Selamat Membaca
Azell terbangun dengan kedua tangan yang bergerak nakal dengan senyum manis di wajahnya, saat ini Maxi tertidur di sampingnya dengan bertelanjang dada, tubuh berototnya begitu kencang dan kuat ah kenapa begitu mesum?
Mendadak ponsel Azell berdering membuatnya segera melepaskan tubuh Maxi dan beranjak dari sana, sesaat pria itu terganggu dari tidurnya sampai kembali nyenyak, kening Azell mengernyit mendapati nama Damien wilson, ayahnya menghubunginya di jam 5 pagi, tidak biasanya.
"Halo, Dad?" Sapa Azell pelan.
"Kamu tidur di mana? aku sedang berada di apartemen kecil ini menunggu kehadiran putri semata wayangku," Damien tentu terdengar cukup kesal di sebrang sana.
"Sorry Dad, aku sekarang menginap di tempat temanku,"
"Teman baru? aku sudah menghubungi kedua sahabatmu tadi, di mana alamat teman mu? berikan aku kontaknya dan ku harap temanmu bukan seorang Pria, NAZELLAH!" Tanya Damien beruntun dengan kalimat terakhir yang penuh penekanan.
"Aku akan pulang dan menjelaskan semuanya, Daddy tunggu saja, oke?" Putus Azell cepat.
Bukan, bukan karna ia akan segera pulang karna takut dengan kemarahan ayahnya, melainkan pintu ruangan yang Azell pikir gudang Maxi kini tampak sedikit terbuka, layar lcd besar menempel di dindingny, dengan beberapa jenis senjata api, ruangannya memang gelap tetapi Azell tidak buta dengan beberapa hal di dalam sana dan ia mencoba lebih dekat ke pintu ruangan itu hingga untuk pertama kalinya Azell tidak nyaman dengan aroma ruangan di penthouse Maxi.
Menyengat dan amis seperti darah.
Mendadak ujung dari setiap jari di tubuh Azell menghantarkan dingin, denyut jantungnya berdebar tidak karuan, mencoba menebak mendorong daun pintu untuk lebih terbuka, telapak kakinya yang telanjang berpijak di lantai ruangan itu, awalnya memang lebih dingin sampai langkah ketiga Azell merasa menginjak cairan lengket serta bau amis yang benar-benar memenuhi kepalanya, tubuhnya gemetar masih menatap lurus ke layar besar di ruangan itu dan akhirnya menunduk cairan itu merah dan sumbernya dari kain hitam berbahan kulit.
Rasanya Azell mual, wajahnya pucat, lidahnya kelu, perempuan cantik itu hanya menggenggam erat ponselnya dan lari ketakutan keluar dari ruangan itu, tak terpikirkan untuk berlari ke kamar Maxi lagi, dengan tampilan yang cukup berantakan serta kaki yang berjejakkan darah Azell pergi dari sana, bukan hanya ruangan tetapi kediaman itu, beruntung kondisi gedung megah itu masih agak sepi.
Di dalam lift Azell menampar pipinya sendiri beberapa kali, sampai akhirnya ia tersadar keadaannya saat ini bukanlah mimpi buruk, syok itu yang menimpa Azell saat ini.
Sirine dari dalam diri Azell membuatnya segera menghubungi kembali orang yang bisa membantunya, Daddynya, DAMIEN WILSON.
Pintu lift terbuka, tetapi sosok Kenan yang rapih justru membuat Azell semakin kaget, kakinya berjalan pelan hingga membuat tubuh indahnya yang terhuyung menyandar di sisi kotak besi, Kenan kebingungan melihat reaksi aneh Azell.
"Kau belum mandi yah?" Tanya Kenan dengan mengolok.
Berbeda dari biasanya, Azell justru segera berlalu pergi begitu saja, belum sempat kenan memasuki lift ponselnya segera berdering, Maxi.
"Tangkap Azell dan kembalikan padaku!" Perintah Maxi di sebrang sana.
Mendengar perintah itu, Kenan segera berlari mengikuti Azell, perempuan itu berlari dengan semakin kencang di depan sana menyadari kenan mengejarnya, bahkan saat beberapa kali menoleh, perempuan itu sudah tampak menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insubordinate
Romance[ WARNING!!!! ⚠ Area 21+ HARAP DEDEK EMESH MENJAUH! ] AREA PANAS, SPOILER TANPA BATAS, FULL KONTEN. ✏Author note : -Tanggung dosa masing-masing. - Cerita belum di Revisi. - Skip kalau tidak suka kekerasan. - Toxic Relationship. - Dark Romance. ◾◾◾◾...