"Zir, mau nginep lu?" Ken bertanya saat Kaziro masih anteng memainkan gitar sementara ia dan Aziel sedang bersiap untuk pulang. Laki-laki yang memiliki rambut tebal itu nampak betah berlama-lama di studio. Padahal beberapa jam lalu ia terus membujuk Ken agar dirinya tidak mengikuti latihan.
Ken tetap pada pendiriannya. Satu bulan lagi mereka harus tampil di acara ulang tahun Royals High School dan acara yang di adakan di Royals University—kampus Ken.
Satu hal lagi yang membuat Ken tidak menyetujui permintaan Kaziro adalah bagaimana alasan laki-laki itu tidak ingin mengikuti latihan.
"Badan gua lemes abis di todongin benda tajem,"
Alasan yang tidak masuk akal. Hal seperti itu bukan untuk pertama kalinya bagi Kaziro. Ken yakin Kaziro hanya malas, tidak ingin berlatih seperti biasanya. Kaziro sering datang paling akhir ke studio, namun dia juga yang pulang paling akhir. Dapat Ken simpulkan bahwa Kaziro hanya malas berangkat, bukan malas latihan.
"Kunciin aja dia, Ken." kata Aziel yang berdiri di ambang pintu, menunggu kedua temannya keluar.
"Bentar lagi elah, duluan aja sana biar gua yang kunci."
"Gak takut emang? Biasanya malem-malem gini suka a—"
"YA YA YA!! Ayo balik ayo!" potong Kaziro.
Kaziro bukan penakut. Dia hanya tidak suka dengan hal-hal yang berbau horor. Jadi jika dia tidak memotong perkataan Aziel, pasti malam ini ia tidak bisa tidur nyeyak. Namun bagi 4enzar, mau menyangkal dengan gaya apapun, Kaziro tetaplah si penakut.
Ken terkekeh, "Bocah." setelah Kaziro keluar dari studio, Ken mengunci pintunya.
Ken memberikan sebuah pulpen berwarna hitam pada Kaziro, "Nih, pulpen lu tadi jatoh." ucapnya lalu berjalan mendahului Kaziro dan Aziel.
"Thanks bro!"
Ken merupakan anggota tertua di 4enzar, dia juga merupakan leader 4enzar. Ken tidak nyaman jika temannya memanggil dia dengan embel-embel 'kak' atau 'bang' karena mereka hanya selisih satu tahun.
"Cil, pinjem mobil dong. Gua mau ambil barang di Esvencaffe." ucap Kaziro.
Aziel melempar kunci mobilnya pada Kaziro dan Kaziro menangkapnya. "Jangan sampe lecet!" tukas Aziel.
"Iya, iya," jawabnya. Lalu ia memberikan kunci motornya pada Aziel.
Ken yang berjalan di depan mereka berbalik badan, ia berlajan mundur sambil memutar-mutar kunci studio di jarinya.
"Pada laper gak?" tanya Ken.
"Dikit,"
"Gak terlalu,"
"Kita makan dulu," ajaknya. Ken berjalan ke tempat dimana motornya di parkirkan.
"Lu berdua aja. Gua sekalian mau ke apart Jey." ucap Kaziro yang langsung membuka pintu mobil.
"Ngapain?"
"Kepo." celetuknya dan langsung menutup pintu mobil, membuat Ken memasang wajah sebal.
"Apalah dia? Gak sopan kali." komentar Ken. Kaziro tak mempedulikan, ia langsung melajukan mobilnya, meninggalkan Ken yang masih mendumel karenanya.
Aziel terkekeh geli di balik helm full face, ia pun melajukan motornya, meninggalkan Ken yang kini mengumpat karena ditinggalkan.
"Woi! Gak sopan ya lu pada ninggalin gua sendirian!!" kesalnya. Lalu ia menyusul Aziel.
Kaziro memberhentikan mobilnya di depan Esvencaffe yang sudah tutup. Ia mengambil ponsel, mengetik pesan lalu mengirimnya. Tak lama, seorang laki-laki dengan tinggi sekitar 185cm yang memakai pajama berwarna navy keluar dari pintu samping Esvencaffe dengan kedua tangannya yang membawa tiga tumpukan kardus berukuran sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Ways to Say I Love You
FanfictionCassandra Greysie mengalami kejadian buruk saat usianya 8 tahun yang menyebabkan dirinya mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap sentuhan dari orang lain bahkan keluarganya sendiri. Kini anak itu berusia 18 tahun yang tumbuh menjadi anak yang t...