32. Bersiap Melawan

145 24 8
                                    

"Nona, saya tidak melihat pengawal yang kita bawa dari Mansion Naga. Apa dia terluka parah sampai tidak bisa pulang ke mari?" tanya Leila.

Buru-buru kutelan daging rusa yang sangat lezat itu. Benar juga, kabar tentang pengawal yang dipulangkan belum kuberi tahu. Penyerangan, cerita ibu, serta nikmatnya makan siang hari ini membuatku lupa.

"Maaf, aku lupa memberitahu kalian." Aku mengelap mulut menggunakan lengan baju.

Leila memberikan kain, tapi aku menggelengkan kepala. "Anda harus menggunakan ini!" katanya galak.

"Tak apa!" balasku. "pengawal itu sudah kupulangkan. Tadi dia sudah diobati oleh ayahmu."

"Apa dia bisa pulang sendiri?" tanya Pashenka.

"Tidak, ada utusan datang membawa surat," sahutku.

"Surat apa?" Leila mengerutkan keningnya.

Ah, aku lupa lagi. Banyak sekali hal yang terlupakan hari ini.

"Sebentar lagi, Dariel akan bertunangan dengan Joana. Jadi sekalian saja kusuruh membawa pulang rekannya. Kasihan, tangannya patah. Dia harus diobati," ungkapku.

"Ah, begitu rupanya." Leila menganggukkan kepala, lalu membulatkan matanya. "apa?! Tuan Dariel bertunangan dengan Nona Joana? Apa mereka sudah gila?"

Aku mencebikkan bibir. Rasa lelah membuat Leila lambat berpikir. Bisa-bisanya reaksi kagetnya dijeda dulu.

"Wah!" Leila memutar bola matanya. "walaupun sudah tahu seberapa jahat Tuan Dariel dan keluarganya, saya tidak menyangka bahwa mereka akan mengadakan acara pertunangan sebelum membuang Anda. Ini benar-benar memuakkan."

Aku mengangkat bahu, acuh tak acuh. "Yah, tidak heran. Mereka kan sudah merencanakan itu sejak lama."

"Tetap saja tidak benar. Perilakunya tidak seperti orang bermoral. Nona Joana itu, bukankah dia dipungut dari tempat yang jauh? Apa di sana tidak diajarkan etika hidup di lingkungan sosial?" omel Leila.

"Kenapa kau tampak lebih marah dariku? Biarkan saja dua orang tidak berkelas bersatu." Aku menatap heran pada gadis itu.

"Tentu saja saya marah! Jika mereka melangsungkan acara pertunangan dan pernikahan saat Nona tidak di rumah, itu artinya mereka benar-benar tidak menganggap Nona! Anda dibuang! Apa saya harus berdiam diri? Wah, saya ingin terbang ke sana dan mengobrak-abrik semuanya!" murka Leila.

Aku menatap Pashenka. "Coba periksa, Pashenka. Apa dia benar-benar putrimu? Sepertinya Leila dirasuki iblis."

"Lebih dari iblis! Saya ini Satan! Satan!" Leila mengepalkan tinju. "seharusnya sebelum pergi saya campurkan dulu racun-racun ke dalam alat perias wajah Nona Joana agar dia tidak berani menampakkan diri selama bertahun-tahun. Oh, tidak, saya benar-benar menyesal."

Mengerikan sekali rencana Leila. Andai saja dia tahu, bahwa keinginanku lebih dari itu. Jangankan mencampur racun ke seluruh perias wajah yang dimiliki Joana, kalau bisa akan kuberikan kutukan pada baju-baju di lemarinya.

Mengingat diriku hampir mati karena racun yang terkandung di dalam tehnya, aku merasa kesal sekali. Saking emosinya, nyaris saja aku mengunyah tulang paha rusa yang sedang kupegang.

Untung saja mataku bisa melihat aura hitam yang keluar dari tekonya. Ah, kalau begitu kemampuan mendadak itu muncul karena aku anaknya ibu. Benar-benar sangat beruntung.

"Ternyata benar kata orang, sampah akan bertemu dengan sampah. Tuan Dariel sangat tidak layak bersanding dengan Nona yang bersinar seperti matahari!" kutuk Leila.

Wah, mulut gadis itu sangat tajam rupanya. Aku geleng-geleng kepala, sementara Pashenka terlihat menahan tawa.

"Sudahlah, Leila." aku berusaha menenangkannya. "kenapa harus merusak acara makan siang yang menyenangkan ini karena berita itu? Lagipula, bagus jika keduanya menikah saat istana tengah melakukan penyelidikan. Tenangkan dirimu."

Me And My Bad Husband [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang