Weekend's Routine (Rutinan akhir pekan)

1.2K 26 2
                                    

Hari Jum'at, weekday terakhir. Aku memainkan pena di tangan, berusaha membuat waktu cepat berjalan. Pelajaran terakhir di hari Jum'at selalu terasa lama. Walaupun pelajarannya termasuk yang paling aku suka, yaitu bahasa inggris, aku tetap merasa jenuh. Tak sabar menanti weekend. Atau lebih tepatnya, tak sabar bertemu seseorang ketika weekend.

Bel pun berbunyi, aku segara memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas, bergegas keluar dari kelas.
"Kevin.. can you stay for a while, i have something to talk about." Bu Erna tiba - tiba memanggilku. Teman - teman kelasku bersiul pelan, menggodaku.
"Enjoy your weekend, class. But do not forget your homework. Yang gak ngerjain PR tahu sendirilah hukumannya apa!" Tegas bu Erna.
"Understand, miss.." satu kelas kompak menjawab.

Murid - murid berhamburan keluar kelas, sementara aku menghampiri meja guru. Bu Erna melepas kacamata bulatnya, menatapku. Harus kuakui, alasan lain aku menyukai pelajaran bahasa inggris adalah karena bu Erna termasuk guru yang paling cantik di sekolahku, belum berkepala tiga, walaupun sepertinya sudah berkeluarga. Wajahnya putih mulus, bibir pink kecilnya dioles lipstick tipis, rambutnya lurus pendek seleher. Tubuhnya langsing terawat, aku yakin bu Erna juga ikut yoga seperti tante Icha, tanteku.

"Nilaimu semakin meningkat, Kevin." Pujinya, jari tangan lentiknya menaruh hasil ulangan harianku diatas meja, 100 sempurna.
"Hehehe.. iya dong bu." Jawabku percaya diri sambil menatap hasil ulanganku. Sebenarnya aku bukan murid yang rajin - rajin banget, tapi kalo untuk bahasa inggris, semangatku untuk belajar menjadi lebih. Tidak sia - sia puluhan film barat yang sudah kutonton, berjasa banyak dalam membantu kemampuanku.
"Can i ask you a favor, kev..?" Tanya bu Erna meminta tolong kepadaku. Aku mengangguk.
"Ibu akan menjadi panitia lomba bahasa inggris di kota bulan depan, semacam olimpiade gitu. Kayaknya ibu bisa minta bantuanmu buat bikin soal - soalnya nanti, i need your creativity on this. Gimana? Bisa jadi nilai tambahan di raport akhir tahunmu juga nanti."
"Bukan minta Kevin buat ikut lombanya, bu?" Tanyaku.
"It's for elementary students, besides, menjadi panitia lebih berkesan daripada jadi peserta. Kalo lombanya sukses, ibu kasih hadiah juga nanti." Bujuk bu Erna meyakinkanku.
"I think i'm interested." Jawabku.
"Kalo emang kamu mau, ibu bakal mintain izin ke orang tuamu, biar kamu weekend di rumah ibu nanti. Bisa kan?"
"Waduh, maaf bu. Kalo minggu ini, kayaknya Kevin gak bisa bu. Mau ke rumah tante soalnya." Tolakku sopan, aku juga gak bisa meninggalkan sleepover bersama tante Icha dan mbak Aini. Gak mau tepatnya.
"So unfortunate.." jawab bu Erna kecewa.
"What about next weekend? Kevin gak yakin bisa sih, tapi bisa kevin usahakan." Aku menghiburnya, walaupun gak berani janji juga.
"Fair enough, we'll see. Gak perlu buru - buru juga kayaknya." Jawabnya lega.
"Kalo gitu Kevin pamit dulu ya miss."
"Go on.. have a nice weekend, Kev."
"Sure, miss.. u too." Jawabku undur diri.

Aku segera keluar kelas, berjalan cepat menuju gerbang sekolah. Takut membuat orang tuaku menunggu. Sesampainya di gerbang, aku tak melihat mobil orang tuaku. Mungkin tante Icha yang akan menjemputku. Aku pun menunggu di depan gerbang. Tak lama kemudian, mobil sedan silver mendekat ke arahku, aku pun segera menghampirinya. Dan benar saja, tanteku yang menjemputku.

"Ayo naik, Kevin! Kita langsung berangkat ke rumah tante nanti, mbak Aini udah nunggu lho." Ucap tante Icha sambil membukakan pintu depan.

"Sampai rumah langsung berangkat, tante?"
"Iya, kamu kemasin pakaian - pakaian kamu, terus kita berangkat, mama dan papamu udah ke tempat kakek pagi tadi." Tante Icha langsung tancap gas meninggalkan sekolah.

Aku menjadi antusias, tak sabar untuk menghabiskan weekend di rumah tante Icha, bersama tante dan mbak Aini.
Mama dan papaku selalu ke tempat kakek setiap akhir pekan, satu bulan terakhir ini, membantu mengawasi pengobatan rawat jalan kakek. Aku disuruh tidak ikut agar tidak bosan, kebetulan tante Icha menawarkan agar aku singgah di rumahnya, orang tuaku pun setuju, setidaknya aku tidak sendirian di rumah. Aku awalnya enggan, lebih memilih tinggal di rumah walaupun sendirian. Setelah mendapat bujukan dari mbak Aini, aku pun akhirnya setuju, dan aku yakin bakal menyesal kalau lebih memilih tinggal di rumah.

Kevin's Desire (Hasrat Kevin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang