13. Come to me

80 52 0
                                    

❦ ── · ✦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❦ ── · ✦

Dalam apartemen, dua orang hanya duduk diam bertengkar dengan pikiran masing-masing. Atau mungkin menyiapkan skenario untuk membuka obrolan setelah bertahun-tahun.

Sudah berulang kali Lau memikirkan tujuan Diana datang menemuinya. Namun, tidak ada satupun yang masuk akal. Pikirannya terlalu berantakan.

"Untuk apa dateng kesini?" Nada bicaranya sangat datar.

"Mama mau tau kabar kamu, Ren."

Lau tertawa kecil, "setelah bertahun-tahun Ma, kenapa baru sekarang? Apa baru sekarang aku kelihatan dimata Mama? Kenapa Mama tau aku di Jakarta? Dan kenapa Mama bisa tau apartemen aku?"

Mata Diana memanas. Wanita itu ingin memeluk putri satu-satunya, namun dia sangat malu. Dia telah gagal menjadi seorang Ibu.

"Udah bahagia sama keluarga baru Mama? Keliatannya Papa udah." Kata dia yang masih enggan menatap wajah wanita didepannya. "Cuma aku yang gak rasain bahagia," lirihnya yang tidak dapat Diana dengar.

Hati Diana mencelos mendengar penuturan anaknya. Sungguh tak ia sangka Laurence berpikiran seperti itu tentang dirinya.

"Kamu benci sama Mama?"

Lau diam tidak menjawab karena dia sendiri bingung ingin menjawab apa?

"Kalo gak ada yang mau dijelasin, lebih baik Mama pergi."

"Mama tau, banyak pertanyaan yang bersarang dipikiran kamu. Tapi, Mama gak bisa jelasin sekarang. Nanti akan Mama jelaskan." Diana berdiri dan berjalan kearah pintu. Dadanya sama sesaknya, banyak rahasia yang belum bisa dia beritahukan kepada putrinya.

Biar jika Laurence membenci dirinya, sedari dulu memang salahnya telah membiarkan suaminya menelantarkan putrinya di negara asing. Sedang dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Begitu Diana pergi, Lau menangis sejadi-jadinya. Tanpa sadar tangannya mengambil ponsel dan menekan nomor telepon seseorang.

Sekarang Rae hanya diam melihat Laurence menangis lagi dan lagi. Mengapa dia yang menjadi penasaran dengan gadis ini sekarang? Berulang kali dia berusaha untuk tidak peduli, namun itu hanya sia-sia. Gadis ini selalu hadir dalam pikirannya.

Setelah Lau menelepon tadi, yang dapat Rae dengar hanya suara tangis. Maka itu ia dengan cepat memacu motornya di jam 10 malam untuk mendatangi apartemen Laurence.

Dan kini, dia hanya diam menyaksikan gadis disampingnya menangis. Tidak ada obrolan apapun diantara mereka, Rae yang gemas akan suasana sekarang, berusaha untuk menghibur.

The LouvreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang