Naruto terengah-engah, kedua tangannya bertumpu pada kedua lutut dengan peluh membanjiri pelipisnya, Naruto sudah mengelilingi tempat di sekitar kantor, tapi nyatanya laki-laki itu tidak bisa menemukan keberadaan Sakura dan Naruto merasa frustasi atas hal tersebut.
Untuk pertama kalinya, Naruto merasa kecewa atas sikapnya pada Sakura dimana selama pertemanan mereka sedikitpun tidak pernah tertorehkan dengan perasaan rumit seperti ini. Walaupun mungkin mereka memang tidak saling mencintai, tapi bersama dengan gadis lain disaat mereka telah memiliki ikatan sakral adalah sesuatu yang buruk dan Naruto merasa sangat bersalah.
Perasaan tak menentu yang bersatu padu mengisi keresahan Naruto yang kini terus berusaha menemukan keberadaan Sakura, secepatnya, ya, Naruto harus menemukan Sakura dalam waktu dekat.
...
Di sebuah taman pusat kota, Sakura terduduk dengan tatapan kosong, sebuah bento berada dalam pangkuan perempuan itu, awalnya Sakura berniat membuangnya karena rasa kecewa, tapi mengingat bagaimana perjuangan dalam membuatnya berhasil mengurungkan niatan tersebut, siapa tau jika mood nya lebih baik ia bisa memakannya nanti.
Kedua mata Sakura memerah akibat sempat menangis tadi, entah mengapa Sakura merasa dadanya sesak ketika melihat Naruto dekat dengan perempuan lain, aneh bukan?
Seharusnya Sakura tidak perlu sejauh ini, bukankah mereka menikah hanya karena perjodohan dan pastinya tidak memiliki perasaan lain? Tapi, mengapa rasa tak terima dialamai oleh hatinya.
Yang membuat Sakura semakin tidak terima adalah, dimana kini otaknya mengingat ucapan Ino.
Apa mungkin Naruto akhirnya memutuskan untuk menjalin kasih dengan perempuan lain karena pernikahan mereka yang tergolong aneh? Sakura tidak bisa membayangkan jika ketakutannya ini benar-benar terjadi.
Lamunan Sakura langsung buyar saat tiba-tiba Naruto sudah ada di dekatnya dan duduk di sisinya.
"Shion tiba-tiba datang tanpa sepengetahuanku, dia menempel padaku dan menolak keras saat aku memintanya menjauh, dia mengatakan telah kembali dari London dan itu semua dia lakukan untukku. Aku sudah mengatakan jika aku telah menikah, tapi dia sangat keras kepala. Sakura-chan, maaf karena sudah menodai pernikahan kita, aku berjanji akan lebih berhati-hati agar gadis seperti Shion tidak lagi mampu berulah."
Sakura melongo mendengar penjelasan Naruto yang bahkan belum Sakura minta, perempuan itu juga sempat tercekat saat mendengar pemilihan kata yang diucapkan oleh Naruto yang mana terdengar berlebihan. Tapi, di satu sisi Sakura merasa hatinya berangsur lebih baik setelah mengetahui apa yang terjadi diantara Naruto dan Shion.
Tubuh Sakura menegang ketika tanpa diduga Naruto meraih jemarinya dan meremasnya lembut, membuat kini keduanya saling menatap untuk waktu yang cukup lama, meresapi keindahan dari masing-masing dan mengagumi apa yang tersaji di hadapan mata.
"Sakura-chan... entah sejak kapan pastinya, aku merasa mulai terbiasa dan menerima pernikahan kita. Um... sejujurnya, aku..." Tenggorokan Naruto mendadak serak ketika bibirnya berniat mengatakan apa yang sejak dulu ingin dilakukannya bersama Sakura, belum lagi kini Naruto sudah tidak bisa menatap emerald Sakura terbukti dari tatapannya yang terus dialihkan.
"Um..." akhirnya laki-laki itu kembali memberanikan diri untuk menatap sang istri. "Kau tahu... kegiatan suami istri yang..." Suaranya tertahan di tenggorokan, tapi jika tidak segera dilakukan maka ditakutkan gangguan dari orang ketiga akan kembali hadir dan mengguncang mereka.
Naruto pikir jika mereka semakin intim maka ikatan dan perasaan mereka akan semakin terhubung dan saling terikat lebih kuat, apalagi jika mereka berhasil menghasilkan keturunan, maka pernikahan mereka yang berawal tak terduga akan menjadi sempurna.
"Sakura-chan ─"
Bibirnya langsung bungkam dengan kedua mata terbuka lebar, Naruto tak bisa melanjutkan kalimatnya disaat Sakura tiba-tiba menyatukan kedua bibir mereka.
Ini adalah ciuman pertamanya sekaligus sentuhan intim pertama mereka selama pernikahan terjalin, secara perlahan ketegangan Naruto pun berangsur santai dan kedua tangannya pun kini terangkat untuk menangkup kedua sisi wajah sang istri, Naruto sedikit memiringkan kepalanya dan memejamkan kedua mata untuk memperdalam ciuman tersebut.
Perasaan berdebar dirasakan oleh keduanya, hanyut dalam penyatuan yang nyata dimana benda kenyal masing-masing kini saling melumat lembut.
Melupakan fakta dimana mereka berada, mengabaikan cuaca terang di sekitar dan rasanya masih ingin meneruskan penyaluran kasih sayang yang akhirnya bisa tersampaikan setelah sekian lama terpendam karena ketidaksadaran atas rasa.
Saat sadar, Sakura langsung mendorong Naruto dengan kini wajahnya memerah karena malu atas sikap lancangnya, Sakura melirik Naruto dan perempuan itu bisa melihat Naruto juga salah tingkah.
Untuk mencairkan suasana, Sakura langsung teringat dengan bento di pangkuannya, langsung saja Sakura membukanya. "Lebih baik kita makan bento yang kubawa."
...
"Jadi kau menyukaiku? Sejak kapan?" Sakura bergelayut manja pada lengan Naruto.
Kini keduanya sedang duduk di sofa ruang televisi, tempatnya memang sangat nyaman untuk saling melepaskan kenyamanan, terlebih kini cuaca malam cukup dingin membuat keduanya bisa saling berpelukan memberikan kehangatan.
Naruto bersemu dan memalingkan wajahnya. "Aku tidak tahu,"
Sakura cemberut dan mencubit pinggang Naruto hingga membuat suaminya memekik nyeri. "Yak! Tidak mungkin kau tidak tahu, huh!"
Ringisan masih dikeluarkan oleh Naruto sembari mengelus pinggangnya yang masih terasa ngilu. "Perasaan itu hadir seiring berjalannya waktu, Sakura-chan. Aku tidak tahu kapan pastinya,"
Mendengarnya membuat Sakura mengangguk paham dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Naruto, Sakura memeluk perut sang suami dan mencari posisi yang nyaman, ini untuk pertama kalinya mereka saling bermanja, walaupun awalnya terasa aneh, tapi kenyamanan yang didapatkan merubah rasa itu menjadi menyenangkan.
"Begitu?" Sahut Sakura.
Kepala Naruto mengangguk, tangannya terangkat untuk memberikan usapan lembut pada pucuk kepala Sakura. "Ya. Lalu bagaimana denganmu? Kapan kau mulai menyukaiku?"
Sedikit Sakura mendongak untuk memandang wajah Naruto, sebelum akhirnya kembali menempelkan pipinya pada dada suaminya. "Aku juga tidak tahu pasti, hehe. Tapi, rasa itu semakin jelas ketika aku tidak suka melihat Shion yang menempel padamu tempo hari,"
Kikikan geli terdengar dari arah Naruto. "Aku tidak menyangka bisa membuatmu cemburu─Akh!" Naruto kembali meringis saat kini perutnya menjadi sasaran cubitan Sakura. "Sakura-chan, sakit.."
"Rasakan!" Dengus si gadis.
"Aku harus menghukumu."
Seringai tipis muncul di bibir Naruto yang mampu dilihat oleh Sakura, perempuan itu yang merasa tanda bahaya langsung melepaskan pelukannya dan berdehem saat menyadari Naruto memberikan tatapan menelisik.
"Um... sepertinya sudah larut, aku akan tidur saja─ akh!"
Pekikan nyaring Sakura lakukan saat akan kabur jemari kekar Naruto lebih dulu melilit pinggangnya dan membanting tubuh ramping Sakura pada sofa, jantung Sakura berdebar kencang ketika kini dirinya terbaring dengan Naruto yang mengungkung di atasnya.
"Naruto, aku mau tidur," Sakura mencoba bangun tapi Naruto menahannya dengan mendorong ringan pundak Sakura agar kembali berbaring.
"N - Naruto..." Sakura kepalang panik saat menyadari Naruto mengikis jarak diantara mereka, pergerakan lambat wajah Naruto yang mengarah pada lehernya membuat Sakura semakin berdebar dan segera memalingkan wajah.
Hal itu tentu saja membuat Naruto memiliki akses luas untuk mengamati leher putih sang istri, tatapan predator pun langsung aktif, hingga Sakura hanya bisa merintih saat merasa bibir hangat Naruto menjamah ceruk lehernya, menghisap untuk menciptakan tanda kepemilikan yang akan sulit dihilangkan.
...
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐞𝐝 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐬𝐭𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 ✓
Fanfiction🌸𝐍𝐚𝐫𝐮𝐒𝐚𝐤𝐮🌸 Uzumaki Naruto dan Haruno Sakura terpaksa menikah karena suatu alasan, mereka yang memang telah bersahabat sejak kecil membuat hubungan pernikahan keduanya terlihat tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Tidak ada cinta yang m...