"Citra, nanti bantuin mami buat bawa kain kain yang baru, ke butik mami yaa!"
Lupi mengatakan itu sambil menghidupkan lampu di dalam kamar Citra. Memang gadis itu masih tertidur pulas ketika sang ibu sudah siap berangkat ke butiknya.
"Gak mau ah, abang aja tuh sekalian berangkat kerja."
Citra menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Citra berfikir waktu tidurnya sedikit lagi, karena ketika bangun, dia harus melakukan pekerjaan rumahnya. Menyapu, Mencuci, Memasak. Cukup melelahkan bagi Citra, makanya dia tidak mau membuang waktu tidurnya untuk tidurnya.
"Kamu kan libur hari ini sayaang"
"Yaudaa iyaa mamikuu, nanti kabarin aja kalo butuh. Yaudah sana berangkat, hati-hati mamii."
"Dasar kamu"
Ucapnya sambil menutup kembali pintu kamar Citra tanpa mematikan lampu yang dihidupkannya tadi. Tak lama dari itu, terdengar suara teriakan dari dalam kamar Citra. Dan Lupi langsung kabur dan tersenyum geli saat mendengar teriakan putrinya itu.
--------
Alarm yang Citra atur pukul 06.15 itu sudah mengganggu ketenteraman tidur nyenyaknya. Citra bangun dan mematikan alarm tersebut dan lanjut mandi.
Setelahnya dia pergi ke kamar Diah, untuk membangunkan adiknya itu untuk bersiap ke sekolah. Barulah Citra lanjut untuk membuat sarapan.
Abangnya? biarlah dia nanti juga bangun sendiri kalo lapar. Toh abangnya udah gede, masa iya masih harus dibangunin setiap hari.
"Abaaang, Diiaah. Turun lo pada, mau sarapan gak? udah siap pol ini."
"Apasih lo pagi-pagi berisik banget!"
Citra memanggil mereka dengan sedikit berteriak, yang padahal Dwim sudah otw menuruni anak tangga.
Disusul Diah dengan lari larian, biasalah anak kecil.
"Bisa diem gak lo! Jatoh ntar nangis."
Citra kembali menata piring untuk mereka sarapan bersama. Dan Diah hanya cengengesan setelah Dwim memarahinya.
Tak lama Diah sudah selesai dengan makannya, dia berpamitan kepada kakak dan abangnya itu sebelum pergi ke sekolah dengan sepeda goesnya.
"Lo mau kemana? tumben masih pagi di hari libur lo, udah rapi aja"
Ucap Dwim ketika menyadari bahwa adik pertamanya sudah mengenakan pakaian rapi. Biasanya saat hari liburnya dia hanya mengenakan hoodie dan celana pendek saja.
"Kepo banget lo, mau kencan gue. Kenapa?" Jawab Citra
Dwim melangkahkan kakinya mendekati Citra yang tengah asik mencuci piring, Dwim meletakkan piring kotor bekasnya disamping Citra.
"Heran aja gue, lo kan gak pernah mandi dan gak pernah serapi ini. Kecuali kalau mau pergi"
"Yaelaaa bang, lo bilang gitu kayak sendirinya pandai mandi"
"Nih duit buat lo, siapa tau lo lagi miskin"
Dwim mengatakan itu sambil berjalan keluar rumah aslias berangkat kerja.
Setelah terdengar suara mobil yang keluar dari pekarangan rumah, barulah Citra membalikkan tubuhnya. Yang artinya pekerjaan rumahnya juga sudah selesai.
"Wanjiirr, gue kira ngasih 500 ribu ternyata cuma 200 ribu. Tapi gak papa deh. Maaciiw abangkuuuuuh"
Sambil menciumi uang itu, HP Citra berdering di saku bajunya. Saat dilihatnya, ternyata ibu Citra. Ah mungkin maminya itu akan menyuruh Citra untuk segera kesana.
Tanpa mengangkat telepon dari ibunya, Citra bergegas mengambil kain-kain yang dimaksud sang ibu tadi pagi. Dan mencari kunci motor yang ia lupa menaruhnya diatas meja TV.
Setelah ketemu kunci motornya, barulah Citra menelpon ibunya. Menanyakan apa lagi yang dibutuhkan untuk dibawa ke butik, ternyata tidak ada. Langsung gass ke butik.
Ketika sampai di depan butik yang bertuliskan "Boutique" bernuansa putih islami. Banyak mobil berjajar parkir dengan rapi. Ouuhh ternyata ibunya ini sedang melakukan acara.
Pantas saja ibunya ini menyuruhnya untuk mengantarkan kain kain yang baru ini.
Lupi sudah menebak, kalau putrinya itu tidak akan mau membantunya. Dengan idenya yang menyuruh Citra untuk datang kesini, nanti juga dia mau kalau disuruh apapun.
"Dasar Mamii" gerutu Citra sambil melangkah masuk ke dalam butik.
---------
"Mamii, cape banget aku pliss"
Sudah yang kesekian kalinya kalimat itu yang diucapkan oleh Citra. Yang dari pagi di tempat butik ibunya tadi, hingga malam ini di depan ruang TV dirumahnya.
Lupi diam saja, ibunya itu juga merasa capek. Dia bisa saja memperkerjakan karyawannya tadi, tetapi untuk beberapa hari kedepan itu, karyawannya izin. Makanya itu, Citra lah yang menjadi sasaran ibunya.
"Cari makan diluar ayo mi, malas banget aku masak" Ajak Citra.
"Lah, bukannya kenyang tadi?" Lupi heran, pasalnya Citra tadi juga nyemil banyak disana.
"Yaudah mami aja yang masak, mau dimakasain apa? Yang simpel aja deh ya!" Kata Lupi sambil berjalan menuju dapur.
"Oh ya, panggil juga abang sama adekmu itu! Kayaknya ayah belum pulang, mobilnya gak ada soalnya."
Lupi berkata seperti itu, tadi saat di depan rumahnya memang hanya ada motor yang parkir. Yang berarti memang suaminya itu belum pulang.
"Iyaaa mamikuu"
Setelah beberapa saat selesai Lupi memasak, barulah mereka makan malam bersama. Tidak ada yang bersuara,Mereka hanya diam. Menikmati setiap suapannya, dan berperang dengan pikirannya masing-masing.
-----°-----
20 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
VIVERE
Fiksi PenggemarFOLLOW SEBELUM MEMBACA ________________________________ "Selama 4 tahun hubungan kita, gue juga udah tau kelakuan bejat lo dibelakang gue Danial" "Gue disini tetep mau nerima lo, tapi apa balesannya?" "Emang harus mati dulu ya si Bella? biar lo bisa...