3. Pain or pleasure?

837 42 4
                                    

Tags : Mature Content 🔞


"Hia, sakit.."

"Bagian mana yang sakit?"

"Disini, sakitt.." Sea membusungkan dadanya.

Jimmy mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti maksud Sea. Sementara itu, Sea menunjuk ke area dadanya, mencoba memberi tahu Jimmy dengan cara lebih spesifik tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya. Jimmy terdiam sejenak mencerna maksud Sea sebelum akhirnya paham, kondisi yang normal ketika seseorang yang tengah hamil mengalami nyeri di bagian dadanya.

"Sini, aku periksa."

Jimmy menyingkap baju Sea dengan sebelah tangannya, tangannya yang lain menyentuh puting susu milik sang istri, hal itu otomatis membuat sang empu mendesis pelan. Payudara Sea tampak semakin membesar dari biasanya karena perubahan hormon seperti peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen yang menyebabkan payudaranya menjadi lebih sensitif dan terasa nyeri saat hamil, itulah kenapa Sea merasa kesakitan dan risih saat ini, terutama di bagian putingnya, ditambah lagi ketika jari Jimmy membuat gerakan memutar setelahnya di area yang sedang menegang itu, Sea tampak berusaha menahan dirinya agar tidak bereaksi berlebihan.

"Ahhh.."

Shit! Jimmy menelan ludahnya sendiri, akhirnya desahan yang berusaha Sea tahan lolos juga. Pikiran Jimmy seketika menjadi liar setelah mendengar suara laknat tersebut keluar dari mulut sang istri. Jimmy mendongak, menetap Sea dengan nafas tercekat, tangannya yang menganggur bergerak menuntun Sea berbaring kembali di kasur, kemudian sebelahnya lagi masih aktif memilin puting Sea dan sesekali memberikan remasan samar-samar di payudaranya. Ah, Jimmy jadi terangsang melihat ekspresi Sea yang berada di bawahnya.

"Ahh, Hia."

"Ya, sayang. Apa masih terasa sakit?"

Jimmy menatap mata istrinya, wajah cantiknya tampak sayu saat itu.


"I-iyaahh." Jawab Sea terbata-bata.

"Ini hal biasa, kita hanya perlu meredakan nyerinya." Tutur Jimmy, tingkahnya layak seorang Dokter yang tengah memberikan diagnosis pada sang pasien, tapi pasien kali ini lebih spesial bukan? Jimmy berencana akan merawatnya dengan cara yang berbeda.

"Bagaimana caranya?"

"Begini."

"Ahhhh!" Sea memekik, tangannya yang lembut menjambak rambut Jimmy saat mulut pria itu menyelimuti sebelah putingnya dan menghisapnya sedikit kencang. Itu sakit, tapi juga nikmat di saat yang bersamaan.

Sea menggeliat gelisah, tangannya terus menarik helaian rambut Jimmy semakin kuat. Pikirannya ingin sekali menghentikan suaminya, namun tubuhnya meminta sebaliknya, terlebih lagi ketika lidah Jimmy menjilat-jilat kecil putingnya, Sea hampir tidak sanggup mengekspresikan bagaimana rasanya. Dia tidak mengerti kenapa tubuhnya tiba-tiba memanas.

"Ahh.. Hiaaa.."

Jimmy tiba-tiba menghentikan aktivitasnya, dirinya beralih memperhatikan wajah Sea yang tampak parau, terlihat berantakan dan sangat menggairahkan baginya bagai sebuah mahakarya indah yang hanya bisa di nikmati secara pribadi. Disisi lain, Sea merasa sedikit kecewa pada suaminya tersebut, barusan itu nyaman sekali, Jimmy bisa melihat bagaimana matanya memohon diperlakukan seperti tadi lagi. Pria tampan itu kemudian menyunggingkan senyuman tipis, sepertinya dia punya sesuatu yang menyenangkan di pikirannya.

"Masih sakit?" Tanya Jimmy sekali lagi, dibalas anggukan cepat oleh Sea.

"Sudah, ini akan membaik sebentar lagi." Ucap Jimmy santai.

Saat Jimmy ingin beranjak, Sea meraih lengannya berusaha menahan Jimmy dengan menjual raut wajah memelas. Walaupun sebenarnya putingnya benar-benar masih sakit, tapi tampaknya itu bukan lagi jadi masalah bagi Sea.

"Hia."

"Hm?"

"Lagi."

"Lagi?"

"Lakukan seperti tadi, lagi."

"Seperti apa?"

Sea di buat frustasi, dia tidak cukup bodoh untuk mengetahui bahwa Jimmy sedang berpura-pura saat ini. Jimmy tau pasti mau pria cantik itu.

"Panggil Papa."

"Hah?"

"Panggil aku Papa."

"Apa-apaan?"

"Ya sudah."

Jimmy hendak bangkit, namun dengan gerakan cepat Sea menariknya agar kembali ke posisi semula.

"Papa."

Jimmy berusaha menahan senyumannya. Demi Tuhan, dia ingin sekali memakan Sea sekarang juga saking gemasnya.

"Apa? Barusan kamu bilang apa?"

"Papa!"

Jimmy terkekeh dibuatnya.

"Ya, ada apa Mama?"

"Hia, cukup. Maluuu."

Sea menutup wajahnya sendiri menggunakan kedua telapak tangannya, Jimmy benar-benar mempermainkannya. Mendengar bagaimana pria tampan itu tertawa puas membuat Sea bersumpah akan membalasnya di lain kesempatan.

"Sea."

Sea sedikit terperanjat mendengar Jimmy memanggil namanya dengan tone Alpha-nya, Jimmy menarik tangannya yang menutupi wajahnya yang bersemu. Entah kenapa tiba-tiba Sea marasa Jimmy terlihat begitu tampan dari bawah. Namun Sea dikejutkan dengan suatu hal yang membuat matanya sampai melotot menatap Jimmy. Suaminya tersebut tengah menggesekkan kejantanannya di pahanya, dia tegang!

"Hia?"

"Ya, sayang?"

"Apa yang Hia lakukan?"

"Apa yang aku lakukan? Kamu yang mulai."

"Hia, nanti.."

"Tidak masalah sayang, percaya padaku."

Jimmy mengelus perut Sea yang sudah membesar untuk menenangkannya. Kehamilan Sea kini telah menginjak usia 5 bulan, mereka bahkan tidak pernah bercinta sejak mengetahui kehamilannya. Jimmy benar-benar tidak tahan kali ini, dia sudah bersabar cukup lama karena Sea terlalu takut setiap kali ia meminta jatahnya. Disisi lain, Sea juga tidak tega melihat Jimmy yang sudah sering kali menerima penolakan darinya, tapi jujur saja dia masih sangat takut.

"Jangan dimasukkan ya?"

Jimmy mengangkat sebelah alisnya. Ayolah, tawaran macam apa itu? Di sana bagian yang dia tunggu-tunggu. Tapi siapa sangka sepersekian detik kemudian pria tampan itu menyetujuinya? Ternyata dia tidak kehabisan akal, Jimmy punya rencana.

"Baiklah."

Sea tersenyum, melingkarkan kedua lengannya ke leher sang suami dengan penuh semangat, tapi tanpa dia sadari, Jimmy punya maksud lain kali ini. Pria itu maju, menyatukan bibir keduanya, memulainya dengan kecupan lembut yang semakin lama semakin menuntut. Posisinya masih diatas Sea, sebelah tangannya Jimmy ia gunakan untuk menumpu tubuhnya sendiri agar tidak menindih sang istri, sementara tangannya yang lain membuka kancing piyama Sea dalam posisi mulut keduanya yang masih berpagutan.

Ciuman Jimmy turun kepipi, leher, hingga tulang selangka Sea. Memberikan jilatan-jilatan intens ke setiap inci kulit yang dia lewati, sampai pada bagian menonjol berwarna merah muda kecokelatan itu, Ahh keduanya akan gila sebentar lagi.

Jimmy bangkit, membuka kaos yang dikenakannya hingga terpampang tubuh atletis miliknya. Lengan kekar itu menarik Sea agar duduk di pangkuannya, Jimmy meloloskan piyama tidur milik Sea dari tubuhnya, celana Sea juga turut di peloroti hingga dalamannya oleh Jimmy, kemudian tubuhnya di rebahkan kembali oleh sang suami. Jimmy menjilat bibir bawahnya sendiri, tatapannya bak seekor harimau yang sedang menargetkan mangsanya, dia terlihat sangat lapar.

Yang lebih muda malu-malu, dia full naked dengan perut buncit yang berhadapan langsung dengan Jimmy, Sea takut Jimmy kurang nyaman melihatnya. Tapi bahkan reaksi Jimmy terhadap tubuhnya justru berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan oleh Sea.

"Kamu seksi sekali, sayang." Jimmy benar-benar mengaguminya, wajah nafsunya begitu ketara. Jimmy tengah berdialog dengan dirinya sendiri tentang bagaimana cara agar tubuh istrinya bertahan seperti ini selamanya? Dia terlihat dua kali lipat lebih seksi dari biasanya. Dada dan bokongnya semakin besar, begitu juga body-nya menjadi lebih berisi. Jimmy jadi tidak sabar ingin menghancurkannya.

Sea membalas tatapan Jimmy dengan sayu.

"Ahhh, Hiaaa.."

Desahan itu kembali terdengar saat mulut Jimmy kembali menyelimuti puting Sea, diikuti telapak tangan kasarnya yang meremas dada sang istri. Gigitan kecil dari Jimmy menciptakan rasa ngilu yang menyenangkan, membuat Sea kecanduan ingin merasakannya lagi, lagi, dan lagi.

Slrup..

"Ahhh, ouch aahhh.."

Mulut Jimmy turun, menjilati dan membubuhkan kecupan lembut ke tubuh sang istri, tak terlewatkan pula perut buncitnya yang Jimmy puja itu, hingga berhenti di area selangkangan Sea. Kedua paha sang istri ia buka hingga terlihat lubang kecil merah muda kesayangannya. Sea hanya bisa pasrah setiap kali Jimmy menyentuh bagian tubuhnya. Seperti sekarang, dimana entah sejak kapan pria tampan itu melepaskan celananya, kini dapat Sea rasakan penisnya yang besar berurat itu tengah menggesek paha dalamnya secara langsung.

"Ahh.."

"Ouhh.. fuck!"

Desahan berat Jimmy membuat bulu kuduk Sea berdiri. Bagaimana bisa suaminya itu tanpa malu menggesekkan kejantanannya di lubangnya tanpa berniat meloloskannya kedalam? Kini rasa takut Sea berubah jadi perasaan ingin dipuaskan yang menggebu-gebu. Sialan, Jimmy mengerjainya!

"Hiaahh.. ahhh.. apa yang Hia lalukan?"

"Sesuai permintaanmu, tidak boleh dimasukkan bukan?"

"Kenapa di sanahh?"

"Memangnya kenapa? Kan tidak di masukkan?"

Fakta baru yang Jimmy temukan tentang kehamilan Sea, ternyata tubuhnya menjadi lebih sensitif dari biasanya, terlihat dari lubangnya yang sangat basah dengan cairan precum keluar begitu banyak dari penisnya, Jimmy yakin sekali istrinya tersebut sangat tidak sabar untuk semuanya. Jimmy dengan tingkah nakalnya berinisiatif menggenggam penisnya sendiri, lalu menabrak-nabrakkan penisnya ke pintu lubang Sea yang telah basah, sesekali Jimmy putar kepala penisnya di cincin lubang Sea. Sea dibuat gila oleh Jimmy, tangan pria cantik itu meremas lengan Jimmy dan menatap matanya sedikit kesal.

"Hiaahh.."

"Ya, sayang?"

"Masukkanhh.."

"Lho? Tadi katanya jangan dimasukkan?"

"Hiaa, tidakhh lucu.."

"Aku tidak sedang melucu."

Sea sangat kesal, sempat-sempatnya dia bertingkah dalam kondisi seperti ini, jika saja penis Jimmy tidak sememuaskan itu, sudah lama Sea mencincangnya menjadi beberapa bagian menggunakan pisau. Salahkan Jimmy yang duluan menggodanya sampai Sea harus menelan ludahnya sendiri, rasanya tiba-tiba ada setan dalam dirinya yang ingin sekali dimasuki penis si dokter menyebalkan itu sekarang.

"Papaa.."

Jika kalian berpikir Jimmy adalah yang paling nakal, ya itu memang benar. Tapi untuk urusan ranjang, Sea tak kalah nakalnya. Terbukti dengan sikap Jimmy yang kini tiba-tiba mematung, barusan dia bilang apa? Papa? Sepertinya dia punya mainan baru. Pria tampan itu menggigit bibirnya sendiri saat merasakan telapak tangan sang istri mengambil alih penisnya. Jari jempol Sea bergerak membuat gerakan memutar di lubang kencingnya, oh my God! Jimmy merasa pening.

"Mama.." lirih Jimmy dengan suara beratnya dan wajah yang sayu, nafsunya kian memuncak, Jimmy mendekatkan dirinya pada Sea hingga nafas panasnya menerpa wajah pria cantik yang berhiaskan seringaian nakal itu. Jimmy mengaku kalah, ia akan mengikuti permainan Sea kali ini.

Jemari lentiknya lihai bermain di penis sang suami, Sea mengocok milik Jimmy sampai dia kelimpungan. Sudah lama tidak dilayani membuat Jimmy juga sama sensitifnya.

"Ahh.. Mama, lebih cepat sayang."

Permintaannya tidak digubris, Sea justru bangkit dan malah mendorong tubuh Jimmy agar terlentang dihadapannya. Sea naik keatas tubuh Jimmy dan kembali mengocok penisnya disana.

"A-ahhh.."

Sea menempatkan lubang pantatnya diatas penis Jimmy, menggenggam benda keras yang tengah mengacung itu, kemudian memasukkannya kedalam lubangnya secara perlahan. Anggaplah Sea sok kuat sekarang, nyatanya untuk menerima penis Jimmy saja dia kewalahan. D isisi lain, Jimmy terlihat frustasi menanti gerakan Sea yang menurutnya sangat lamban, dengan tidak sabarannya pria itu menaikkan pinggulnya menghentakkan penisnya kedalam lubang sang istri hingga masuk seluruhnya.

"AHHH HIAAA!"

Sea merasakan sakit di bagian pantatnya, tubuhnya terasa dibelah dua, untungnya perlakuan Jimmy barusan tidak mempengaruhi perutnya. Dimana janjinya yang akan pelan? Sea bahkan hampir tumbang jika saja Jimmy tidak menahannya.

"SAKIT!"

Sea meneriaki Jimmy, dia terlihat sangat marah.

"Maaf sayang."

"Jangan seperti itu, nanti anaknya kenapa-kenapa bagaimana?"

Sea dengan wajah cemberutnya ingin menangis, namun dengan sigap Jimmy mengubah posisi mereka kembali, pasti sulit untuk Sea jika harus berada diatasnya dengan berat badannya yang sekarang. Dia menidurkan Sea dibawahnya tanpa melepaskan penisnya dari lubang kawin sang istri. Bibir pria tampan itu kembali mengajak bibir Sea bertukar rasa satu sama lain sebentar sebelum melepaskannya dan beralih membubuhkan kecupan-kecupan kecil diperut buncit Sea.

"Kamu pasti terkejut, maafkan Papa ya, Mamamu terlalu seksi, Papa jadi tidak sabar." Jimmy berbicara seolah bisa mengajak bicara bayi yang ada dalam kandungan Sea.

"Sakit, Hia."

"Aku minta maaf sayang."

"Jangan begitu lagi."

"Iya sayang, aku janji. Apa sudah lebih baik? Bisa aku gerakkan sekarang?"

"Hum." Sea mengangguk.

Jimmy mulai menggerakkan pinggulnya, dikecupnya kening sang istri dengan penuh kasih sayang. Sambil bergerak pelan, tangan Jimmy mengusap-usap paha Sea. Ia membungkukkan tubuhnya mengajak sang istri beradu lidah kembali.

"Mhh, ahhh.. cup.. ah-mmm.."

"Ouh.. shh.."

Jimmy mendesis setiap kali Sea tak sengaja mengetatkan lubangnya.

"Ahh.. hmmhh.. Hiaaa.."

Sea mendorong dada Jimmy saat dirinya kekurangan pasokan oksigen, Jimmy tak membiarkannya mengambil nafas dalam ciuman mereka.

"Ini yang tadinya minta tidak aku masukkan, hm?"

Sea tidak menjawab ucapan Jimmy, otaknya tidak lagi berfungsi dengan benar. Bahkan untuk merangkai kata saja dia tidak sanggup. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan kalimat-kalimat apresiasi untuk permainan sang suami.

"Hiaaa.. Ahh, Jimmy!"

Sea terlonjak saat merasakan penis Jimmy terlalu dalam menjaungkau dirinya. Dadanya membusung, tangannya bertumpu di kedua bahu Jimmy saat merasakan sensasi berbeda tersebut.

Sea kewalahan, semakin lama Jimmy semakin tak terkontrol, decitan suara ranjang mulai nyaring akibat gerakan sang suami yang terkesan tak sabaran. Pria itu semakin melebarkan paha Sea lalu meletakkan kakinya di pundaknya, perlakuan tersebut membuat penisnya otomatis masuk semakin dalam.

Jimmy selalu terlihat sangat tampan di momen seperti ini, Sea sangat suka memandangi wajah penuh nafsu Jimmy dibalik selangkangannya, melihat bagaimana pria itu frustasi setiap kali ia mengetatkan lubangnya, Sea semakin tak berdaya, ditambah lagi dengan tusukan di bagian bawahnya, dia rasa siapa saja bisa mati kenyamanan hanya dengan pesona Jimmy saat ini.

"Ahh.. fuck! Ouh, sayang.. ssh.."

"Ahhhh Hiaa.. ha-ahhh.. ah.. ah.. ah.. ahhh.."

Tubuh Sea kini terhentak-hentak bersamaan dengan gerakan Jimmy yang dipercepat, lubangnya semakin gatal dan penis besar milik Jimmy semakin kuat menggaruknya, rasanya benar-benar gila.

"Hiaa.. ohh.. pel-ahh.. pelannhh haaa.."

"Nikmat sekali sayang, ouhh.."

"Ahh.. Hiaaa-ahh.. ahhh.. Sea ma-mau, AHHH!"

Currr..

Sea meremas bantal di kepalanya, pinggulnya terangkat, jari-jari kakinya melengkung dan spermanya tumpah mengenai perut Jimmy dan dirinya. Pria tampan itu terkekeh menyaksikan pantat istrinya bergetar saat mengeluarkan cairannya.

"Hia, Sea lelah.."

"Aku belum keluar sayang."

Aktivitas mereka masih terus berlanjut hingga pukul 5, Jimmy menyelesaikan semuanya hanya dengan sekali keluar. Berbeda dari biasanya, kali ini Jimmy tidak berlebihan dalam permainannya, semuanya dia lakukan dengan lembut sesuai permintaan Sea.

Kini, keduanya tengah berpelukan di dalam selimut dengan kondisi tubuh masih full naked. Suara sesapan dan kecipak basah dari mulut keduanya menggema di ruangan tersebut, Sea kini tengah berbaring disebelah Jimmy sembari memakan bibir sang suami, lengan Jimmy ia jadikan tumpuan kepalanya dan tangannya sibuk meraih pipi Jimmy untuk menarik Jimmy supaya lebih dalam lagi menciumnya.

"Mhhh.."

Sea tersenyum begitu ciuman itu terlepas, begitu juga Jimmy, keduanya saling melemparkan tatapan hangat bak remaja yang tengah di mabuk asmara, perasaan bahagia menyinari keduanya bak matahari pagi saat itu.

"Apa aku setampan itu?"

Pertanyaan Jimmy barusan membuat Sea merubah ekspresinya seketika, kenapa tiba-tiba dia jadi sangat percaya diri?

"Tidak sama sekali."

"Hm? Benarkah sayang? Lalu mengapa kamu selalu merindukan wajah yang tidak tampan sama sekali ini?"

"..."

"Jawab aku sayangku. Katakan padaku bagaimana kamu bisa sangat bernafsu pada pria yang tidak tampan sama sekali ini?"

Jimmy terkekeh, dia teringat dulu ketika sebelum keduanya menikah, saat mereka masih dalam masa pendekatan, dimana memang Jimmy dan Sea adalah hasil perjodohan orang tua mereka. Sea sangat malu padanya saat itu, dia sama sekali tidak berani berbicara buruk apalagi melawan padanya. Jimmy adalah tipikal pria cuek yang super sibuk, berbanding terbalik dengan Sea dulu, anak tersebut saat itu masih berkuliah dan lebih suka menghabiskan waktunya untuk melakukan hobby-nya dan sisanya bermalas-malasan.

Ketika Sea pertama kali bertemu Jimmy, dia sangat canggung setelah mengetahui bahwa Jimmy berusia 9 tahun lebih tua darinya, ditambah lagi pria tersebut bisa dibilang sudah mantap dan Sea rasa remaja sepertinya apakah cocok bersanding dengan Jimmy? Di sisi lain, Jimmy berpikir Sea anak yang biasa saja saat itu, tidak ada yang menarik darinya, terlihat seperti bocah ingusan yang membosankan, namun pada akhirnya dia tidak mau ambil pusing karena perjodohan itu juga permintaan orang tuanya sejak lama, lagi pula dia juga tidak memiliki kekasih saat itu. Tapi siapa sangka setelah pernikahan mereka berjalan beberapa minggu, ketertarikan diantara keduanya mulai ada, sampai pada titik dimana keduanya mengakui perasaan-perasaan rindu, cemburu, sayang dan akhirnya menyatakan cinta.

"Jika dulu aku tau hidup bersamamu akan sebahagia ini, aku pasti sudah lama menerima perjodohan yang dilakukan orang tua kita."

"Sea masih ingat dulu, waktu Hia tidak mau mencium Sea di hari pernikahan kita."

"Aw, sayang. Itu kan sudah lama, kenapa diungkit lagi?"

"Iya, tapi saat itu Sea sedih sekali, Hia tau? Setidak suka itukah Hia pada Sea saat itu? Kita kan bisa berpura-pura, tapi kenapa Hia menolak mentah-mentah saat memasuki sesi itu didepan banyak orang?"

"Asal kamu tau, saat itu aku memandangmu masih sangat dini untuk menikah, kamu bahkan tidak menyelesaikan studimu untuk menikah denganku, aku merasa tengah merusak masa depan seorang anak."

"Tapi aku berusia 19 tahun saat itu?"

"Itu belum bisa dikatakan dewasa sayang, anak seusiamu saat itu tengah belajar, mendapatkan banyak pengalaman diluar sana, memiliki kekasih, kemudian bersenang-senang Menikah membuatmu melewatkan semuanya, kamu harus menerima beban dimana kamu bertanggung jawab terhadap seseorang, yaitu aku, suamimu dan sekarang kamu juga harus siap dengan sebuah nyawa yang dititipkan di dalam dirimu. Banyak hal yang aku pikirkan saat itu sebelum menyetujui semuanya, aku tidak mengkhawatirkan diriku, tapi kamu."

"Hiaa.."

Air mata Sea lolos ketika mendengar penuturan Jimmy barusan, dulu Jimmy terlihat cukup sulit menerima kehadirannya, namun ternyata pria itu punya alasannya sendiri.

"Sayang.."

Jimmy menyeka air mata dari pipi istrinya.

"Kamu adalah keputusan yang aku ambil dengan keterpaksaan, namun tidak akan pernah aku sesali. Sekarang, aku bahkan tidak punya alasan untuk tidak menerima dan mencintaimu Sea, kamu adalah alasan terbesar aku bahagia saat ini."

"Berjanjilah Hia tidak akan meninggakan Sea."

"Aku sudah mengucapkannya di hari pernikahan kita."

"Tapi waktu itu Hia tidak sungguh-sungguh!"

"Aku memang belum jatuh cinta padamu saat itu, tapi untuk sumpah yang aku ucapkan, aku tidak pernah bermain-main dengan itu."






Note : For my readers, aku menerima kritik dan saran dari kalian, silahkan komen/DM. Thank u sm for reading, voting and commenting on my story. I hope u like this story, and always have a good day, na.

Lose Bonds [ JimmySea ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang