TA. 02

132 16 3
                                    


𓆉𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟𓇼




"S-siapa kalian?"

Mata dengan netra turquoise itu menatap tiga orang yang mengelilingi dirinya ia tidak mengenal orang-orang ini, ditambah ia bingung bagaimana ia berada di ruangan yang bernuansa putih ini dan seingat Arseano dirinya sudah meninggal saat kecelakaan beruntun yang terjadi padanya.

"Siapa kalian?" Ulangnya dengan tersirat sedikit nada datar, ia tidak suka mengulang kembali kalimatnya

Mendengar nada datar itu mereka tersadar dari terkejutan mereka. Arlia, ia berjalan mendekat ke arah sang anak setelahnya mengusap rambut itu dengan lembut, Arseano yang diperlakukan seperti itu hanya diam saja karna ia saat ini sedang melamun memikirkan nasibnya sekarang yang tidak masuk akal. Sampai panggilan dari seseorang menyadarkannya dari lamunannya.

"kenapa melamun, ada yang sakit?" Itu suara Arlia, dia menghentikan usapan dari kepala Arseano karna ia melihat anaknya yang sedang melamun membuatnya khawatir dengan anaknya.

Arseano yang mendengar pertanyaan tersebut hanya menggelengkan kepalanya, sungguh ia tidak tau bagaimana harus bereaksi karna dia tidak tau siapa wanita yang saat ini sedang menatapnya khawatir.

Sampai seorang dokter membuka pintu ruang rawat Arseano membuat mereka yang berada didalam mengalihkan perhatian mereka kepada sang dokter, merasa di perhatikan sang dokter menatap keluarga yang saat ini juga  menatapnya.

"Ah, maaf apa saya mengganggu kalian?" Tanyanya. Dokter yang akan memeriksa Arseano adalah dokter pribadi keluarga Chamber sekaligus sahabat Jenar yang bernama Dirga Eryx Bevyn. Mereka bersahabat waktu duduk di bangku kelas SMP sampai mempunyai keluarga masing-masing.

"Apa kau hanya akan berdiri terus disana? Dari pada kau berdiri disana lebih baik kau periksa anakku" ujar Jenar menyuruh Dirga untuk periksa kondisi anaknya, karna sang sahabat yang tidak beranjak dari tempatnya.

Mendengar suruhan sang sahabat, Dirga  mendengus dengan kesal. Walaupun begitu ia tetap melakukan pekerjaannya, jika tidak ia lakukan yang ada kepalanya sudah tidak ada di tubuhnya meskipun mereka sudah sahabatan sangat lama.

Dirga berjalan menuju ke brankar Arseano untuk memerikasanya. Sedangkan Arlia, ia memberikan Dirga ruang agar ia dapat dengan mudah memeriksa kondisi sang putra.

Setelah beberapa menit memeriksa kondisi Arseano, Dirga mulai menyampaikan apa yang terjadi dengan anak sahabatnya itu, " akibat dari benturan yang didapatkan oleh Aseano saat kecelakaan membuat dirinya kehilangan ingatan, tapi tenang saja  Aseano hanya mengalami hilang ingatan ringan. Selama kalian menolong berada di sisinya ingatanku akan berangsur-angsur kembali. Jadi hanya itu yang dapat saya sampaikan, saya mohon izin keluar." Setelah menyampaikan kondisi Arseano dengan panjang lebar Dirga pun pergi meninggalkan ruang rawat Arseano.

Ruangan sekarang dilanda keheningan karna ucapan Dirga tadi, karna mereka tidak menyangka bahwa putra dan kakaknya ini mengalami hilang ingatan, walaupun itu hanya ingatan ringan. Tetap saja mereka tidak menyangka bahwa Arseano tidak mengingat mereka.

Setelah asik dengan pikiran masing-masing mereka akan menerima apa yang telah terjadi dan akan memulai dari awal sampai ingatan Arseano kembali.

Sedangkan disisi Arseano ia saat ini melamun saat mendengar apa yang disampaikan dokter Dirga tadi tentang kondisinya, ia dikatakan hilang ingatan. Tapi ia bingung jika ia hilang ingatan mengapa ia masih ingat tentang dirinya dan keluarganya dan siapa itu Aseano jelas-jelas namanya Arseano, ya walaupun hanya beda satu huruf. Tapi tetap saja siapa itu Aseano? Pikirnya. Saat asik dengan lamunannya, ia merasakan ada sebuah tangan yang nengelus kepalanya. Saat melihat siapa yang mengelus kepalanya ternyata itu wanita tadi yang mengelus kepalanya sebelumnya.

Trasmigrasi ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang