Prolog - Mbak Aini

1.9K 27 0
                                    

Ɓbbbbbrrrrrrrruuuuuuuuuuudddddppppppppttttssssssssssssssssssssssssssssss.....

"Aaaah...", desah mbak Aini sambil memiringkan pantatnya ke arahku. Mangkok popcorn yang dipegangnya ia taruh bawah sofa, kedua kaki jenjangnya ia naikkan ke arahku. Mbak Aini bersandar di samping sofa. Bokongnya menghadap ke arahku, sehingga aroma kentutnya tepat mengarah ke arahku.

Fokusku menonton film teralihkan. Aku bisa merasakan hembusannya menerpa badanku, hanya berdesis pelan, silent but deadly, diam tapi mematikan. Baunya langsung menyengat hidungku.
Seolah terpanggil, aku spontan mengarahkan hidung ke pantatnya, menghirup sebanyak yang aku bisa, mengabaikan film yang dari tadi kami tonton berdua. Mbak Aini menyadari pergerakanku, mengubah posisinya menjadi menungging, menaikkan kaki dan bertumpu pada kedua lutut, memberi hidungku akses penuh ke bokong sintalnya.

Aku langsung menempelkan hidungku ke celana spandexnya
Ppppprrrrroooooooooooottttttttttthhhhhhhh
Dddddddddddhhuuuuuuuuuuuuuuttttthhhhhh
Ppppppppppppppoooooooooooottttttttttttttttttssssssssssssshhhhhhhhhhh

Tiga serangan menyerang penciumanku, menambah kedahsyatan aromanya. Mbak Aini melenguh pelan, memejamkan mata, mulutnya terbuka perlahan. Perutnya bergetar pelan, aku bisa mendengarnya.
Ppppppppppppppppppppppppprrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrreeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeettttttttttttttttttttttttttthhhhhhhhhhhhhhhhhh.....

Penciumanku mulai mati rasa, angin dari lubang pantatnya memasuki hidungku, aroma busuk memenuhi ruangan, suara kentutnya membuat telingaku berdenging. Suhu ruangan pasti meningkat, sebagaimana libidoku. Mbak Aini melenguh semakin kencang.
Ppppppppppppppppppppppppppprrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrroooooooooooooooooooooooootttttttttttttttthhhhhooooooooooooooooottttttttthhhhhhhhhh....
Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbrrrrrrrrrrrrrrrrrrooooooooooooooooooooooottttttttttttttthhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....................

Desahan keluar dari mulut mbak Aini, ekspresi wajahnya semakin ngefly. Hidungku kembali diserang, 2 kentut, masing - masing berdurasi 20 detik. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menghirup semuanya. Kepalaku pening, sensasi kentut mbak Aini membuatku terangsang, bagian depan celanaku semakin menonjol ke depan, yang di dalamnya memberontak ingin bebas.

Aku mencengkeram kedua belah pantat mbak Aini, meremasnya, menuntut lebih. Mbak Aini menoleh ke belakang, menyadari tonjolan di celanaku, kemudian bangkit, menggandeng tanganku menuju kamarnya. Tak lupa mematikan TV dan membuka jendela ruangan depan agar tak meninggalkan jejak bau yang memenuhi udara.

Memasuki kamar, mbak Aini langsung mengunci pintu, menyuruhku berbaring di kasur. Aku menurutinya, berbaring di tengah kasurnya, menatap langit - langit, menunggunya. Pandanganku berubah gelap seketika, mbak Aini mendudukkan pantatnya di kepalaku, lubang pantatnya menempel tepat di lubang hidungku, tanpa sehelai benang pun. Mbak Aini telah melepas celana dalamnya sekaligus, bersiap menyerangku dengan amunisi kentutnya tanpa penghalang apapun. Badannya menjorok ke depan, menekan kepalaku untuk semakin tenggelam. Dan tanpa menunggu lama...
Pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppprrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrreeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeettttttttttttttttttttttttttttttttttttttthhhhh....
Bbbbbbbbbbbbbbbbrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrroooooooooooooooooooooooooooooooooooooooootttttttttttttttttttttttttttttttttthhhhhhhhhhh.........

Dua serangan, satu menit penuh, kepalaku yang sempat pulih kini pusing kembali, lebih dari sebelumnya. Telingaku berdenging, hidungku memerah, panas langsung menjalar ke seluruh badanku. Saraf di hidungku mulai mati rasa, pasrah dengan angin kencang yang menimpanya. Bau busuk mulai memenuhi kamarnya, AC yang menyala menjadi tidak berguna, jendela yang dibiarkan tertutup memperburuk keadaan.

Tonjolan di celanaku semakin besar, semakin memberontak. Mbak Aini meraih karet celanaku, menurunkannya. Kemudian celana dalamku, memunculkan penisku yang tegang berurat, tegak berdiri. Mbak Aini menggenggamnya, bermain - main dengan ujungnya, menaik turunkan tangannya perlahan. Tak lupa dengan kedua bola di bawahnya, jari - jarinya dengan lihai memainkannya.
Ddddddddddddddddddddhhhhhhhhhhhhhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttttttttttttttttttt......
Ppppppppppppppppppppppppprrrrrrrrrrrrrrrrrrrroooooorrrrooooooooooooorrrrrrrttttttttthhhhhhhhhhh.....

"Udah nunggu dari tadi ya, gak sabaran banget punyamu ini" ucapnya gemas.
Aku semakin menusukkan hidungku ke liang surganya, menghirup aroma semerbak sekuat tenaga. Tangan mbak Aini semakin kencang bermain di bawah sana, menaik turunkan tangannya. Aku menutup mata, keenakan. Mbak Aini lalu tengkurap menindihku, aku bisa merasakan payudaranya di perutku. Mulutnya pun kini ikut bermain, melahap kepala penisku, lidahnya menari - nari, salivanya mengalir di batang penisku.
Pppppppppppppppppppprrrrrrrrrrrrrrrrrrrreeeeeeeeeeeeeeeeeeetttttttttttttttttttttt
Ppppppppppppppppppppprrrrrrrrrrrrrrrrrooooooooooooooooooooooootttttttttttttttthhh

Aku semakin menggila, nafsuku memuncak, kucengkeram kedua bola pantat mbak Aini dengan kencang. Aku pun tak mau kalah, kumainkan lidahku di liang surgawinya, kujilat cairan yang keluar perlahan.

Mbak Aini sudah basah, batinku. Tak kusangka mbak Aini akan terangsang hanya dengan mengeluarkan gasnya di wajahku. Ia mendesah tertahan karena mulutnya penuh dengan penisku, semakin menghisap kuat batang pusakaku, jarinya yang lincah memutar - mutar kedua bola di bawahnya.

I'm gonna cum, aku merasakannya. Kutarik pantatnya lebih dalam, hidungku tertusuk sempurna di duburnya, lidahku menjilat vaginanya lebih rakus, badan mbak Aini bergetar keenakan. Ia menaikturunkan mulutnya di penisku, ke atas lalu ke bawah, temponya semakin cepat.

Aku mengerang hebat, kucengkram kedua bola pantat mbak Aini. Benihku menyembur kencang di mulutnya, ia sontak melepas kulumannya, spermaku terus keluar, membasahi wajah dan dadanya, ia menelan yang terlanjur di mulutnya. Badanku lemas, kedua tanganku jatuh ke kasur, nafasku tak karuan.
Mbak Aini membersihkan sisa benih di selangkanganku dengan lidahnya, menyesap basah yang lengket di kulitku.
Pppppppppppppppppppppppffffffffffffffffffssssssssssssssssssshhhh......

Mbak Aini belum kehabisan amunisi. Hanya desisan, silent but deadly lagi, tapi berhasil membuatku terbatuk, belum pulih tenagaku usai orgasme, aku diserang dengan aroma paling semerbak sejauh ini. Mbak Aini lantas mengambil selimut, menyelimuti separuh badan bawahnya, beserta aku di bawahnya. Seakan - akan tak rela ada aroma gasnya yang tak kuhirup.

Aku terbatuk - batuk, kepalaku pusing, bayanganku mulai kabur, aku mendengar mbak Aini mendesah
Ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppprrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffssssssssssssssssssssssssssssshhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......

"Aaaaagghhhhh..." desahnya kencang. 30 detik lamanya, udara di dalam selimut semakin membakar wajahku. Cairan menetes dari selangkangannya, aku pun menjulurkan lidahku, menawarkan bantuan.
"Aaaaaaahhhhhhhhh... yes.. yeesss.." teriaknya kegirangan. Kunaikkan tempo jilatanku, semakin rakus. Mbak Aini kelayapan, tubuhnya bergetar, tak lama kemudian ia keluar, cairan orgasmenya mengalir kencang, tumpah ruah di lidahku. Aku menelannya, merasakan asinnya.

Mbak Aini terkulai lemas di atasku, masih dengan posisi yang sama, masih tertutup selimut. Aku mengubah posisi, mengangkat selimut, dan memindahkannya berbaring di sebelahku.

Kupandang wajahnya, keringat memenuhi pelipisnya, matanya yang sayu terbuka tipis, memandang balik wajahku.
"Thanks, mbak" ucapku. Ia hanya tersenyum, menutup mata, rasa puas tercermin di wajahnya.
"As always, dear cousin.. as always.." jawabnya. Ia menekuk satu kakinya, matanya tertutup sebelah.
Dddddddddddddddduuuuuuuuuuuuuuuuttttttttttttttthhhhhhh....
Ia tersenyum tipis, membenarkan posisi tidurnya, tak lama nafasnya menjadi teratur kembali.
Aku berbaring terlentang di sebelahnya, hidungku masih terasa perih, kepalaku juga masih sedikit pening. Aku menarik nafas dalam - dalam, aroma gasnya yang semerbak masih terasa kuat, walaupun aku sudah terbiasa. Aku ikut menutup mata, tertidur tak lama kemudian.













🔴 Jangan lupa Vote, kritik, dan sarannya guys 🫰🏼
Jumpa lagi di chapter selanjutnya 👋🏼

Kevin's Desire (Hasrat Kevin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang