Part 6

696 16 1
                                    


***

Gita membaringkan kepalanya pada meja. Bel istirahat baru saja berbunyi dan Gita berniat untuk menghabiskan waktu istirahatnya untuk tidur

"Baru juga keluar gurunya udah merem aja" ledek Gani

"Ngantuk banget Gan, maraton novel aku semalam"

"Kita ini udah deket sama ulangan Git. Kurang-kurangin dah baca novelnya mulai banyakin buku pelajaran"

"hm... iya entar"

"mau ke kantin nggak?"

Gita hanya melambaikan tangannya, Gani pun melenggang pergi meninggalkan Gita.

Baru ingin terlelap lebih dalam Gita kembali dibangunkan oleh suara yang memanggilnya "Git..."

Gita mendongak sambil menggerutu pelan. "Kenapa lagi sih Gan?" Tanya Gita.

"Gan Gan aja lo" Eli menggerutu

"Oh elo Li, gue kira tadi Gani"

"Baru juga mau tidur enak gue, udah lo ganggu aja. Ada apaan Li?"

"Gimana enak gak sebangku sama cowok yang diomongin cewek-cewek satu sekolah?"

"B aja sama kaya yang lain" Jawab Gita ketus

Tak lama kemudian Gani kembali ke kelas dengan membawa sebungkus roti dan air mineral

"Eh Gani" Eli menyapa Gani

Gani hanya memberikan senyum dan langsung mengalihkan fokus nya pada Gita

"Nih makan dulu" Gani menyodorkan sebungkus roti dan sebotol air mineral.

"Nggak usah, i'm okay kok" Tolak Gita

"Udah makan aja. Mukamu lemes banget"

Mendengar perkataan Gani, Gita hanya mendengus pelan sambil menegakan badannya pada sandaran kursi

"Ehm.. Ehemmm..." Eli meledek

"Dah ah gue pergi deh dari pada ngeganggu orang pacaran" lanjut Eli meledek

Gita hanya membalasnya dengan tatapan sinis melihat Eli yang pergi menjauh.

"Kenapa sih Git, kok kamu kayaknya belakangan ini jadi sering ketiduran sama jarang banget keluar?" Ucap Gani peduli

"Nggak kenapa-kenapa kok, perasaan kamu aja kali" Sangkal Gita

"Gita... maaf ya selama ini aku emang sering merhatiin kamu dan belakangan ini keliatan banget kamu berubah."

"Ngapain juga kamu merhatiin aku"

"Seneng aja"

"Nggak ngejawab tau nggak!"

Tak lama setelah itu bel masuk berbunyi.

***

Telepon Gita berdering, Ia mengecek layar gawainya tertampang panggilan masuk dari Gani. Gita menerima panggilan itu

"Halo? Git.."

"Iya kenapa Gan?"

"Kamu sudah tidur ya tadi?"

"Belum, kenapa emang nya?

"Aku di depan rumah kamu"

Tidak ada balasan dari Gita. Gani mendengar suara orang yang sepertinya sedang berbicara nyaring dari dalam rumah Gita apa sedang ada tamu? Tapi pintu rumah tertutup rapat.

Tidak lama setelah itu Gita keluar dari dalam rumah. Gita hanya mengenakan sweater oversize berwarna hitam yang terlihat seperti menelan separuh tubuh Gita. Sedangkan rambutnya tergerai bebas.

"Ini buku mu? tadi jatuh di kelas waktu mau aku kembalikan kamu udah nggak ada di sekolah, tenang aja nggak ada aku buka kok"

Gita mengambil buku tersebut dengan cepat, tiba-tiba dari dalam rumah Gita terdengar seperti suara benda pecah. Refleks Gani melihat ke arah suara tersebut. Gani menyadari perubahan ekspresi Gita yang kini terlihat panik menutup matanya.

"Git?" panggil Gani pelan

Gita membuka mata dan dengan tiba-tiba menarik lengan hoodie milik Gani "Gan bawa aku pergi dari sini" ucap Kayla dengan pandangan kosong.

Butuh beberapa detik untuk Gani memahami situasi yang sedang terjadi.

Gani menarik tangan Gita yang masih erat memegangi lengan hoodie miliknya. Menuntun Gita ke arah motornya

"Git.. ayo naik kita pergi"

Gita menuruti Gani, Gani pun segera menjalankan motornya. Meninggalkan kebisingan yang terjadi di rumah Gita.

Gani sesekali melihat ke arah kaca spion motornya. Dilihatnya Gita yang hanya menatap kosong ke arah jalan. Kedatangan Gani malam ini berakhir menjadi malam yang panjang. Gani menghentikan motornya di taman yang tidak jauh dari rumah Gita.

"Turun Git"

Gita yang masih melamun seolah tersadar mendengar panggilan dari Gani.

"Ya?"

Gita mengikuti Gani yang menuntunnya untuk duduk pada bangku taman. Keheningan tercipta di antara mereka berdua. Gani memang sengaja tidak menanyakan tentang apapun yang terjadi dengan Gita. Gani yakin sekarang yang Gita butuhkan adalah ketenangan, bukannya pertanyaan-pertanyaan yang syarat akan makna peduli.

Dalam diam Gani mengamati wajah Gita. Entah mengapa, dirinya tidak suka melihat keadaan Gita saat ini Gani turut gusar melihatnya. Gani lebih menyukai Gita yang sering kali berekspresi serius saat dirinya sedang fokus membaca novelnya.

Setelah beberapa lama mereka duduk di taman. Gani beranjak ke arah pedagang yang berjualan di sekitar taman. Gani kembali dengan membawa sebotol air mineral dan memberikannya kepada Gita.

"Nih diminum dulu?" Gani menyodorkan botol itu

Gita meraih botol itu dan meminumnya. Gani kembali memperhatikan wajah Gita yang kini tampak mulai tenang.

"Gani.."

"Hmm?" Gani menoleh ke arah Gita

"Ayo pulang"

"Ayo" Gani mengangguk

Gani mengantarkan Gita kembali ke rumahnya. Sesampainya di depan rumahnya, Gita segera turun dan langsung mendekap tubuh Gani. Dalam dekapannya Gita membisikan "Makasih banyak ya Gan. Maaf kamu harus melihat aku seperti ini"

"Iya Git, tidak apa aku paham kok" Gani membalas dekapan Gita

"Aku pulang dulu ya" Gani melemparkan senyumannya

"Hati-hati"

Gita masuk ke dalam rumah dan langsung pergi masuk ke kamarnya tanpa peduli dengan rumah yang berantakan akibat perkelahian kedua orang tua nya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur.

"Bawa aku pergi dari sini?" Gita bergumam sambil menelungkupkan badannya di kasur "aku harap itu tadi hanya mimpi"

Gita merutuki apa yang terjadi tadi, bisa-bisanya ia berbicara seperti itu di depan Gani. Di depan Eli yang sahabat baiknya saja ia tidak pernah terlihat selemah itu. Gita berharap jika Gani tidak akan pernah bertanya tentang kejadian tadi, karena ia belum siap untuk menjelaskan semuanya pada Gani.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang