25 || Nikah (?) - Papa

19 0 0
                                    

Hari ini, adalah hari kedatangan kedua temannya berserta beberapa orang yang akan menjadi penonton kejutan yang akan Edwin berikan.

Di pagi hari, Edwin sudah bersiap dengan baju serba hitamnya. Setelah menerima pesan dari Daniam, remaja itu segera mengirim beberapa orang bawahannya di Indonesia untuk menjemput Daniam dan membawanya ke Jepang.

Tok! Tok!

"Edwin! Kamu ada di dalam?" tanya seorang pria paruh baya di depan pintu ruang khusus.

"Iya, masuk aja, Pa!" Ya, dia adalah Elias, yang segera berangkat menuju markas Jepang saat menerima kabar kalau musuh yang ia intai selama ini sudah berhasil ditangkap oleh anak semata wayangnya.

Tentu saja, itu menjadi hal yang menyenangkan bagi seorang Elias. Di usianya yang tak muda lagi, balas dendam akan membuatnya lelah baik fisik atau pun mental.

Pekerjaan Elias di dunia bisnis juga sangat banyak, jadi, untuk hal seperti ini bisa dia serahkan pada Edwin saja. Pintu terbuka, menampilkan Elias dengan senyum merekah, benar-benar hari yang indah.

"Bagaimana persiapan kejutan hari ini?" tanya Elias yang menghampiri Edwin.

Edwin menyeringai sejenak. "Tentu saja sudah sempurna. Panggung sudah aku siapkan dan kursi penonton juga. Aku tidak akan membiarkan tamu kita mendapatkan hal yang buruk untuk penderitaan yang akan mereka terima sebentar lagi."

"Hahaha! Kamu memang anak kebanggaanku. Andai saja—"

"Ya, ya, ya! Aku sudah menduga kalau mama masih hidup dia akan bangga memiliki anak sepertiku, right?" Edwin memotong ucapan Elias dengan cepat.

Elias menepuk pelan bahu Edwin. "Kamu benar, ah, aku jadi merindukannya." Elias memejamkan matanya mengenang beberapa kenangan yang berputar di kepalanya.

"Daripada seperti itu, kenapa Papa tidak menikah lagi saja?" Mendengar ucapan Edwin, Elias segera membuka matanya dan menatap Edwin keheranan.

"Kamu ... yakin menyuruh papa menikah lagi? Kamu, mau menggantikan Mama Aney di hati papa ini?"

"Tentu saja tidak, bahkan, jika ada perempuan yang berani menggoda Papa, dalam semalam, perempuan itu hanya akan tinggal nama!"

"Lalu, kenapa kamu meminta papa menikah lagi? Kamu waras?"

"Siapa tau, papa mau memberikan aku tumbal? Tentu saja Azriel akan sangat senang haha!"

"Boleh, tapi, ada syaratnya!" Elias mulai tersenyum bangga dengan apa yang akan dia katakan pada Edwin.

"Apa?"

"Dalam beberapa minggu, kamu akan papa nobatkan menjadi ketua baru Sandra Mafia menggantikan papa. Bagaimana?"

"Dalam beberapa minggu? Sedangkan aku masih sekolah dan masih di kelas sebelas. Papa yakin?" tanya Edwin.

"Tentu saja, papa tidak melihat derajat pendidikanmu, Sandra Mafia hanya memerlukan penerus yang memiliki kemampuan yang sudah dianggap mapan untuk memimpin organisasi, kalau pun kamu belum mengerti, papa akan mengajarkanmu sedikit demi sedikit. Tapi, bukan berarti pedidikanmu tidak penting."

Edwin terdiam sejenak saat mendengar penjelasan dari Elias. Namun, semua itu buyar saat ketukan pintu memgalihkan perhatian mereka berdua.

"Sumimasen, gomenasai Elias-san, Edwin-san, mengganggu obrolan kalian berdua. Saya ingin menginformasikan bahwa persiapan sudah selesai. Silahkan menuju ruang bawah tanah," ungkap Hiraga-san dari balik pintu.

"Baik! Kami akan segera kesana," jawab Elias. Mereka berdua pun segera menuju ruang tanah yang sudah disulap menjadi panggung pertunjukkan.

Sesampainya di ruangan, semua orang yang ada di sana menatap kedatangan Edwin dan Elias. Mereka berdua segera menuju posisi masing-masing.

Elias yang duduk di samping Hiraga-san, pemimpin Sandra Mafia cabang Jepang dan Edwin yang berdiri di samping kursi yang berisi seorang pria paruh baya, dengan kepala di tutupi kain hitam. Remaja itu berdiri tepatnya di depan para tamu yang sudah dia undang hari ini.

"Baiklah, perhatian semuanya!" mendengar ucapan Edwin, mereka yang tadinya mengobrol terdiam seketika.

"Terima kasih karena sudah datang ke acara kecil yang saya buat kali ini, saya peringatkan bahwa acara ini akan sedikit berbeda. Karena, acara hari ini adalah acara dimana saya akan menghukum habis-habisan manusia yang sudah berani membunuh orang yang paling sayang cintai seumur hidup." Semua mulai menegang saat mendengar ucapan Edwin.

"Baiklah, tanpa berlama-lama lagi, akan saya tampilkan wajah manusia yang membuat saya menjadi orang yang berbeda dari saat saya berusia sepuluh tahun. Kalian siap? Jangan kaget, okey?" Edwin mulai membuka kain hitam yang membungkus kepala pria di sampingnya.

Saat dilihat, salah satu dari tamu tersebut berteriak histeris. "PAPA!?" ucap seorang remaja yang terbangun dari posisi duduknya.

 "PAPA!?" ucap seorang remaja yang terbangun dari posisi duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two Face About Me [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang