➖ PART 02

259 29 5
                                    





"Chan kau tidak masalah dengan ini?'' tanya Jeno, pria itu cukup faham untuk tidak membahas langsung. Sementara Haechan namja manis itu hanya bisa terdiam dengan pandangan kosong menyapu sekitaran taman.

Hampir semua hal ia bisa dapatkan dengan uang yang dimiliki suaminya, ya hampir...

Berarti tidak semua hal, Haechan sudah cukup merasa dibebani dengan segala hal tentang Mark Jung dan jujur saja rasa rasanya ini tahun yang membuatnya benar benar kelelahan dari semua tahun yang dihabiskan bersama suaminya.

Bukan karena bosan, tetapi tekanan yang diterimanya dimulai dari ibu mertua (Taeyong) yang terus menerus mendesaknya mempunyai anak, dan faktor kecil lain seperti kelelahan mempertahankan sudah banyak yang ia lakukan untuk itu tapi kenapa sama sekali tak membuahkan hasil apapun, dan masalah utama dalam hidupnya ada pada suaminya sendiri.

Mark, pria itu kadang bisa membuatnya tenang dan khawatir disaat bersamaan, tak ada siapapun yang mendengarkan Mark seperti mengekang dengan caranya sendiri membuat Haechan kadang dilema akan sikap sang suami. Entah kapan pria itu berubah dari sejak awal pertemuannya pertama kali dan jujur ini semua jadi semakin sulit untuknya.

"Memangnya apa yang harus aku lakukan? Diam adalah caraku Jen.'' balas Haechan dengan acuh, jujur saja pertanyaan ini sudah ia ajukan bebrapa kali Jeno kira akan mendapat jawaban lain tapi ternyata...

"Aku selalu ada dipihakmu, tapi yang tidak aku mengerti kenapa kau menyembunyikan masalah ini terus menerus dari keluarga kita.'' ucap Jeno yang entah kenapa ia merasa kesal sendiri.

Haechan terkekeh dengan sinis. "Aku hanya ingin Mark sadar dengan sendirinya Jen, jika dia masih waras untuk mempertahankan rumah tangga kami kurasa dia akan berhenti melakukan itu.''

"Jika kakak bodohku itu sama sekali tak berubah?" Pertanyaan yang bodoh!! Haechan sudah bicara saat ini berarti dia sudah lelah bertahan dan mungkin ini adalah kesempatan terakhir yang diberikan Haechan pada suaminya itu.

"Aku akan pergi." Jawab Haechan yang pada akhirnya membuat Jeno terkejut sebelum seulas senyum ia pulas di bibirnya, ya pada akhirnya jawaban yang ia inginkan terdengar saat ini Jeno kira ia tak akan mendengar jawaban itu tapi ternyata...

"Aku senang jika memang kau bisa mengambil keputusan ini dan kuharap itu bukanlah sekadar kata kata Chan."

Jeno menatap Haechan dengan lembut, heran saja kenapa kakak bodohnya itu bisa bisanya menyakiti pria baik seperti Haechan, jika dibandingkan dengan semua teman kencannya dan Mark dulu tidak ada yang bisa menyaingi pria manis itu.

"Kau sempurna Chan, tapi kenapa kau malah memilih pria sialan itu sih!'' sahut Jeno seraya menyelipkan helayan rambut ke kebelakang telinga Haechan, sudah lama ia mengagumi sosok kakak iparnya ini karena selain manis, cantik dan mempesona Haechan juga seseorang yang dulu ia kagumi disekolah.

Kedua pasang mata itu saling menatap dengan arti yang sama, begitu hangat dan manis yang dirasakan Jeno saat melihat lebih jauh sosok disebelahnya tetapi ia juga melihat banyak luka dan kekecewaan diwaktu yang bersamaan. "Dia kakakmu jika kau lupa Jung! Aku juga tak bisa menyalahkan siapapun, itu pilihanku untuk menikah dengannya.'' Ucap Haechan.

"Tapi dia memaksamu!'' tolak Jeno, pria itu jelas tau kebenarannya dan itulah yang membuatnya ada disini untuk pria manis itu, menjaga sebelum benar benar melepaskannya.

Haechan menggeleng tak ingin menjawab apapun. "Aku ingin jalan jalan.'' ucap Haechan memandang Jeno dengan mata berbinar yang pasti tak akan ditolak olehnya.

"Hah baiklah, tapi apa Mark hyung mengizinkanmu keluar?''

Haechan hanya memutar bola matanya dengan malas, ini hidupnya kenapa orang orang selalu menyangkut pautkan segala hal dengan si sialan itu. "Tak perlu. Dia mengizinkan atau tidak aku tak perduli. Lagipula ini hidupku, tak selamanya juga kehidupan seorang istri harus diatur oleh suami.'' Jawab Haechan dengan kesal.

Married Again (Slow Up) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang