Chapter 4

1.4K 105 6
                                    

Raga sudah menunggu momen itu sejak lama, sejak ia ucapkan kalimat ijab kabul, namun terhalang hingga hari ini datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raga sudah menunggu momen itu sejak lama, sejak ia ucapkan kalimat ijab kabul, namun terhalang hingga hari ini datang.

Tatapan mereka saling beradu, jantung pun berdegup lebih cepat berkali kali lipat. Cessa terlihat begitu gugup, ruangan ber AC itu tiba-tiba membuatnya berkeringat dan pipinya memerah bagai tomat.

Raga tersenyum melihat istrinya tersipu malu. Sebenarnya dia pun merasa gugup, karena baginya ini juga pengalaman pertama, apalagi mereka sama-sama tidak pernah pacaran.

Raga membelai pipi mulus yang sudah berubah warna menjadi merah padam itu.
"Merah sekali sayang.." ucapnya menggoda Cessa.

Cessa seketika kelabakan merespon sentuhan itu. Cessa yang cerewet itu tiba-tiba menjadi pemalu sekali.

"Jangan tegang sayang.. kalau kamu belum siap, tidak apa kok.. kakak tidak memaksa. Emm.. kita kembali fokus nonton aja ya.." Raga tersenyum begitu manis pada Cessa. Dia tidak ingin membuat Cessa tertekan, jadi dia tidak akan memaksanya jika bukan Cessa sendiri yang mengiyakan.

Mendengar kalimat yang Raga ucapkan, membuat Cessa merasa bersalah. Dia raih lengan suaminya ke dalam dekapannya.

"Kak Raga.. Apa itu sakit?" Tanya Cessa polos.

Raga tersenyum gemas mendengar pertanyaan itu dari Cessa.

"Kaka juga ga tahu rasanya sayang.. yang pasti, kalaupun sakit itu tidak akan lama. Kaka juga akan melakukannya dengan lembut" jawab Raga sebisa mungkin agar Cessa tidak takut melakukannya.

"Kak.. Cessa ga pernah melakukannya, jadi Cessa ga handal dalam hal itu. Jangan ketawain Cessa ya kak. Tapi Cessa udah belajar kok, katanya kalau sakit tidak apa teriak 'ahh' " lagi-lagi Cessa mengucapkan kalimat polos yang justru membuat Raga tertawa gemas dengannya.

Raga mengikis jarak antara dirinya dengan Cessa. Tatapan mereka benar-benar bertemu, hanya berjarak beberapa centi tanpa penghalang. Raga memiringkan kepalanya, dan menempelkan bibirnya pada bibir ranum nan kenyal milik Cessa. Raga melumatnya dengan lembut, satu tangan Raga masih berada di pipi Cessa dan satunya lagi berada di tengkuk leher Cessa.

Cessa refleks memejamkan matanya dan menikmati lumatan intens dari suaminya. Ciuman yang awalnya hanya sekedar lumatan itu menjadi semakin dalam, Raga menghisapnya hingga membangunkan rasa aneh yang semakin menggebu diantara mereka. Tangan Cessa memeluk Raga dan meremas piama yang Raga kenakan. Meski Cessa tidak pandai dalam berciuman, namun dia mulai membalas hisapan Raga. Ciuman itu semakin dalam dan begitu panas. Keduanya sudah sama-sama bergairah.

Tanpa melepas pagutan bibir mereka, Raga melepas cepolan rambut Cessa hingga terurai. Gadis imut itu berubah menjadi lebih sensual dengan rambut panjang terurai. Raga menggigit kecil bibir ranum Cessa hingga Cessa mengerang dan sedikit membuka mulutnya.

"Argghhh.." Cessa mengerang.

Melihat Cessa membuka mulutnya, Raga tidak akan menyiakan kesempatan itu. Lidah Raga menelusuri rongga mulut Cessa dan menjamah seluruh isinya. Saat bertemu dengan lidah Cessa, seketika lidah Raga membelitnya dan ciuman itu semakin panas dan menggairahkan,

DIPTA [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang