12 || Laporan Penyerangan

70 6 0
                                    

"Welcome to the dark story!"

Elias, pria itu terduduk dengan berkas yang menumpuk di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elias, pria itu terduduk dengan berkas yang menumpuk di atas meja. Wajah serius, dengan kaca mata yang melekat di hidung membuatnya seakan tak bisa diusik.

Pekerjaannya akhir-akhir ini memang sedikit sibuk sampai tak ada waktu untuk sekedar santai di rumah bersama anak tunggalnya.

"Hah ... kenapa banyak banget sih! Belum lagi masalah organisasi, cepet mati kalo gini. Pokoknya setelah Edwin lulus, harus serahin posisi ketua ke dia," gumam Elias, sembari membolak-balikkan kertas kerja sama.

Drtt!

Getaran ponsel membuyarkan fokus pria dengan dagu tegas dan rahang kokoh tersebut, lalu beralih ke arah ponsel yang menampilkan nama Gara, bawahannya.

"Halo!"

"..."

"APA!?"

"..."

"Oke, saya segera kesana!" Elias menutup panggilan telepon. Wajahnya terlihat memerah, rahangnya mengeras. Tangan yang terkepal memperlihatkan betapa marahnya pria itu.

Elias segera mengambil jas dan kunci mobil sport. Dengan kecepatan di atas rata-rata, laki-laki paruh baya tersebut melesat menuju markas Sandra Mafia yang jauh dari kota.

Selang beberapa puluh menit, Elias sampai. Terlihat, beberapa anggotanya terkapar lemas hingga ada yang sekarat.

Elias yang melihatnya semakin marah, segera ia cari Gara untuk mencari tau keadaan yang sebenarnya.

"GARA! DIMANA KAMU!" teriak Elias, sembari berjalan cepat mengelilingi markas.

Gara yang sedang mengobati salah satu anggotanya segera beranjak ke arah sumber suara. "Siap! Ada apa boss?" tanya Gara setelah menemui Win.

"Kenapa ini bisa terjadi, Gara? KENAPA! Apa penjagaan markas ini masih lemah sampai kamu membiarkan semua anggotamu seperti ini?" tanya Elias, dengan amarah yang masih menguasai dirinya.

Gara segera menundukkan kepala. "Ma-maaf boss, saya lalai. Setengah dari para anggota sedang ke cabang Amerika untuk menjalankan tugas membantu markas disana karena kekurangan anggota," ungkap Gara.

Elias mengusap wajahnya kasar, kalau sampai mafia lain tau keadaan markasnya seperti ini, maka penyerangan tidak akan ada hentinya.

"Cepat cari tau dalang dari semua ini! Tidak ada yang mengetahui markas kita selain anggota disini, pasti ada yang berkhianat diantara kalian! Lalu, panggil semua anggota yang bertugas di Amerika untuk segera kembali, saya akan mengirim anggota dari Jepang untuk membantu markas di Amerika. Mengerti?" Gara segera menganggukkan kepala cepat.

"Mengerti boss!"

Elias segera menghubungi Edwin untuk memberitahu keadaan markas saat ini.

"Halo, Edwin!"

"..."

"Markas sudah hancur dan para anggota kita sekarat. Sekarang kamu datang kemari untuk papa berikan tugas, bisa?"

"..."

"Oke, papa tunggu kedatanganmu!"

Panggilan dimatikan sepihak,  kembali berjalan menuju ruangan pribadinya. Disana ia hanya bisa duduk menunggu kedatangan putra semata wayangnya.

Edwin yang sedang asik tidur, saat mendengar kabar tersebut dari panggilan telepon segera terperanjat.

Levi dan Daniam yang melihat tingkah laku Edwin seketika terkejut. Mereka menatap bingung ke arah Edwin.

"Edwin? Lo kenapa?" tanya Levi.

Mendengar ucapan Levi, Edwin segera menatap laki-laki blasteran Jepang-Indonesia tersebut dengan datar.

"Lo berdua, izinin gue ke guru. Gue ada urusan mendadak sama papa gue!" tanpa banyak omong, Edwin langsung meninggalkan kelas dan berlari menuju parkiran.

"Eh, tapi—" Levi menarik lengan Daniam yang baru saja akan mengejar Edwin.

"Udah, lo turutin apa kata dia aja. Mungkin sepenting itu urusan Edwin sama papanya, lo tau kan, kalau Om Win itu pengusaha?" Daniam seketika terdiam mendengar penuturan Levi.

Memang benar Elias adalah seorang pengusaha, tetapi, Daniam masih bertanya dalam hatinya, apa yang terjadi sampai seorang Edwin sepanik itu saat mendengar sebuah kabar dari panggilan telepon?

Memang benar Elias adalah seorang pengusaha, tetapi, Daniam masih bertanya dalam hatinya, apa yang terjadi sampai seorang Edwin sepanik itu saat mendengar sebuah kabar dari panggilan telepon?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two Face About Me [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang