♡₊˚ bf n gf ₊✧

53 12 6
                                    

Tiga hari sudah berlalu semenjak kejadian tak terduga di malam hari itu. Perlahan kelopak mata Grey terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Cukup lama hingga akhirnya terdengar suara yang berasal dari perutnya.

Grey bangun dari tempat tidurnya, ia meregangkan tubuh yang terasa kaku. Pandangannya beralih pada jam di dinding yang menunjukkan pukul 7 lewat 55 menit. Gadis itu berjalan menuju jendela kamar untuk melihat langit dan memastikan siang atau malam.

Grey tidak tau kali ini ia menghabiskan waktu berapa jam untuk tidur karena seringkali Grey hanya tertidur 1 atau 2 jam saja. Tetapi rasanya kali ini adalah durasi terlama ia tertidur hingga tak bisa memastikan hari sudah gelap atau terang. Semua berkat bantuan obat tidur yang dikonsumsinya.

Ia membuka gorden, lalu tampaklah langit yang sudah mengelap. Matahari tergantikan oleh bulan yang bersinar terang. Grey menutup kembali gordennya. Kini ia harus membersihkan wajahnya.

Grey dapat melihat pantulan dirinya di cermin, lingkaran hitam di matanya yang nampak lebih jelas. Bibir yang pucat, serta rambut panjangnya yang tidak tertata rapi seperti biasanya. Grey mengikat rambutnya sebelum membersihkan wajah.

Selama tiga hari belakangan ini, Grey sama sekali tidak keluar apartemen. Ia juga belum menyalakan ponsel sejak kejadian itu. Grey tidak dapat tidur nyenyak, bayang-bayang Gerald selalu menghantuinya dan mimpi-mimpi buruk terus mendatangi Grey.

Rasa takutnya kembali ke permukaan, serta kenangan buruk yang memaksa untuk terus diingat membuatnya enggan untuk meninggalkan tempat yang ia rasa aman yaitu apartemennya. Tidak ada yang mengetahui Grey tinggal di sini.

Oh! Kecuali laki-laki yang menolongnya.

Sial! Apa Grey harus pindah tempat tinggal lagi karena kini seseorang mengetahuinya?

Itulah yang ada di benaknya saat ini.

•••

Kaziro terus memandangi ponselnya yang ia taruh di meja. Satu tangannya menjadi tumpuan kepalanya, sedangkan satu tangannya lagi terus mengetuk-ngetuk meja menggunakan kaleng minuman hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Kaziro masih menunggu, mengharapkan sebuah pesan masuk dari seseorang yang ia nantikan.

"Zir lu bisa diem gak sih!" Entah sudah berapa kali Ken menegur Kaziro. Namun laki-laki itu mengabaikan Ken yang terganggu dengan suara benturan kaleng itu.

Hari sudah gelap. Kaziro beserta ketiga temannya kini berada di rumah Aziel. Setelah selesai latihan satu jam lalu, mereka memutuskan untuk berkumpul di rumah Aziel.

Sudah menjadi hal yang biasa bagi Aziel yang rumahnya sering jadi tempat singgah Enzar. Mereka yang cukup berisik itu sangat cocok berada di rumah Aziel yang orangtuanya cukup sibuk, jarang berada di rumah. Untung adiknya tinggal di rumah neneknya yang jaraknya dekat dengan sekolah. Jika tidak, pasti adik satu-satunya itu akan mengamuk karena kebisingan yang disebabkan oleh teman-temannya.

"Cassandra Greysie..." Kaziro berucap disaat ke-tiga temannya fokus dengan urusan masing-masing, "Dia beneran nganggurin nomor yang gua kasih?" tanyanya lesu, entah pada siapa.

Pasalnya, sudah tiga hari berlalu tetapi Kaziro sama sekali belum mendapat pesan dari Grey. Akibatnya, ia belum bisa meneruskan dare-nya. Grey juga tidak dapat ditemui di sekolah. Kaziro bahkan sering mengunjungi rooftop, berharap dapat bertemu Grey di sana, tetapi nihil.

Tempat yang sangat ia hindari karena termakan rumor yang beredar kini menjadi tempat yang sering ia kunjungi. Hanya untuk menemukan Grey di sana. Demi tujuannya tercapai, agar dare-nya cepat selesai.

100 Ways to Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang