Azell berpikir ia benar-benar telah mengambil keputusan yang salah sampai telapak tangan Maxi bergerak memutar hingga berakhir di tengkuknya, Maxi meraihnya yang pasrah hingga kedua bahunya condong lebih dekat, pria itu membenahi ikatan tali pada dress yang Azell kenakan.
"Kamu membuatku takut," Keluh Azell dengan deru nafas yang sedikit lebih rileks.
Maxi tak membalas apapun, memang sudah begitu seharusnya bahkan sebelum Maxi yang berbalik arah menggilai Azell seperti ini, Azell benar-benar perempuan bodoh yang naif karna baru bisa sedikit takut pada Maxi.
"Ayo!" Ajak Maxi turun dari mobil tepat di depan pintu keluar basemen.
Pria itu berjalan memutari mobilnya, bahkan membukakan pintu untuk Azell, tak ada pergerakan apapun.
"Azell," Panggill Maxi.
"Aku ketakutan, ada banyak barang aneh di ruangan mu bahkan aku menginjak cairan amis itu, aku tidak akan menginjak tempat tinggalmu lagi, Max, aku berpikir jika di sana kau akan membunuhku, tidak ada penjelasan darimu," Jelas Azell, pria itu tampak menatap Azell dengan lebih lamat sampai berubah acuh, dan berfokus dengan ponselnya.
Azell menunduk pada ponsel barunya, setetes air matanya terjatuh begitu saja tanpa izin, Azell memang ingin kembali tapi tidak dengan tempat tinggal Maxi ini, tanpa penjelasan pasti juga mengenai aliran darah di lantai ruangan itu.
Mobil lain muncul, tampak lebih besar dengan kenan yang turun dari kursi penumpang, ada seorang sopir di sana, Maxi melepaskan seatbelt Azell dan menggenggam tangan perempuan itu untuk keluar dari mobilnya dan berpindah ke mobil besar tepat di kursi penumpang.
"Tutup!" Perintah Maxi segera membuat mobil itu memunculkan dinding besi antara sopir dan penumpang.
Mobil mulai melaju. dengan Azell yang tampak kebingungan.
"Aku tidak tahu cara membujuk, jadi jelaskan kenapa ada air matamu yang lolos?" Tanya Maxi, tidak itu justru terdengar perintah yang menekan agar segera di jawab.
"Yang jelasnya aku tidak menangis untuk memberimu penjelasan," Balas Azell dengan dendamnya.
Maxi mencoba tetap sabar, meraih Azell untuk duduk di pangkuannya.
"Aku tidak akan membawamu ke sana lagi, Azell. Tapi mulai sekarang aku juga tidak akan membiarkanmu tinggal sendiri seperti sebelumnya di Apartemenmu," Penjelasan Maxi tidak membuat Azell senang begitu saja.
"Itu berarti aku akan bersamamu dan aku akan melayani nafsumu, bukannya kau merendahkanku saat ini?" Tanya Azell dengan aneh.
"Apa aku lupa mengatakan, sekarang kita sudah bertunangan dan hanya menunggumu siap untuk menikah?" Maxi tampak sedang tidak bercanda.
Di pangkuan Maxi, Azell nyaris pingsan begitu saja, ini mungkin alasan Damien akhirnya merelakannya dengan cuma-cuma bersama Maxi dalam waktu singkat.
Maxi segera menahan aktivitas aneh Azell, menyingkirkan tangan dari sekitar mulut perempuan itu dan menggantikan dengan bibirnya, menyesap lembut sesaat dan menggigit pelan bibir bawah Azell.
Ciuman Maxi pelan dan perlahan berubah menjadi brutal karna rasa manis dan ekspresi menggemaskan Azell, perempuan itu benar-benar merubah pola hidup Maxi dengan tidak tahu dirinya.
Sampai di titik Maxi mengerayangi tubuh Azell, titik sensitifnya Maxi jamah dan belai membuat gairah mereka di ujung tanduk, kedua kaki jenjang Azell bergesekan tidak tenang dengan suara yang mendesah tertahan karna masih waras ada orang lain di sekitar mereka.
Maxi melepaskan bra yang hanya memiliki satu tali perekat di tubuh Azell, meremas dada Azell dengan mencubit gemas puncaknya. Bibir tebal pria itu mengecup basah leher putih Azell dan menghasilkan kiss mark yang banyak di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Insubordinate
Romance[ WARNING!!!! ⚠ Area 21+ HARAP DEDEK EMESH MENJAUH! ] AREA PANAS, SPOILER TANPA BATAS, FULL KONTEN. ✏Author note : -Tanggung dosa masing-masing. - Cerita belum di Revisi. - Skip kalau tidak suka kekerasan. - Toxic Relationship. - Dark Romance. ◾◾◾◾...