8

324 21 1
                                    


"Liat Demal, gak?"

"Enggak."

Seseorang tadi bertanya duluan mengelus tengkuk. "Seriusan gak liat?"

Gesan, yang sedang asik memainkan game PS bersama Nael di samping, lantas berdecak dan melirik kepada Gea yang nampak bingung. "Enggak, Ge. Waktu gue sama Nael pulang 'ni rumah 'dah kosong." Gea gelisah, dan kegelisahan itu semakin bertambah begitu mendengar jawaban Gesan.

"Kok lo nanya gue? Bukannya dia sama lo seharian ini?" tanya si pria yang memiliki nama belakang yang sama dengan Gea. "Gue 'kan tadi di kantor, Demal tadi gue tinggal tidur sendirian."

"Keliling rumah, coba. Siapa tahu dia ketiduran di suatu tempat atau malah lagi nangis karena lo tinggal." Gea mengangguk, mengikuti saran Gesan dengan mencari keberadaan sang suami di seluruh bagian dalam rumah dan luar rumah. Namun nihil, seluruh tempat bahkan tempat tersempit pun sudah ia telusuri. Suaminya tak dapat ia temukan di manapun.

Tak menyerah sampai situ, Gea lantas mengambil ponsel dan mencoba menghubungi nomor Demal. Si wanita langsung lemas begitu mendengar operator mengatakan bahwa nomor yang ia tuju tidak dapat dihubungi. Berkali-kali ia mencoba untuk menghubungi nomor yang sama, namun jawaban yang ia dapat juga sama seperti sebelum-sebelumnya.

Gea lemas, tak pernah ia merasa sepanik ini selama dua-puluh-tujuh tahun ia hidup. Wanita itu mencoba menghubungi nomor yang mungkin tahu di mana Demal berada.

"Halo, Ge?"

"Sas, suami gue lagi sama lo, gak, sekarang?"

"Demal? Enggak, tuh. Gue lagi bareng bini. Emang kenapa? Ilang suami lo?"

"Iya, pas gue pulang kerja udah ngilang. Gesan sama Nael juga gak tahu dia di mana."

"Awokawok, paling diculik tante girang."

"Mulut lo, ya, Setan. Sahabat sendiri dikatain, dih. Dah, ah, gak guna lo." Gea langsung mengakhiri telepon begitu seorang pria yang ia sebut sebagai 'Sas' dan 'sahabat Demal' mengatakan hal yang membuat Gea kesal.

Wanita itu mencoba menghubungi nomor yang lain. Nomor dari seseorang yang bisa dibilang sangat dekat dengan sang suami.

"Kenapa, Ge?"

"Guh, suami gue lagi sama lo, gak, sekarang?"

"Demal, ya?"

"Ck, emang lo pikir suami gue ada berapa?"

"Nanya doang, njir. Mana tahu lo punya simpanan."

"Demal gak suka Pino. Jawab, kek."

"Enggak ada."

"Ngabarin lo lokasinya juga gak ada?"

"Enggak ada."

"Dah, ah. Gak guna lo kayak Sastra."

"Panik kau, dek, dek."

Sambungan diakhiri oleh Gea.

Wanita itu mencoba menghubungi nomor-nomor lain yang mungkin tahu keberadaan Demal, namun tetap saja, jawaban yang mereka berikan tetap sama.

Sudah terlampau panik, akhirnya Gea memilih untuk mengendarai mobil miliknya dan mengelilingi kota untuk mencari keberadaan pria yang sama sekali tak memberi kabar.

Ia takut kalau-kalau apa yang dikatakan Sastra ada benarnya, bahwa Demal diculik oleh tante girang.

Gea menggelengkan kepala, mengusir pikiran negatif tersebut.

Mobil yang ia kendarai dibawa dengan kecepatan sedang. Sembari fokus ke jalan di depan, sembari pula ia menoleh kiri-kanan untuk melihat apakah Demal ada di sekitaran tempat yang ia lalui.

Big Baby [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang