ꦱꦺꦭꦩꦠ꧀ꦗꦭꦤ꧀

24.3K 1.3K 290
                                    

"Setidaknya kami pergi dengan pamit."

Dua hari sudah berlalu, bunga mawar putih yang Haesa lempar asal di kelas waktu itu juga sudah layu.

Dengan perlahan dan penuh kesabaran, Izana kembali mengganti air yang ada di vas bunga kaca miliknya. Ya, gadis itu memungut bunga mawar putih yang Haesa buang kala itu.

Hampir setiap sore Surabaya selalu di guyur hujan. Membuat sebagian aktivitas masyarakat terpaksa di tunda karena enggan berbasah-basahan.

"Jare gak seneng Haesa, kembange kok dirawat sampek rupane uwelek ngono," cibir Iqela pada Izana. Gadis yang saat ini menyelimuti seluruh tubuhnya itu menatap Izana dengan tatapan mengejek. (Katanya nggak suka Haesa, bunganya kok dirawat sampai warnanya jelek gitu,)

Izara yang tengah bermain game pou di samping Iqela menyahut, "seneng, nunggu wayah'e tek halalno ae iku," (suka, nunggu saat dihalalkan aja itu,)

Keduanya sama-sama tertawa dengan lelucon garing yang mereka buat sendiri, sementara orang yang dibuat lelucon hanya acuh.

Jujur saja, pikiran Izana saat ini benar-benar tidak tenang. Tadi, Izana sudah meminta Meyna untuk menghubungi Haesa, karena cowok itu sudah dua hari mendaki namun tak kunjung kembali. Sayangnya, sampai sekarang Meyna masih belum memberi kabar apapun.

Perihal tentang acara mendaki Haesa dan teman-temannya, semua perempuan anggota Pencari Mayat sudah tau hal itu. Ivena yang menceritakan semuanya.

Setelah mengganti air bunganya, Izana berniat meletakkan bunga itu kembali ke meja belajarnya.

"IZANA!"

Suara nyaring dengan ketokan pintu yang begitu brutal, berhasil mengejutkan Izana. Untung saja gadis itu memeluk erat vas bunganya, jika tidak, mungkin vas itu pasti sudah pecah.

"IZANA, BUKAK!" teriak Meyna.

Izara berlari ke arah pintu, gadis itu membuka pintu kamarnya dengan kasar. Tangannya berkacak pinggang, matanya melotot, mulutnya siap untuk mengomeli Meyna.

"Me----"

"Gunung Tuban longsor, Za!" teriak Meyna, memotong ucapan Izara.

Gadis itu langsung menerjang tubuh Izara, tanpa berniat menggubrisnya sama sekali.

Langkah lebarnya berlari ke arah Izana yang masih terdiam sambil memeluk vas bunga. Meyna memegang kedua pundak Izana, mata gadis itu sudah berair, "gunung Tuban longsor, Za," ucapnya pada Izana.

Menatap heran ke arah Meyna yang menangis, Izana berucap, "gunung di Tuban itu banyak, jangan berlebihan,"

Ivena memberhentikan acara mengajinya setelah mendengar ucapan Meyna, gadis itu meraih laptop yang ada di nakasnya. Berniat mencari informasi terkait longsornya gunung yang ada di kota Tuban.

Setelah menemukan beberapa informasi, Ivena dengan segera menghubungi Papanya.

"Ven, gak mungkinlah arek Pencari Mayat mendaki gunung kui, gak usah berlebihan," tegur Izana, saat mendengar Ivena menghubungi Papanya.

Pepohonan di lereng, tebing, gunung, atau bukit berfungsi untuk menyerap air agar mencegah erosi tanah. Jika sebuah area, terutama area lereng dan tebing tidak memiliki cukup pepohonan, akan menyebabkan terjadinya tanah longsor.

ZFC (Kita Semua Berhak Sembuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang