Chapter 1

2.1K 101 10
                                    

Seorang pemuda baru saja masuk ke rumah kecil miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pemuda baru saja masuk ke rumah kecil miliknya. Sepertinya dia sangat lelah setelah seharian berkeliling untuk mencari kerja.
"Bang.. gimana?" Tanya adik perempuannya.

"Abang baru masukin lamaran ke beberapa perusahaan. Semoga saja ada panggilan kerja secepatnya. Kamu sudah makan?"

Dita menggelengkan kepala, karena memang dia tidak pegang uang sama sekali. Raga coba merogoh sakunya. Masih ada uang disana, 20 ribu.

"Uang abang tinggal ini. Ini cukup nggak untuk beli makan kamu sama ibu?" Sembari menyerahkan lembar hijau pada Dita.

"Dita belikan beras saja ya bang.. biar bisa makan semua. Untuk lauknya seadanya, di rumah masih ada 2 telur kok. Nanti biar Dita masak" ucap Dita.

"Ya sudah terserah kamu, yang penting kamu dan ibu tetep makan. Nanti abang coba usaha lagi ya.."

Hidup di Jakarta tidak serta merta bisa menjadikan seorang sarjana mudah mendapatkan pekerjaan. Lihat saja Raga, dia lulusan dengan nilai terbaik, seorang sarjana ekonomi. Namun, hingga saat ini masih belum mendapatkan kerja. Padahal saat ini dia sangat membutuhkannya, ibunya sakit gagal ginjal. Yang setiap minggunya harus rutin cuci darah. Tentu saja dia harus punya penghasilan yang besar untuk membiayai ibunya.

Raga hidup dengan ibu dan adiknya. Adik Raga seharusnya sudah waktunya kuliah. Namun keterbatasan biaya yang membuatnya harus rela menahan keinginannya. Dulu, Raga bisa kuliah karena beasiswa dan ibunya masih bisa kerja karna belum sakit seperti saat ini. Raga cukup cerdas sehingga dia sering mendapat keringanan dari kampusnya. Berbeda dengan Dita yang tidak sepintar Raga. Dia cukup tahu diri, sehingga dia lebih memilih untuk menjaga ibu di rumah.

Untuk menyambung hidup mereka selama Raga belum mendapat pekerjaan. Raga ambil pekerjaan apapun yang dirasa menghasilkan uang halal. Driver ojek online, driver delivery food, pelatih karate, pelayan kafe, dan pekerjaan lainnya. Selama itu pula, hanya cukup untuk makan dan beli obat ibu di apotek. Ibu bahkan belum pernah cuci darah. Karena penyakit ibu semakin hari semakin parah, Raga terus berusaha untuk mencari kerja walau dia tahu belum tentu hasilnya sesuai yang dia inginkan.

Dita baru saja sampai rumah, uang 20 ribu itu cukup untuk membeli beras satu liter dan satu mie instan. Dita segera ke dapur untuk memasak. Sedangkan Raga, dia mandi karena tubuhnya sangat lengket setelah seharian keliling kota.

Setelah mandi, Raga ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan mengecek ponselnya. Namun notifikasi iklan pada portal berita itu membuat Raga tertarik. Dia buka iklan tersebut, dengan bermodal keyakinan. Raga coba klik tautan (link) yang tertera. Dia input beberapa persyaratan yang diperlukan.

"Bismillah.. semoga saja ini rezeki ibu.." ucap Raga.
Dia klik 'send' tanpa berharap banyak namun dia tetap berusaha optimis.

Dita pun sudah memanggilnya.
"Bang.. ayo makan.. makanannya sudah jadi.." teriak Dita.

DIPTA [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang