01

347 37 2
                                    

'Dasar gila!'

Padahal Haechan sendiri yang meminta Renjun untuk menunggunya di warung depan kampusnya, nyatanya sudah satu jam berlalu lelaki itu belum juga memunculkan dirinya.

"Brengsek, tau gini gue iyain aja ajakan si Yangyang buat pulang bareng tadi."

Renjun terus menggerutu dan mengumpat sesekali sambil menyebut nama Haechan. Padahal hari ini sudah cukup menjengkelkan untuk Renjun, lelaki itu malah menambah masalah saja.

"Halo, Na. Lo masih cafenya Bang Hendery gak?" tanya Renjun setelah Na Jaemin— temannya— mengangkat telpon darinya.

"Masih, lo mau kesini? Sini! Ada Haechan juga disini lagi—"

"Siapa, Na?"

Itu dia suara Lee sialan Haechan.

Bisa-bisanya dia bertanya.

"Renjun."

"Gue nanya doang, Na. Gue matiin dulu, ya."

"Eh ben—"

Tut.

Renjun memilih untuk berjalan kaki saja walau jarak kost dan kampusnya lumayan jauh. Jujur saja Renjun bukan dari keluarga berada, keluarganya benar-benar pas-pasan. Jadi soal uang jajan bulanannya harus ia irit semaksimal mungkin.

"Renjun," panggil seseorang membuat Renjun menoleh ke belakang.

"Kak Mark?"

Mark, kakak kelasnya sewaktu SMA dulu.

"Hai, apa kabar?" tanyanya. "Lo sombong banget mentang-mentang udah jadi anak kuliahan, chat gue gak pernah direspon."

"Lah lo emang pernah ngechat gue, Kak?" Renjun heran. "Gue gak pernah dapet chat sumpah, lo ngechat gue dimana, Kak?"

"Dih masa? Pertama gue chat di ig tapi lo gak respon. Terus gue coba chat di wa soalnya nomor lo ada di grup alumni, sama aja anjir gak ada yang dibales."

Hah? "Serius gue gak pernah dapet chatnya, Kak. Lo masih ada chatnya gak?"

Mark mengangguk, ia mengeluarkan ponselnya. Tak lama ia menunjukkan apa yang ada di layar ponselnya pada Renjun.

Nomornya benar.

"Gak mungkin kan ini orang yang iseng pura-pura jadi lo?" canda Mark.

Hanya ada satu orang yang bisa menjawab arti dari semua ini—





—yaitu Haechan.

***

"Berhenti peluk-peluk gue!"

"Makanya maafin gue dulu."

Cih, seenaknya saja!

Renjun berjalan dari kampus sampai kost, baru beberapa menit ia mengistirahatkan tubuhnya tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar kostnya. Siapa lagi kalau bukan Haechan?

Lelaki itu kekeuh ingin menginap disini sampai Renjun mau memaafkannya. Memang kost Renjun mengizinkan tamu menginap asal tidak berisik dan mengganggu penghuni lainnya.

"Sana gak!" Renjun kesal karena kegiatannya untuk mengerjakan tugas terganggu oleh Haechan yang tidak berhenti mengganggunya.

Renjun masih bisa diam kalau Haechan hanya sekedar memeluknya. Tapi tangannya itu sangat menganggu! Tangannya merayap kemana-mana mengelus perutnya.

backburner, hyuckren.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang