malam minggu

33 8 5
                                    

dk (15 unread)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dk (15 unread)

P
ayo kluar
malming ege
17.34

P
P
P
18.08

ANJ. WOYY
LO MATI APA GIMANA?!???
19.57

Bcot
Diem sih
Gue lagi nyusun laporan
Ganggu.
19.56

heleh
ubi bakar seminggu
19.56

Gas
Jam setengah sembilan udh siap
19.59

sogok dlu baru mau
nyeh
20.00

otw nyet
20.12

..

"PERMISI!! SPADAAA!!"

dugg

"Bisa pelan gak? Lo gatau ini jam berapa?"

Yuna yang sedari tadi menunggu disebelah pager itu menggeplak kepala Dika dengan tas sampingnya.

"Anjir. Lo sejak kapan disini?"

"Mata lo burem. Udah cepettt, keburu pagi."

"Baik kanjeng ratu."

..

"Pegangan!"

"Y."

Yuna memegang pundak Dika, bukan megang sih... lebih ke nyengkram.

"ANJ- sakit woy!" Dika berjengit kedepan.

"Hehehehe, sorry. Ayo berangkat!" Ujarnya sembari menepuk punggung Dika.

Perjalanan malam ini dingin banget, membuat Dika yang sedang nyetir menggigil.

"Ngapa lo?"

"Dingin."

Karena Dika agak ngebut, jadi Yuna agak setengah denger apa yang Dika jawab, "Pingin?"

"DINGIN!!" Dika menaikan volume suaranya.

"Ohh, ya lo gegayaan gak pake jaket,"

"Mana gue tau, biasanya juga ga dingin."

"Ngeles mulu." Ada jeda sebentar sebelum Yuna bicara lagi, "Peluk gak?"

"HAH?? APA??"

Dika mah denger aja, cuman dia mau mastiin lagi kalau dia gak lagi halu...

"PELUK GAK?"

"Daritadi kek!"

"Yaudah. Gak jadi!"

"Bercanda Na... hehehe." Tangan kiri Dika lepas dari stang motor untuk mengambil tangan Yuna yang dibelakang.

Dan yah, lumayan. Udah agak anget.

"Jangan baper ya, lo!"

"Dih? Maksud kau? Gue lepas nih,"

"Jangan elah! Dingin banget ini, lo coba yang nyetir,"

"Ogah, lo yang ngajak."

🌌

"Cieee, official nih?"

"Kedelai hitam kok bisa ngomong, Ka?"

"Bamsat."

"Kasian Malik, terbully lagi~"

"Yakult diem deh."

Yoga hanya menunjukkan raut tak peduli.

"Sesama setan dilarang menghina." Dika yang sedari tadi kesal dengan mereka berdua angkat bicara.

"Waduh waduh, kayaknya kita ganggu, nih?

"Lik, ayo! Bapak Dika kayaknya ga terima banget nge-date sama ibu negara di ganggu~"

"Iya, ganggu." Enggak, bukan. Ini bukan Dika yang ngomong, tapi Yuna.

Sementara duo orang itu heboh sendiri. "Gas kali, Ka! Pj pj pj."

"Pelet ke dukun siapa, lo?"

"Gundulmu pj!" Dika melirik Malik, "Gue gak kayak lo, ya!"

"Fak lauu. Sejak kapan gue melet?"

"Duluan." Yuna berdiri dari duduk dan meninggalkan para bujang-bujang tersebut.

"Eh! Yunaa, lo sih!!" Dika menoyor kedua temannya itu.

...

"Berisik banget heran,"

"Kayak lo gak tau aja mereka kayak gimana."

Mereka sedang diparkiran bersiap untuk berangkat.

"Kenyangkan? Mau pulang, ga?"

Yuna menggelengkan kepalanya, "Nggak, gue suntuk dirumah."

Dika berpikir sejenak, "Yaudah, lo ikut gue."

.
.

"Anjay, keren ugha. Lo kok baru bawa gue kesini?"

Yuna berdecak kagum melihat pemandangan malam hari ini. Bintang, bulan dan awan terlihat jelas di langit. Apalagi lampu-lampu gedung dan mobil yang menambah kesan indah.

"Gue juga baru tau, kok."

Mereka duduk selonjor diatas rerumputan sembari menikmati angin malam hari ini. Jarang-jarang... karena hampir sebulan ini hujan terus.

"Ka,"

"Hm?"

"Gue.. tau kalau... emmm-" Yuna menjeda kalimatnya ragu.

"Apa? Jangan bikin penasaran ege."

"Sorry... Kayaknya gue udah ngelanggar janji kita,"

"Janji?" Dika mengernyit heran.

"Gue- suka sama lo." Ucap lemah Yuna diakhir kata.

Dika diam membeku mendengar ucapan Yuna barusan.

"Na-"

"Nggak usah dijawab sekarang... Gue tau apa jawaban lo," Yuna menahan untuk tidak terlalu membawa perasaan saat ini.

"Maaf... Gue cuma nggak mau mendam ini lama-lama, seenggaknya gue udah lega sekarang." Ia menatap Dika dengan sendu.

"Tolong, biarin gue persiapin diri dulu, ya?"

Dika mengangguk paham, "Okey, jangan dibuat pusing."

"Makasih."

"Gapapa, kita kan teman?"

FIN.

Hehehehe, ga happy ending dulu~
🏃‍♀️💨

Augenblick [⏯️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang