Dokter liam keluar dari ruang operasi menuju ke arah januar yang sedang mengelus pucuk kepala manggala saat sang anak tertidur pulas
"Kondisi suami saya gimana dok ?" Raut panik januar benar-benar terlihat jelas
"Januar bisa ikut ke ruangan saya sebentar ?" Januar berdiri mengikut langkah dokter liam sambil menggendong manggala yang menggeliat pelan dipelukannya
"Maaf, saya hanya bisa menyelamatkan tara, karna kandungan tara masih baru dan rentan maka untuk janin yang ada dikandungannya mohon maaf tidak bisa saya selamatkan." Dokter liam tertunduk lesu, begitupun januar. Hening beberapa saat tak ada satu pun diantara mereka berdua yang mulai membuka suara
"Terimakasih sudah berusaha semampu dokter, terimakasih sudah menyelamatkan tara seperti yang sudah saya ucapkan." Gelengan lemah ia dapatkan dari dokter liam.
"Saya gak pantes dapet terimakasih nu, ada satu hal yang mau saya sampaikan tentang tara dan saya butuh persetujuanmu." Januar terdiam menunggu ucapan lanjutan dari dokter liam
"Saya harus melakukan operasi histerektomi total pada tara, sehingga ia tidak akan ada kesempatan lagi untuk hamil. Tara terdorong ke arah lantai sangat keras sehingga rahimnya benar-benar tidak bisa diselamatkan" Januar terdiam sejenak ia mengusap wajahnya kasar.
"Yang terpenting tara selamat saya setuju apapun tindakan yang akan dokter lakukan pada suami saya" Januar membuat keputusan final dan diangguki oleh dokter liam
"Saya usahakan yang terbaik, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Saya lakukan tindakan secepatnya mulai malam ini, jangan lupa besok datang ke pemakaman pak darmo." Final dokter liam sambil menepuk pundak januar.
Januar mengangguk lalu keluar ruangan, menuju kearah ruangan yang terdapat javas tertidur pulas didalamnya
"Gimana keadaan tara nu ?" Johan berucap pelan agar tak membangunkan javas yang berada di sebelahnya
"Miscarriage." Januar terduduk lemas disamping manggala yang ia baringkan bersebelahan dengan javas
"sorry nu, harusnya gue gak seceroboh ini milih bawahan buat jaga dirumah lu" Johan mendekap januar sambil mengucapkan kata maaf
"Gak ada yang salah jo, udah takdirnya. Semoga tara juga bisa terima, gua takut dia nyalahin dirinya sendiri, gua gak tega liatnya." Januar menelungkupkan wajahnya diatas tangan manggala.
Hening melanda mereka berdua tanpa ada yang ingin berbicara satupun, hingga suara pintu berbunyi sedikit nyaring
"Udah gua beresin, gimana keadaan tara sama pak darmo ?" Ucap yuan menghampiri kursi kosong yang berada disebelah johan
"Tara keguguran, pak darmo udah nggak ada ndra, besok kita yang wajib nganter dia ke peristirahatan terakhirnya." Yuandra seketika terdiam saat mendengar penuturan johan. Ia melihat kearah Januar yang masih tidak mau mendongakkan wajahnya.
"Pak darmo pasti udah tenang disurga sana, tabah ya nu, we can fight this situation" Semangat kecil dari yuan membuat januar mengangguk sambil tersenyum tipis.
Januar mengusap pipi manggala dan juga javas dengan lembut seperti ingin sekali mengulang waktu agar semuanya baik-baik saja, "Semoga gua bisa ceritain semuanya ke tara waktu dia siuman. Setelah itu gua mau bawa keluarga gua ke psikolog keluarga yang ada di netherland, jadi gua minta ke kalian buat handle perusahaan gak tau pastinya kapan, intinya sampai mental keluarga gua beneran udah membaik"
"Aman gua sama johan bisa handle gantian" Ujar yuan
"Gua mau hubungin bokap, kalian tidur duluan aja gua entaran." Januar melangkahkan kakinya keluar ruangan untuk memberitahukan sang ayah bahwa pak darmo sudah tiada dan kondisi tara yang sekarang ini kurang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pravda | Jung Fams ✓
De TodoTanpa mereka aku bisa apa?. Manggala start - 19 Nov 23. end - 15 March 24. don't copy my story. cerita ini murni pemikiran saya sendiri. • jaeyong • bxb • homophobic dni • mature