sorry

56 7 11
                                    

Gerimis berubah menjadi hujan diiringi merdunya suara guruh dengan kilatan-kilatan cahaya menyilaukan. 

Seseorang memasuki sebuah ruangan yang sengaja dibiarkan gelap oleh pemiliknya. 

Ctekk

Ia menekan saklar untuk menyalakan lampu. 

"Kook~" panggilnya lembut.

Tidak ada jawaban,menoleh saja tidak. 

"Kita makan malam dulu ne? " bujuk seseorang yang lebih dewasa seraya menghampiri dan merangkul pundak adiknya. 

"Jungkookie~" lirih sangat kakak, kim Seokjin

"Waktu itu Yoongi Hyung bilang dia masak makanan kesukaan kookie, tapi kookie marah-marah karena lagi main game." Jungkook, remaja 17 tahun itu mengusap foto yang ada di tangannya. 

Sebuah pigura foto bergambar foto dirinya dan keenam saudaranya. 

Seokjin ikut menatap foto itu,ada rasa sakit melihat foto itu. Foto dirinya dan ke enam adiknya saat mereka berlibur bersama. 

Foto terakhir, sebelum semua kecanggungan itu terjadi. 

"Andai waktu bisa diputar,Yoongi hyung- hiks" Jungkook meneteskan air matanya yang entah keberapa kali. Dengan sigap Seokjin memeluk adik bungsunya menenangkan. 

"Yoongi sudah tenang disana. Kita harus ikhlas" suara lelaki berusia 25 tahun itu tercekat. Hatinya begitu sakit mengingat adiknya sudah tidak ada diantara mereka. 

Tiga hari yang lalu,tepat di hari peringatan kematian satu-satunya wanita di rumah itu. Dua orang petugas kepolisian datang dengan sebuah berita yang mengejutkan. 

"Kami menemukan mayat yang hanyut di sungai. Kami tidak menemukan identitas korban,namun seorang dokter mengenali korban sebagai saudara kim Yoongi. "

Kim Jong suk menggeleng, ia menolak pernyataan polisi tersebut bahkan sebelum polisi menyelesaikan laporannya. 

"Jimin-ah, cek Yoongi di kamarnya." Perintah Jong-suk pada Jimin yang kebetulan baru turun dari tangga

"Yoongi memang putra kedua saya, dia ada di kamar." 

Kedua petugas kepolisian itu memberikan amplop berisi data dan foto Yoongi saat ditemukan. 

"Appa- Yoongi Hyung tidak ada di kamar" teriak Jimin. Tiba-tiba Jimin kalut,entah karena kehadiran polisi itu atau karena perasaan lain yang belum ia mengerti sebabnya. 

"Ada apa jim?" Tanya Seokjin menyamai langkah Jimin menuju ruang tamu. 

Tangan Jong-suk bergetar setelah melihat isi amplop coklat yang ia terima tadi. 

"Adwae!! Ini pasti salah" bibirnya mengucapkan penolakan namun air mata sudah turun tanpa aba-aba. 

"Appa, ada apa"

"Jin-ah. Ottoke. Ini tidak mungkin"

"Sebaiknya anda ikut kami ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA untuk memastikan kebenarannya."





Suara isak tangis pecah di sebuah ruangan salah satu rumah sakit terbesar di Seoul. Bahkan tanpa perlu menunggu hasil autopsi dan tes DNA semua anggota dapat mengenali orang yang terbaring tak bernyawa itu dengan jelas. 

Tubuh kurus itu terlihat sangat rapuh seperti akan hancur jika di sentuh. 

Kulit putih pucat itu semakin pucat dengan bibir yang telah membiru.

"Hyung- Bangun Hyung" si bungsu Jungkook menggenggam tangan dingin kakaknya. Ada sebuah gelang yang melingkar di pergelangan tangan pucat itu,gelang pemberiannya 3 tahun lalu saat kakak keduanya itu ulang tahun. 

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang