Page xiii

1.2K 110 26
                                    

Julian melangkahkan kaki pada satu kamar yang didalam hidupnya gak pernah dia pikir bakal masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Julian melangkahkan kaki pada satu kamar yang didalam hidupnya gak pernah dia pikir bakal masuk. Benar, kamar Asher. Selesai berbincang tadi Asher mengajak Julian ikut ke kamarnya, tidak lebih untuk berbincang. Dia malu kalau diliat sama bunda dan ayahnya.

"Wangi," gumamnya begitu masuk ke dalam. Ia menggerakan bola matanya untuk melihat sekeliling. Sebanyak yang dia bisa.

"Duduk dimana aja enaknya. Maaf ya berantakan." Bohong banget. Menurut Julian ini ada kamar terapih yang pernah dia masuki. Sstt! Mungkin karena kemarin malam baru Asher beresin.

Julian tidak duduk. Dia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk melihat ruang pribadi milik pujaan hatinya. Dia melangkahkan kaki untuk berkeliling, melihat segala rupa benda yang ada disana. Pandangannya jatuh pada beberapa bingkai foto berisikan anak kecil yang gemas.

Asher kecil.

Lucu sekali.

Gemes banget.

Rasanya ingin Julian bawa pulang semua bingkai tersebut. "Ini boleh dibawa pulang sebagai cendramata gak?" Julian bertanya sambil menolehkan kepalanya, ia juga menunjuk bingkai foto sebagai benda yang di maksud.

Wajah Asher memerah. Dia tertawa mendengarnya. "Aneh-aneh aja. Cendramata itu kan yang istimewa, apalah istimewa nya foto gitu."

Alis Julian mengerut. "Loh? Ini istimewa banget. Bingkai yang isinya foto-foto manusia tergemas sedunia mana mungkin gak istimewa sih? Kalau di lelang kayaknya laku mahal," pastinya aku sebagai sang pembeli. Lanjutnya dalam hati.

"Apasih!" Asher cemberut dengan wajah memerahnya, dia malu denger Julian yang terang-terangan memuji.

Julian terkekeh. Ia melangkahkan kaki untuk mendekati Asher yang sedang duduk dipinggir ranjang. Dia menekuk kakinya hingga kini sejajar dengan sang pujaan. "Thanks for inviting me here."

Asher berkedip-kedip. "Duduk Ju.." ujarnya yang melihat Julian berlutut didepannya.

Julian mengabaikan suruhan tersebut, dia malah nyeletuk satu ajakan yang bikin Asher tambah berdebar.

"Asher, izin ayah sama bunda udah dikantongin. Jadi gimana kalau kita pacaran sekarang?"

* * *

Waktu sudah petang dan Julian baru sampai di garasi rumahnya. Dia baru saja menapaki kaki disana setelah seharian berada diluar. Sudah ada satu motor dan satu mobil lain di dalam garasi, pastinya milik sang papah dan abang nya.

"Terang banget itu aura wajah? Habis bertapa dimana lo?" Celetuk Marvel.

Padahal adiknya itu baru selangkah di dalam rumah. Tapi benar kata Marvel, wajah Julian memang terlihat lebih ceria daripada biasanya. Seolah dia telah mendapat satu hal yang paling berarti.

[✓] A to J | nomin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang