Ikhlas dan patuh

401 2 0
                                    

Anggar menatap bingung ke arah rumah berwarna hijau di hadapannya. Beberapa kali mengecek nama berserta alamat yang di berikan oleh temannya.

Jalan buntu gang 0, bacanya berulang kali dalam hati. Anggar melihat plang papan nama di sudut jalan.

Tiba-tiba pintu gerbang terbuka dari dalam. Penampakan horor menyerbu ke dalam otak kecil Anggar yang pada dasarnya penakut.

"Cari siapa?"

Pria setengah baya berdiri dengan rokok mengepul di tangan, "Pak Sembodo," jawab Anggar jernih mirip air mengalir di selokan.

"Saya sendiri, ada perlu apa ya."

Secarik kertas di berikan dengan ragu, Sembodo mengamati sekilas lalu mengangguk tanpa mengambilnya.

"Ayo masuk, bawa ke dalam saja motornya."

Pintu gerbang di buka lebih luas. Motor kesayangan terpaksa di masukan walau Anggar enggan melakukan tapi mengingat tujuannya. Iapun mengikuti.

bum!

Terdengar pintu gerbang di kunci, Anggar cepat berbalik dengan pandangan penuh tanda tanya. Sembodo berikan senyuman khas penuh seperti layaknya teman, "Di sini banyak orang ingin tahu, ayo masuk."

Sembodo lebih dulu masuk ke dalam. rumah tersebut diikuti Anggar yang celingukan melihat keseluruhan.

Tidak banyak perabotan di dalamnya. Satu karpet tebal dan meja di tengah-tengah ruangan yang mirip ruang tamu.

"Silahkan duduk."

Anggar meletakan tas ranselnya di samping, "Perkenalkan nama saya Anggar."

"Keperluannya...."
"Rejeki saya seret."
"Selain itu..."
"Saya selalu gagal membina hubungan dengan lawan jenis. Apakah saya bisa mendapatkan pendamping yang sepadan?"
"Usia?"
"35 tahun."

Sembodo memperhatikan Anggar tajam seperti menilai dengan tajam. Anggar merasa gelisah.

"Apakah bisa?"
"Bisa."
"Apakah ada persyaratan tertentu?"

Sembodo mengambil gelas di meja, menuangkan air kedalam dengan tenang. Anggar bingung melihatnya.

"Pak..."
"Minum dulu, pasti haus. Perjalanan di sini sangat jauh dari mana-mana."

Gelas di sodorkan, Anggar terpaksa meminumnya dengan cepat. Air di gelas seketika hilang dari gelas.

"Pak..."
"Ada tiga syarat tapi saya tidak tahu, apakah nak Anggar mau memenuhi dengan ikhlas dan patuh."
"Ikhlas dan patuh?"
"Ya!"
"Asalkan apa yang saya mau bisa saya dapatkan, saya ikhlas menjalankan."

Sembodo terdiam.

Anggar memperhatikan khawatir, "Apapun syarat yang bapak katakan, saya pasti lakukan,"katanya lagi.

"Termasuk menikah dengan saya?"
"Menikah?"
"Ya, menikah. Tidak terlalu lama tapi wajib di lakukan."

"Apakah tidak ada syarat lainnya?" tanya Anggar keberatan. Bagaimana bisa menikah dengan pria, yang benar saja pikirnya.

"Tidak ada."
"Pak, syarat kedua..."

Sembodo menyalakan rokok, "Syarat pertama adalah menikah dengan saya. Jangka waktunya tergantung nak Anggar bisa memenuhi kewajiban layaknya suami-istri atau tidak."

"Itu..."
"Tidak akan menggangu pekerjaan nak Anggar, percayalah kepada saya."

Anggar termenung, tak rela melakukan syarat tetapi ia sudah capek hidup serba pas makan pas buat bayar tagihan pas tarik nafas di tambah semua wanita yang di pacari, tak satupun bertahan.

My Fantasy Pet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang