Hai guys!
Jangan lupa vote dan juga komen yah☺••HAPPY READING••
"Perempuan itu istimewa. Tetap tegar meski nyaris menyerah, tetap sabar meski nyaris mengeluh, tetap kuat meski nyaris terjatuh."
🐱🐱🐱
Di sebuah bangunan tua yang sudah lama terbengkalai dan letaknya sangat jauh dari kota. Pas di tengah-tengah hutan nan lebat dan menyeramkan yang dimana didalamnya banyak menyimpan hal-hal yang misterius.
Suara cambukan berkali-kali mengenai sasarannya yang empuk. Sangat menakutkan dan bilamana orang-orang yang akan mendengarnya pasti akan merasakan nyeri.
Akan tetapi, nyeri yang dirasakan oleh gadis itu bukanlah rasa sakit akibat cambukan yang berkali-kali menghantam keras tubuhnya. Tetapi batinnyalah yang sangat sakit. Bahkan kata itu adalah tamengnya sedari kecil.
"Bangga lo jadi kayak gini bajingan!?" Cacian dan makian yang selalu terlontar kepada gadis itu, membuat Aza semakin merasa bersalah. Bersalah karena telah lahir di dunia yang fana ini.
Sebuah umpatan yang sering kali pria berbaju hitam itu ucapkan tiap kali datang ke tempat itu. membuat sang gadis yang terduduk lesu semakin terisak di tambah angin malam yang sangat mencekam menambah kesan yang berbeda.
"Gak usah sok tersakiti lo, cuihhh!" Bentaknya dengan meludahi rambut Aza. Aza yang diperlakukan seperti itu merasakan bahwa dirinya di perlakukan bak hewan yang sangat menjijikkan.
"Hiks, hiks s-sakit, gu-ee mohon hentikan!." Lirihnya dengan menyatukan kedua telapak tangannya. bukannya kasihan melihat gadis itu kesakitan, lelaki yang berperawakan tinggi itu malah justru menambahnya dengan menjambak rambut Aza lalu membenturkannya ke tembok ditambah dengan tinjuan.
BUGH!
BUGH!
Dua tinjuan yang mendarat di rahang dan di hidung gadis itu, darah segar mengucur dari hidung dan juga terdapat sobekan di bagian bibir gadis itu membuat sang empu meringis perih.
Tak hanya sampai disitu, laki-laki itu mengeluarkan sebuah pisau tajam dari balik saku celananya. Mendekati Aza. Aza yang takut karena penjahat itu semakin mendekatinya dan mengarahkan benda itu ke arahnya. "Arghhh!" Teriak Gadis itu sesaat.
Saat tidak merasakan apa-apa, Aza langsung mendongak menatap kearah pisau yang menancap indah di tembok.
Brak!
Mendengar suara bantingan pintu, Aza merasa sedikit lega karena penjahat itu sudah tidak ada di hadapannya. Tetapi cukup waspada untuk tetap terjaga agar pria berbaju hitam itu tadi tidak kembali dan mengeluarkan benda tajam seperti sebelumnya.
Sudah empat hari Azalea di sekap di bangunan tua ini. Di temani dengan suara kicauan burung dan lampu yang temaram menambah kesan menyeramkan bagi Aza.
Tetapi penglihatan gadis itu masih normal jikalau pria itu menyiksanya dalam keadaan lampu temaram. Cukup penampilannya saja yang sudah acak-acakan dan tidak terbentuk akibat luka-luka di bagian tubuhnya.
"A-abang, hiks. Hiks." Lirihnya dengan merapalkan do'a agar sang kakak datang menolongnya. Membawanya ketempat yang paling nyaman. Semoga saja ada orang yang datang menolongnya.
"Queen, mau pulang Abang. Hiks," Ucapnya lagi. "Tapi di tempat yang paling nyaman, tempat yang paling indah tanpa ada yang mengganggu kebahagiaan Queen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea: for an extra
Teen FictionKita adalah sebuah lembaran yang sudah, bukan menyerah, hanya saja salah satunya telah punah. *"* cover by Pinterest