Daftar-daftar pengawal dan dayang yang bisa kurekrut sudah Leila serahkan sesuai janji. Menurutnya, tak banyak yang bisa dipercaya. Masing-masing terdiri dari tujuh orang saja. Ah, angka keberuntungan diriku.
Tadi, aku sudah memanggil mereka satu per satu. Tak banyak cakap, tegas, dan kejujuran terpancar dari matanya. Setelah melakukan tes, aku memberikan pesan pada Leila untuk menyampaikan perekrutan tersebut pada Duchess Edmont.
"Nona, Tuan Jorell akan datang sebentar lagi. Biar saya bantu Anda mengenakan jubah," ucap Leila.
Di belakangnya telah berbaris tujuh pelayan baru. Ada yang memegang jubah, kain lap, obat dari Pashenka, ikat rambut, hiasan rambut, dan baki berisi perhiasan.
Sebenarnya, aku meminta mereka bekerja mulai besok. Namun semuanya bersikeras ingin memulai dari hari ini. Ya sudah, terserah orangnya saja.
Tak lama, Jorell datang. Ia mengoleskan obat dengan sangat hati-hati. Bengkaknya sudah tidak ada. Warna hitamnya juga memudar. Jorell terlihat sangat puas.
"Anda benar-benar diberkati, Nona Giselle. Saya tidak habis pikir. Orang baik mana yang memberikan obat ini untuk Anda," katanya takjub.
"Kapan aku bisa turun dari tempat tidur? Busanya sampai tipis akibat menahan beban tubuhku terlalu lama," gerutuku.
"Tiga hari. Setelah itu, Anda bisa mencoba berjalan-jalan untuk melemaskan kaki," kata Jorell yakin.
"Benarkah?" Mataku melebar saking senangnya.
"Hanya di kamar ini saja, Nona. Anda tidak boleh langsung berjalan jauh," tambah Jorell lagi.
Bahuku langsung lemas. Kalau di kamar, bukan berjalan-jalan namanya. Akan tetapi, latihan jalan seperti bayi.
"Nona, kalau diizinkan, saya ingin membawa sedikit obat ini untuk dikaji. Saya harus mengenalinya lebih dalam untuk tambahan ilmu saya," izin Jorell.
Aku mengangguk. "Bawa saja sebanyak yang kau mau. Toh, sebentar lagi aku tidak memerlukannya lagi."
"Terima kasih atas kemurahan hati Anda."
"Murah hati apanya? Kalau kemampuan Anda berkembang, artinya kami memiliki tabib terbaik seantero negeri. Usia Anda masih cukup muda untuk mempelajari banyak hal," sahutku sungguh-sungguh.
"Nona bercanda. Saya sudah punya cucu," kata Jorell sembari terkekeh. "Ah, Nona. Sebenarnya ada yang ingin saya katakan."
"Katakan saja."
"Selamat, atas perubahan yang terjadi pada diri Anda. Saya senang melihat Nona tampak lebih hidup dibanding sebelumnya. Dunia ini terlalu kejam untuk orang lemah, dan terlalu indah untuk orang kuat. Nona hanya perlu berada di tengah-tengah agar selalu merasa bahagia," tutur Jorell panjang lebar.
Senyumku mengembang. Jorell mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Bertambah lagi orang yang peduli padaku setelah Leila.
"Aku akan mengingat itu, Tuan Jorell. Terima kasih, Anda sangat perhatian."
"Ah, kemarin saya mengunjungi rumah Nyonya Audite. Ibunya terus membicarakan tentang Anda. Sepertinya, Anda harus mengunjungi beliau nanti," ucap Jorell.
Aku mengangguk sekali. "Saat sudah mampu berjalan jauh, aku akan mengunjungi kediaman Nyonya Audite."
Usai berbincang-bincang ringan, Jorell keluar dari kamar diantar oleh Leila. Sisanya membantuku membenahi selimut dan membereskan peralatan yang digunakan oleh Jorell.
Obat dari Pashenka disimpan kembali di laci. Mereka sangat berhati-hati. Tangan yang bekerja, bukan mulut. Bahkan tak ada yang berbicara satu sama lain, seolah sudah tahu bagiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Bad Husband [On Going]
ФэнтезиSetelah mati tenggelam, aku terbangun di tubuh seorang wanita lemah lembut bernama Giselle Albern. Wanita yang hidupnya dihabiskan dalam kebodohan karena menuruti apa kata suaminya yang kejam, Dariel Edmont, putra pertama Count Jarrod Edmont. Apakah...