Gadis itu terbangun dari rebahannya ketika suara tongkat silih beraduan dengan jeruji besi di depannya. Menimbulkan bunyi nyaring yang berisik.
Gadis itu berdecak. “Berisik!”
Pria berseragam polisi itu membukakan pintu jeruji. “Cepat keluar,” titahnya.
Gadis itu mau tak mau harus berdiri. Pakaian jingga bertuliskan tahanan di belakang punggungnya itu nampak lusuh. Setelah dirinya keluar dan berjalan di depan polisi itu, bau tak sedap langsung menguar yang berasal dari tubuhnya. Namun, mau pria berseragam atau dirinya, tak ada yang merasa terganggu.
Mereka terus berjalan ke arah selatan hingga sampai pada sebuah lapangan luas yang setiap sisinya diberi sekat hingga setinggi hampir sepuluh meter.
Gadis itu mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang ingin ditemuinya bila dirinya sudah berada di sini bersama tahanan lain.
Ketemu.
Gadis itu mendekati seorang pria berambut berantakan yang sedang duduk bersama tahanan lain di sisi lapangan, bersandaran pada sekat berbahan jaring kawat itu. “Bang!”
Pria itu menoleh, dia tersenyum smirk sebagai balasan.
Gadis itu lantas menghampiri, lalu duduk di sampingnya. Dia menoleh sambil memandang tak sabaran. “Habis ini apa?”
Pria berusia tiga puluh tahun itu terkekeh. “Sepenasaran itu kamu kepada saya?”
Gadis itu tersenyum manis. Kedua matanya nampak berbinar. “Sejak awal.”
“Sejak awal?”
Gadis itu mengangguk. “Sejak lo nabrak anak kecil. Sejak itu gue selalu ingin tahu semua tentang lo.”
Kejadian sepuluh tahun silam kembali terputar. Ketika seorang tahanan yang tiada bukan adalah pria itu melarikan diri menggunakan salah satu mobil milik warga. Melajukan mobil tersebut di jalan raya dengan kecepatan penuh, sementara di belakang terdapat beberapa kendaraan ber-title polisi mengejarnya.
Di detik pelarian itu, di depannya justru terdapat dua murid berseragam merah putih tengah menyebrang. Ia berdecak, jiwa kemanusiaannya yang sudah hilang justru tetap melaju kencang.
Tin! Tin!
BRAK!
Satu anak kecil terlempar jauh ke depan, sementara satu lagi berhasil selamat dari ancaman maut meski harus jatuh tersungkur ke trotoar.
“ZERAYA!!”
Teriakkan seorang anak kecil membuatnya menoleh sebentar pada kaca spion. Anak kecil itu menjerit-jerit menyebut nama temannya yang terkapar bersimbah darah.
Namun naasnya, dari segala arah polisi mengepung mobilnya yang sempat memelankan lajuannya tanpa sadar.
Jalan sudah diblokir membuat mobilnya terpaksa berhenti.
Tak ada pilihan lain, dia keluar menyerahkan diri.
Sempat sebelum memasuki mobil polisi, dia bersitatap dengan seorang anak kecil yang meronta-ronta di pangkuan seorang polisi.
Tak menyangka, dirinya tertangkap lagi gara-gara seorang anak kecil.
Namun di sisi lain, ternyata seorang anak perempuan kecil melihat kejadian itu. Bukan ikut menjerit atau menangis pilu. Anak itu tetap setia mengulum permen lolinya sambil tersenyum manis kepada pria berpakaian tahanan yang merupakan kakaknya.
“Lily kacamata, seandainya berakhir dengan kisah menyedihkan.”
“Karena kisah bahagia lo, bikin beberapa hidup orang berujung pada kematian.”
![](https://img.wattpad.com/cover/275571838-288-k646264.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily Kacamata [END]
РазноеCover by Fisca @Choa Tentang Lily Kacamata yang selalu tegar menghadapi masalah di depannya. Namun semakin ia kuat bertahan, masalah semakin bermuculan. Mereka selalu mengganggunya. Seolah dirinya adalah manusia terkutuk yang pantas menjalankan kis...