[03] Memikirkannya

128 19 1
                                        

Pemandangan disana terdapat ibu anton yang sibuk di dapur menyiapkan makanan, sedangkan ayahnya duduk di bangku meja makan membaca koran sambil menyeruput secangkir kopi yang masih hangat.

Ternyata ayah anton sudah selesai sarapan sedari tadi. Anton meminta ibunya untuk menyiapkan bekal saja, hari ini dia tidak mau sarapan di rumah. Karena disekolah ada pelatihan. Jadi dia harus datang lebih cepat lagi dari biasanya.

Setelah semua selesai, anton mengambil tasnya yang tadi di letakkan di bangku ruang tamu. Lalu mengenakan sepatu hitam miliknya. Setiap hari anton memilih untuk berangkat ke sekolah dengan naik kendaraan umum seperti bus saja daripada diantarkan oleh ayahnya. Dia memang lebih suka mandiri dan berusaha berdiri di atas kakinya sendiri daripada terus-terusan mengandalkan orang tuanya.

***

Anton naik ke bus, didalamnya tidak terlalu ramai penumpang karena waktu memang masih pagi sekali. Jadi lelaki itu kedapatan tempat duduk, dia duduk di paling belakang, anton menatapi ke jendela. Benaknya terus-terusan memikirkan seorang gadis pelukis yang tak lain tak bukan adalah asa, rasanya ingin cepat-cepat sore hari agar dia bisa bertemu dengan gadis tersebut.

Setiap kali memikirkan asa, jantungnya berdegup kencang. Cinta? Anton sendiri tidak mikir sampai kesitu.

Di tengah-tengah lamunannya memikirkan gadis itu, dia di sapa oleh salah satu murid satu sekolahnya. "Anton?" Anton terkejut saat namanya disebut.

"Y-ya?" Anton memberikan senyuman canggung.

Gadis itu juga memberikan senyuman kepada anton, dia tidak menyangka akan dapat bertemu dengan anton. Si atlet renang itu.

"Maaf karena menyapamu secara tiba-tiba,,, gadis itu merasa tidak enak karena langsung menyapa anton membuatnya kebingungan.

perkenalkan, aku danielle dari kelas ballet. Oh ya, aku juga anggota baru cello. Aku sangat menganggumimu, kau sangat menakjubkan ketika mengikuti pertandingan renang dan bermain cello" Puji gadis tersebut, ternyata dia merupakan salah satu penggemar anton. Memang, selain atlet rupanya anton juga merupakan selebriti. Dia diam-diam memiliki banyak penggemar di sekolahnya. Begitu juga banyak yang mengajaknya berkencan, dibalik kemampuannya dalam berenang itu ternyata anton merupakan seorang introvert. Anton cenderung diam saat sedang dalam situasi ramai, dia juga hanya akrab ke beberapa murid saja. Selain atlet renang, anton juga lihai dalam bermain sebuah alat musik yaitu cello, dia sering tampil dan membawa meriah di acara-acara pertunjukan sekolah.

Tentunya hal tersebut membuat anton semakin terkenal di kalangan warga sekolah, terutama para gadis. Walau banyak yang menyatakan perasaan padanya serta mengajak berkencan, tetapi anton menolaknya secara baik-baik. Sebisa mungkin dia tidak mau menyakiti perasaan perempuan. Anton sulit untuk membuka hati untuk seorang gadis, maka dari itu orang tuanya pasti akan terkejut apabila seandainya mereka tahu anton sedang dekat dengan seorang gadis. Tapi anton sendiri lebih takut apabila orang tuanya akan tidak senang kepada gadis yang sedang dekat dengannya, yaitu asa. Apalagi tahu bahwa asa tidak melanjutkan pendidikannya, mungkin kedua orang tua anton akan menyuruh mereka berdua untuk tidak berteman lagi. Itulah kekhawatiran anton.

"Ya, salam kenal. Danielle" Senyum kecil anton berusaha membuat lengkungan garis itu nampak ramah.

Danielle kala itu lumayan banyak berbincang dengannya, jujur saja cara dia berbicara terlalu panjang dan membosankan. Anton sedikit risih, tapi dia tidak bisa mengatakannya kepada gadis itu. Anton takut akan melukai perasaannya. Jadi mau tidak mau, anton terus mendengarkan ocehan danielle.

Sekarang bus sudah tiba di tempat tujuan anton, dan danielle juga. Danielle terus mendekati anton hingga mereka masuk ke gerbang sekolah. Sungguh, anton tidak nyaman karena seorang gadis terlalu menarik perhatian di sekolah dengan terus berada di dekatnya. Tahu sendiri di sekolah dia tidak pernah terlalu dekat dengan gadis.

Sekarang jam pertama pelajaran sudah dimulai, para siswa dan siswi mengeluarkan buku pelajaran serta buku tulis mereka dari tas masing-masing. Termasuk anton, disaat-saat guru sedang menerangkan pelajaran bahasa inggris. Tetiba saja dia melamun ke arah jendela di sebelahnya, pikiran anton hanya berisikan tentang seorang gadis yang biasa dia temui di pantai lamiron.

Sekali anton tersenyum sendiri yang membuat menarik perhatian guru yang sedang menjelaskan.

"Anton. Ada apa? Mengapa kau tersenyum sendiri seperti itu?" Heran guru yang tidak biasa. Para murid langsung beralih menatap ke arah anton.

Anton kaget bukan main, tidak sadar dia menjadi pusat perhatian. Sungguh memalukan.

"Maaf" Hanya kata itu yang bisa dia ucapkan.

.
.
.

Waktu pulang sekolah tiba, anton berjalan keluar sekolah menuju gerbang utama. Tatapannya kosong dan hanya kakinya yang bergerak seolah-olah langkahnya di kuasai oleh kakinya tersebut. Pikirannya hanya tentang asa, di lamunannya tersebut harus berhenti karena seorang laki-laki memukul cukup keras pundaknya. Sehingga membuat anton merintih kesakitan.

"Sedang apa kau, melamun saja dari tadi" Karena merasa terganggu, anton berdesis kesal dan menatap tajam ke arah temannya tersebut. Dia hanya menjawab dengan menggelengkan kepala, teman dekatnya tersebut yang bernama shinyu mengernyitkan alisnya curiga. Anton sedikit mempercepat langkahnya karena malas harus berhadapan dengan shinyu. Anton dan shinyu adalah teman dekat sedari mereka duduk di bangku sd. Shinyu sangat pengertian, baik dan terkadang menyebalkan. Dia sering mengerjai anton dan menganggunya. Tapi saat mendapati anton yang nampak diam saja shinyu paham, dia hanya memberikan senyum kecil dan menghentikan langkahnya. Dia tahu bahwa anton sepertinya sedang tidak ingin di ganggu. Tapi dia berharap semoga anton baik-baik saja.

Anton tiba di pantai lamiron sesuai janjinya dengan asa kemarin. Tapi sepertinya asa belum datang, atau anton yang datang terlalu cepat? Dengan sabar anton menunggu dan berjalan-jalan kecil di pinggir pantai sembari mendengarkan ombak yang berisik namun sangat menangkan baginya.

Kurang 10 menit anton menunggu, akhirnya perempuan yang di tunggunya pun tiba dengan membawa sebuah barang yang dibungkus oleh kertas kado. Dari kejauhan asa terengah-engah lelah dengan keringatnya yang seperti berlari-lari secepat mungkin. Tidak lupa di tengah-tengah rasa lelahnya itu, asa memberikan senyuman kepada anton dari jauh. Asa mendekat dan memberikan barang yang di pegangannya tersebut kepada anton, anton terheran.

"Apa ini?".

"Buka saja".

Mereka duduk di tepian pantai, anton segera membuka hadiah pemberian asa. Isinya adalah sebuah lukisan yang berukuran sedang dengan gambar dirinya. Anton tersenyun malu-malu, sesekali dia menoleh ke gadis di sebelahnya.

"Ini aku?" Kekeh anton. Asa tersenyum angguk.

Anton sangat menyukainya, gambarannya sangat sesuai dan keren. Anton tidak menyangka bahwa asa akan memberikan hadiah yang indah tersebut kepadanya, bahkan dia tidak tahu asa memberikan hadiah tersebut dengan maksud apa.

"Kau pasti bingung mengapa aku memberi hadiah ini secara tiba-tiba. Terimalah hadiah yang tidak seberapa itu sebagai tanda pertemanan kita, kau merupakan teman pertamaku setelah sekian lamanya aku tidak berteman. Terimakasih banyak, anton" Senyum gadis cantik itu menatap anton.

LAMIRON [pending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang