PF. 03

10.5K 913 1
                                    

Voteeeee!

Kenapa sih susah banget disuruh vote? Se susah itu mencet bintang di bawah?

Gwenchana:)

Selamat membaca~

***

"Ayah?" Gaia berujar memanggil ayahnya yang kini duduk di depannya.

Mereka saat ini tengah melangsungkan acara makan siang. Sebagai permulaan, Brian mencoba mendekatkan dirinya dengan putri nya untuk kelangsungan rencananya.

"Ya, sayang?" Brian mengelap bibir nya dengan tisu setelah meminum air nya, ia mengangkat kepalanya untuk menatap Gaia.

"Emm.." Gaia bergumam ragu menyampaikan ucapannya. Ia terlihat sedikit cemas, terbukti dengan tangannya yang menggenggam erat sendok dan garpu, ditambah dengan kepalanya yang sedikit menunduk.

"Sebenarnya.. kemarin Miss Hana memberitahu bahwa senin depan adalah pesta ulang tahun sekolah. Akan ada teater drama dan Gaia terpilih menjadi pemeran utama nya." Gaia menjeda perkataannya, ia menatap Brian sekilas untuk melihat reaksi dari ayahnya itu.

"Apa ayah.. apa ayah bersedia datang? Miss Hana juga memberi tahu bahwa semua siswa harus membawa orang tua mereka." Ia kembali melanjutkan perkataannya dengan kepalanya yang kembali menunduk.

"Tentu, ayah akan datang. tapi ada syaratnya." Brian tersenyum menatap putrinya itu, sedangkan Gaia terlihat tersentak kecil.

"Syarat?" Ia bertanya bingung.

"Ya. Syaratnya Gaia harus menyampaikan apapun yang Gaia rasakan, pokoknya ayah ingin Gaia bergantung pada ayah. Bagaimana? Bukankah mudah?" Brian meletakkan dagunya di atas tangannya, ia menatap Gaia masih dengan senyum manis nya.

"Oke." Gaia mengangguk setuju, matanya sedikit berbinar karena ayahnya akan datang menemaninya ke sekolah senin depan.

"Setelah ini, Gaia ada kegiatan?" Brian bertanya, ia berdiri dari kursi nya.

"Gaia ada less privat bersama Miss Lea. Ada apa, ayah?" Gaia masih duduk di kursinya, sedangkan Brian kini berjalan memutar untuk menghampiri Gaia.

"Sebenarnya ayah berniat menghabiskan waktu bersama Gaia, tetapi karena Gaia harus less, yasudah. Kita bermain lain waktu saja." Brian mengusap lembut puncak kepala Gaia dengan senyuman manisnya yang masih belum luntur juga.

"Kalau bergitu, Gaia bolos less saja untuk hari ini?" Gaia mendongak, ia tersenyum dengan menampakkan gigi putih nya.

Gaia kemudian meminum air miliknya, setelahnya mengelap bibirnya dengan tisu. Ia berdiri di atas kursi dengan tangan yang memeluk leher sang ayah.

"Hari ini hari sabtu, kita bisa bermain esok hari, sayang." Brian membawa Gaia kedalam gendongannya. Ia menggendong Gaia dengan gaya koala.

Brian berjalan keluar dari ruang makan. Tepat di depan pintu, terdapat Raymond yang tengah berdiri menunggu Brian.

"Tapi ayah-" baru saja Gaia akan membantah, Brian langsung menggeleng.

"Kau sudah makan siang, Raymond?" Brian mengalihkan perhatiannya dari Gaia. Sejak pagi, asisten Dean yang satu ini selalu membuntutinya.

"Saya tidak makan siang, tuan."

Brian bingung dengan kepribadian Raymond. Pria itu sangat cekatan dan sangat bisa di andalkan sebagai asisten. Tetapi kurangnya pria itu hanyalah masalah komunikasi.

Raymond hampir tidak pernah tersenyum, wajahnya flat dan ia pun berbicara tanpa nada dan seperlunya saja.

Sungguh, Brian tebak jika Raymond ini mungkin memiliki EQ yang rendah atau memiliki penyakit Alexithymia. Namun ternyata bukan.

Bukan, bukan itu.

"Tuan, beberapa pekerjaan anda belum selesai." Raymond berujar mengingatkan ketika melihat Brian yang malah pergi ke taman belakang bergama Gaia.

Brian tak menggubris perkataan Raymond, ia akhirnya membelokkan arah tujuannya dengan membawa Gaia ke ruang tamu.

Niatnya tadi ingin membawa Gaia menghirup udara segar sejenak, tetapi di urungkan.

Di ruang tamu sudah ada Miss Lea yang duduk di sofa, tengah menunggu Gaia.

"Belajar yang giat, Ayah akan kembali ke kantor. Ayah mencintaimu." Brian mengecup kening Gaia sebelum menurunkannya.

"Tunggu dulu!" Gaia yang melihat Brian akan langsung pergi, ia menarik tangan ayahnya untuk menahan nya.

Gaia menarik Brian untuk sedikit menunduk, setelahnya gadis itu berjinjit.

Cup

"Hati-hati dijalan. Sampai jumpa lagi, paman." Setelah mengecup pipi Brian dan menyapa Raymond, Gaia berlari kecil Menghampiri Miss lea yang terlihat senyum-senyum sendiri.

"Sempai jumpa lagi, nona." Raymond membalas, masih dengan wajah dan nada bicara datar nya.

Setelah nya Brian dan Raymond berjalan beriringan keluar dari mansion.

"Kosongkan kegiatanku untuk senin depan." Brian berujar setelah berada di dalam mobil. Ia duduk di kursi penumpang sedangkan Raymond duduk di kursi kemudi.

"Baik tuan." Tak lama, mobil yang mereka tumpangi mulai berjalan meninggalkan kawasan mansion.

Brian mengambil ponselnya dan mengotak-atiknya. Sejak ia masuk kedalam tubuh Dean, ia baru pertama kali membuka keseluruhan isi ponsel Dean.

Tidak ada yang spesial. Dean tidak memiliki akun media sosial, ia juga hanya memiliki sedikit kontak. Tidak ada game, dan foto pun isinya hanya foto-foto Gaia ketika gadis itu masih bayi.

Perjalanan dari mansion menuju ke perusahaan cukup memakan waktu, karena itulah, biasanya Dean akan pulang ke apartemen, atau bahkan tidak pulang.

Biasanya, Dean pulang seminggu sekali untuk memastikan keadaan mansion. Atau mungkin ia pulang untuk melihat Gaia.

Ciitt

Brakk!

"Astaga, Raymond!" Brian berseru kaget, matanya melotot menatap Raymond yang senantiasa berwajah datar.

"Ada apa?" Brian bertanya penasaran, ia membungkuk untuk mengambil ponselnya yang terjatuh.

"Saya menabrak orang, tuan." Raymond berujar tenang. Brian yang mendengar itu lantas kembali menegakkan punggung nya. Ia menatap ke jalan, disana terlihat seorang anak laki-laki yang tengah meringis.

"Bukannya melihat keadaan anak itu, kamu malah duduk santai begini?" Brian berujar tak habis pikir. Ia kemudian keluar dari mobil tanpa menunggu tanggapan dari Raymond.

Brian berjalan menghampiri anak laki-laki yang mungkin seusia dengan Gaia yang tengah meringis itu.

"Apa ada yang terluka?" Brian berjongkok tepat di depan anak itu. Bisa ia lihat jika anak itu terlihat tersentak kaget.

Anak itu mendongak dan menatap Brian dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. " Tidak tahu tapi kakiku sakit, paman."

"Begitu.." Brian sedikit penasaran ketika melihat lebam di bawah mata anak itu. Brian lantas membantu anak itu berdiri.

"Kita ke rumah sakit saja, kakimu mungkin terkilir." Brian sedikit menuntun anak itu untuk masuk kedalam mobil. Matanya melotot ketika tak sengaja bersitatap dengan Raymond yang tengah duduk di dalam mobil, dan memperhatikan mereka dengan wajah flat nya.

Tepat ketika pintu terbuka, tiba-tiba saja genggaman tangan Brian pada anak itu terlepas dengan paksa.

Plakk!

"Apa apaan kamu!"

Bersambung

Mlkchz
160224

Protagonist Father [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang