itu bukan tugas satu orang tahu, deadlinenya masih lama kan?" Decak Ouka kesal karena terus ditanya perkembangan tugas yang diberikan.
"Ya, Deadlinenya masih lama, tapi kau kerjakan kan?"
"Tentu, sudah dulu aku sedang di jalan pulang"

Dengan itu Ouka mematikan sambungan telpon secara sepihak.

--

Sementara Dazai memandangi kepergian Signora (Nyonya) tadi dengan wajah bertanya-tanya sebelum panggilan di handphonenya berbunyi.

"Oi Dazai, dimana kau?" Tanya Kunikida di sebrang telpon berteriak. Tak perlu untuk mengaktifkan speaker ketika suara Kunikida saja sudah besar.

"Dibawah~" jawab Dazai santai, dia maksud adalah Uzumaki Caffe yang memang tepat berada di lantai bawah bangunan ini.

Osamu Twins || DISCONNECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang