"Peserta kedua!"
"Ha? Dimana ini? Wah! Luas sekali!" Ungkap (Nama) yang kegirangan itu sambil menari kecil mengelilingi ruangan yang besar itu tanpa menyadari kalau ia sedang diperhatikan oleh kepala sekolah dan guru lainnya.
"(Nama)." Seketika (Nama) menoleh.
"Ya?" Respon (Nama) sambil mendongak keatas, sialan, ini kan jadi percakapan yang melelahkan. Karena betapa tingginya tempat duduk Kepala Sekolah itu.
Terlepas dari wajah yang terlihat family friendly itu, Wahlberg (Kepala sekolah) merasakan energi sihir yang mengarah ke kegelapan. Dan terasa familiar.
"Kau...? Siapa nama-mu?" Ujar Wahlberg sambil membenarkan kacamata-nya, ia perlu memastikan apa yang ia lihat ini benar atau tidak.
"Kan tadi sudah dipanggil?" Heran (Nama).
"Ah, nama panjang-mu?" Lanjut nya.
"(Nama) Kuesus!" Oh, tidak! Tepat setelah (Nama) menyelesaikan kalimatnya, ia baru ingat kalau seharusnya memakai nama keluarga Berunadedo saja!
"Bohong!" Ucap Lucci.
"Ah, maksudku! B-burnadodo..." (Nama) kesulitan untuk mengatakan-nya.
"Burndead?" Ucap Wahlberg.
"Ya!" Ucap (Nama) antusias setelah mendengar Wahlberg.
"Ah begitu..." Wahlberg terdengar tidak puas dengan jawaban (Nama), ia yakin ia merasa seperti pernah mengobrol dengan (Nama) sebelumnya.
"Jadi, aku akan bertanya beberapa hal kepadamu. Kau siap?" Ucap Wahlberg.
"Apa jawabannya A?" Respon (Nama).
"Yang tadi tidak terhitung pertanyaan, (Nama)." Balas Wahlberg.
"Ah, maaf." Ucap (Nama).
"Baiklah, kenapa kau memilih Akademi Easton?" Lanjut Wahlberg.
"Apa yang ini jawabannya A?" Ucap (Nama) yang sudah antusias kalau jawabannya pasti A.
"Ini bukan pilihan ganda!" Bisa bisanya bocah ini membuat Wahlberg sedikit jengkel.
"Kau tidak mengatakan itu dari awal!" Balas (Nama) cemberut, Wahlberg pun menghela nafasnya.
"Dia pasti tidak serius!"
"Ini terdengar seperti lelucon!"
"Suruh dia pulang!"
"Konyol!"Satu persatu sorakan mulai keluar dan mengarah kepada (Nama), dan Wahlberg setuju. Dari sikap dan cara pemikiran (Nama) ini terlalu blak blakan, memasukannya kedalam Easton bisa menjadi suatu kesalahan besar.
Apalagi Wahlberg tidak melihat (Nama) menggunakan sihir ketika ia berada di labirin, walaupun ia tidak bisa bohong, ia merasakan energi yang sangat kuat dan familiar dari (Nama) bahkan dari kejauhan.
"Maafkan aku, (Nama). Aku tidak bisa mentolerir untuk-mu lebih jauh lagi. Aku tidak bisa menerima-mu untuk masuk ke Easton..." Ucap Wahlberg.
"Okay!" Respon (Nama).
"Begitu saja?" Wahlberg keheranan ketika ia melihat (Nama) berbalik setelah menerima kenyataan begitu saja seolah olah itu tidak penting bagi-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mash 2.0 | Mashle X Reader (You)
FanficEnergi sihirnya memang kuat, tapi dia memiliki sifat dan pemikiran seperti Mash, atau mungkin lebih buruk. "Sebenarnya kau siapa?" -Mash "Adik-mu?" -(Nama) "Benarkah?" -Mash "Cukup jawab iya." -Regro "Iya!" -(Nama)