6

555 31 2
                                    


"Kalau yang begini udah bagus gak, sih?"

"Udah. Estetik pula, warnanya juga mantep. Emang kenapa?"

"Penglihatan sama selera orang itu beda-beda, ya?"

Gea mendengus, tak menjawab pertanyaan yang meminta alasan dari pertanyaan pertama. Wanita itu memutar kursi kerjanya yang beroda, bersandar lesu tak bersemangat.

Oh, iya. Sekedar informasi, wanita yang kita kenal dengan nama Gealika Megata ini adalah seorang desainer interior yang bekerja di sebuah perusahaan yang cukup ternama.

Bukan, bukan.

Gea bukan seorang CEO atau Direktur, ia hanya seorang manajer yang ditugaskan untuk mengurus masalah desain, revisi, dan berkomunikasi langsung dengan klien.

Ia seorang desainer interior, sudah pasti ia yang bertanggung jawab dalam mendesain sebuah ruangan seperti yang diinginkan klien yang mengimpikan ruangan nan indah juga untuk menghambur-hamburkan uang, dan kali ini wanita itu tampak sangat lemas.

"Capek, ah. Pengen pulang aja, males banget, jadi gak mood." Si wanita menggerutu, benar-benar kesal dengan pekerjaannya sekarang. "Emang kenapa? Daritadi marah mulu, gak mau ngasih tahu, pula. Berantem sama suami?" Gea menggeleng.

"Ini, klienku seminggu yang lalu. Dia ngandelin aku untuk mendesain ruangan di rumahnya. Dia bilang setiap ruangan beda-beda. Ada, sih, dia kasih detail ruangan impian dia itu gimana, udah aku buat juga sesuai detailnya, tapi dia minta revisi mulu. Ini udah yang kelima kali dia ngirim pesan dan bilang kurang sreg sama hasilnya. Dikira klienku cuma dia, apa?" Raut muram nampak pada wajah Gea yang mengomel panjang lebar kepada seorang rekan kerja yang paling dekat sebagai teman. "Mana rumahnya besar, lagi. Sebesar dosanya."

Petrisia terbahak mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan oleh sang manajer, menepuk-nepuk pelan bahu si atasan untuk sekadar menenangkan. "Yang sabar, deh. Coba tanya lagi sama dia desain yang kayak mana dia mau." Lagi-lagi Gea mendengus, kemudian mengangguk. Petrisia pamit pada Gea untuk kembali bekerja, meninggalkan Gea duduk sendirian di dalam ruangan khusus tempat manajer.

Wanita itu memutar-mutar kursinya sebentar, namun langsung menyambar ponsel untuk sekadar menggulir kabar beranda akun sosial media dan menonton video-video singkat yang tampak menarik. Sekitar lima belas menit wanita itu menggulir, rasa bosan mendadak datang dan menghentikan kegiatan si wanita.

Gea memajukan bibir, membuka aplikasi yang sering ia gunakan untuk bertukar pesan, dan membuka kontak dari seseorang yang sedari tadi ia pikirkan.

Me
Mal, lagi apa?

Pesan terkirim, dan sebuah bunyi singkat bersuara di sebuah ponsel yang terletak tak jauh dari seseorang di samping. Orang itu melihat dan langsung mengetik balasan.

Duniaku♡
Masih bikin sampel lagu.
Ika lagi apa?

Me
Lagi stres, hehe

Mal, sore kencan?

Demal di studio mendadak memerah wajahnya sambil tersenyum malu begitu melihat ajakan sang istri. Agak sulit rasanya melihat wajah Gea begitu mengingat kejadian tadi pagi.

Duniaku♡
Boleh, jemput Demal yaa^^

Me
Ayay, My King!

Salah satu dari dua insan yang saling bertukar pesan memekik kencang sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Wajahnya kian memerah dan jantungnya berdetak kencang.

Big Baby [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang