DEVINO 23

3.4K 141 2
                                    


🐰

Bel pulang sekolah telah berbunyi dari 10 menit yang lalu, terlihat Vino saat ini tengah duduk di halte bus menunggu sang Abang untuk menjemputnya, tadi pagi sang Abang sudah mengatakan akan sedikit telat menjemput karena ada urusan.

Di sisi lain di warung yang tak jauh dari Vino, beberapa pemuda kini tengah menatap jengah sang ketua yang sedari tadi hanya diam menatap ke arah halte bus.

"Yaelah Van samperin aja kalik, kek cowok lagi nungguin kesempatan mau selingkuh njing"kesal Bastian menatap Vano yang sedari tadi hanya menatap diam ke arah Vino yang tengah duduk di halte bus.

"Stttt Lo kalo mau badan sama kepala utuh mending diam"ucap Aldi saat menyadari tatapan tajam dari Vano.

"Peace Van"ucap Bastian dengan menunjukan jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan.

Vano hanya tetap fokus memandang ke arah Vino berada, sesekali tersenyum kala melihat Vino yang terlihat bosan menunggu jemputan.

Tadi saat di kantin Vano sudah menceritakan semuanya kepada kedua sahabatnya, ya karena Darren sudah mengetahuinya terlebih dahulu.

"Ngemeng-ngemeng Van, kapan Lo mau bongkar tentang kluarga Lo?"Tanya Bastian.

"Kapan-kapan"jawab Daren sambil memakan Mie yang ia pesan tadi.

"Anjir lu makan kagak ngajak ngajak"ucap Bastian.

"Tinggal makan aja susah amat"ucap Darren jengah.

"Lo gak mau jelasin semuanya ke Vino?ucap Aldi bertanya.

"Gue masih perlu nyari tau tentang orang yang mau ngebunuh salah satu di antara kita"ucap Vano.

"Huffft bikin pusing anjir"ucap Bastian saat mendengar perkataan Vano.

"Tapi Lo udah ada pikiran kira-kira siapa gak?"tanya Darren yang dijawab gelengan oleh Vano.

"Lagian keluarga Lo misterius amat"tambah Darren lagi

🐰

Vino menatap ke arah mobil hitam yang baru saja berhenti di depannya.

"Nungguin lama ya?"ucap Angkasa, ia tadi mendapatkan pesan dari sang Abang Damian untuk menjemput Vino karena sang Abang ada urusan mendadak.

"Gak kok"jawab Vino.

"Yaudah ayo"

Mobil hitam tersebut mulai berjalan meninggalkan halte Bus, sekelebat Vino sempat melihat Vano dan teman-temannya di salah satu Warteg yang ada di dekat halte bus.

"Ada apa?"tanya Angkasa saat melihat Vino melamun.

"Gak papa kok bang"ucap Vino.

Mobil Hitam tersebut terus melaju sampai akhirnya berhenti di Mension sang kakek, saat masuk ke dalam Mension hal pertama yang ia lihat adalah sang Abang Devian yang sedang duduk di sofa sambil memainkan handphone.

"Abang gak kerja?"tanya Vino sambil menghampiri Devian.

"Abang kan pengangguran dek"ucap Angkasa yang dihadiahi geplakan oleh sang Abang.

"Sembarangan kamu, Abang emang lagi libur aja"ucap Devian mengelak

"Dih orang Abang aja di kasih uang sama Bang Damian kok"ucap Angkasa lagi, vino tergelak kala mendengar ucapan sang Abang, memang benar selama ini Devian tidak bekerja tapi bukan berarti ia pengangguran seperti yang dibicarakan sang Adik, ia memiliki pekerjaan hanya saja ia jarang bekerja.

Biasanya Davian akan membantu Damian dalam bekerja tapi itu hanya saat penting saja kalo tidak penting ia di larang oleh sang kembaran untuk melakukan pekerjaan.

Sejenak kadang Vino merasa iri ketika melihat bagaimana Damian dan Davian begitu saling menyayangi, melihat kedua abangnya itu selalu membuat ia teringat dengan sang kembaran Vano.

"Udah kamu gak usah dengerin omongan ngelantur Angkasa mending sekarang kamu ganti baju"ucap Davian sambil menarik Vino untuk mengganti baju.

"Yeee bilang aja apa yang aku omongin bener"tambah angkasa.

"Dih bilang aja kamu iri, abang kan kesayangan bang Damian"ucap Davian dengan wajah mengejek ke arah Angkasa.

"Dih ngelunjak"ucap Angkasa kesal.

"Iri Bilang Bos"ucap Davian sebelum tubuhnya menghilang dari pandangan Angkasa karena terhalang oleh tembok.

Sedangkan Vano sedari tadi hanya bisa tertawa melihat perdebatan kedua abangnya itu.

🐰

Vino keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos dan juga celana santainya, ia berjalan menuju kasur dimana Davian saat ini tengah berbaring.

"Kamu bosen gak Vin? Abang bosen banget sumpah"ucap Davian sambil terus menggeser-geser beranda ignya.

"Ya lagian Kenapa Abang gak ikut bang Damian aja?"tanya Vino sambil menatap jengah ke arah sang Abang.

"Mana dibolehin, kayak gak tau Abang kamu aja"ucap Davian menghela nafas.

"Bang Damian kayaknya sayang banget ya sama Abang?"ucap Vino sambil menatap ke arah plafon kamarnya.

"Dari kecil juga begitu"ucap Davian, jujur kadang dia sedikit jengah dengan kelakuan sang kembarannya itu.

"Abangmu itu posesif akut, apalagi waktu mama sama papa Abang gak ada, Abangmu itu malah makin posesif"ucap  Davian.

"Vino iri deh sama Abang"ucapan Vino seakan membuat Davian sadar akan apa yang tengah mereka bahas saat ini.

"Kamu gak perlu iri"ucap Davian menatap ke arah Vino.

"Kenapa?"tanya Vino bingung.

"Nanti kamu juga bakalan tau"ucap Davian kemudian kembali memainkan handphonenya meninggalkan tanda tanya besar dalam kepala Vino.

"Tanpa kamu tau, Vano bahkan rela ngambil segala resiko buat bikin kamu tetap aman"Batin Davian sendu.

🐰

Seorang pria paru baya kini tengah menatap tajam ke arah bawahannya.

"Maaf tuan saya gagal menculiknya karena ada beberapa orang yang mengikutinya"ucap sang bawahan

"ARGGHHH SIALAN, APA KAU TAK BISA BEKERJA DENGAN BENAR"kesal sang tuan semakin menatap tajam ke arah bawahannya.

"Tunggu saja kau nanti"ucap pria tersebut sambil tertawa keras.

~notqueen~








DEVINO || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang