d e l a p a n

5.1K 19 0
                                    

Reni hanya bisa pasrah di perlukan seperti itu, dirinya sudah tidak punya tenaga untuk melawan lagi. Ia benar benar sangat malu dengan kelakuannya itu, di keluarkan dari kampus, di bully, di usir dari rumah membuat Reni sangat frustasi dan kemarin malam hubungannya dengan kekasihnya sudah kandas. Pak Bowo selaku kekasih juga ayah dari Athur memutuskan hubungannya dengan Reni sebab beranggapan bahwa Reni lah yang membuat ia di keluarkan dari jabatannya dan di ceraikan oleh istrinya serta di acuhkan oleh anaknya sendiri.

Hidup mereka berdua benar benar hancur. Bowo yang sudah kehilangan segalanya begitu juga dengan Reni, mereka hanya bisa meratapi nasibnya.

Pembullyan itu berhenti ketika beberapa dosen melerainya dan mengancam akan di beri hukuman yang sangat berat jika saja pembullyan itu masih berlanjut. Mahasiswa dan mahasiswi yang mendengar itu langsung membubarkan diri masing masing, walaupun belum puas membully Reni.

"Gila sih kejam banget mereka" gumam Topan yang masih di dengar oleh temannya.

"Itu pantas buat Reni!, salah sendiri jadi simpanan suami orang mana dosennya sendiri yang udah punya istri" celetuk Petir.

"Itu belum seberapa, gw rasa kedepannya bakal lebih fatal" sahut Ari.

"Jangan sampai gw kayak gitu" batin seseorang ketakutan.

"Gw gak bisa bayangin deh kalo gw ada di posisi Reni, gw lebih milih bundir sih daripada di bully kayak gitu. Sakit iya, malu iya, nyesel juga iya" ucap Petir membayangkan jika dirinya ada di posisi Reni.

"Gw harap salah satu di antara kita gak ada yang kayak gitu" ucap Topan membuat salah satu temannya tegang dan itu tidak luput dari temannya.

"Gatel koe mbak mbak" gumam Petir.

"Sopo seng gatel?" tanya Topan yang kebetulan mendengar gumaman Petir.

"Yo sopo neh nek uduk Reni"

"Cicing sia!!, ojo gibah meneh" tegur Ari.

—————

Di lain tempat tepatnya di sebuah rumah kontrakan kecil  terdengar ada cekcok antara pria dan wanita, keributan ini di mulai dari sang perempuan yang tiba tiba datang ke kontrakan lelaki itu dengan marah marah bahkan memakinya.

"Kamu harus tanggung jawab!!" teriak wanita itu dengan jari telunjuknya yang mengarah ke wajah sang pria.

"Tanggung jawab?, heh aku gak Sudi!" ucap si pria terkekeh sinis.

"Aku gak mau tahu mas! kamu harus tanggung jawab!!" wanita itu berteriak lagi.

"APA?!, APA YANG HARUS AKU TANGGUNG JAWABKAN?!!" sentak si pria.

"ANAK!, KAMU HARUS TANGGUNG JAWAB!!. KARENA KAMU AKU HAMIL DAN AKU DI DO DARI KAMPUS!!. teriak wanita itu murka.

"HEH RENI RENI, HARUSNYA KAMU MINTA PEMUDA ITU YANG BERTANGGUNG JAWAB BUKAN SAYA!!" terlihat dari wajahnya si pria itu sangat marah.

"Pemuda siapa?" lirih Reni, wanita yang tadi sedang cekcok dengan Bowo. Dosen pembimbingnya juga ayah dari Athur.

"Kamu kira aku gak tahu?!, selain main sama aku kamu juga main sama pemuda itu kan?!!" gertak Bowo.

"Kamu hamil anak pemuda itu kan?!!" sambungnya bertanya.

"INI ANAK KAMU MAS!!"

"Gak usah ngeles lagi Reni, saya sudah tahu semuanya!!"

"Kamu memang pernah hamil dengan saya dan itu juga hanya sekali bisa di bilang itu kehamilan pertama kamu dan saya sudah pernah menyuruh kamu menggugurkan kandungan kamu, kamu sendiri juga setuju untuk menggugurkan kandungan kamu sendiri kalo kamu lupa!!"

"Dan sekarang yang sedang di kandung kamu itu anak pemuda teman sekampus kamu sendiri bukan?, saya tahu Reni kamu sama pemuda itu udah pernah seks sepuluh kali di belakang saya di saat kamu masih ada hubungan dengan saya!!" sambung Bowo.

Melihat keterdiaman Reni membuat Bowo bertanya sekali lagi tentang anak siapa yang ia kandung.

"Jujur kamu Reni, anak yang di kandung kamu memang anak pemuda itu kan?!" desaknya.

"Iya!!, aku emang ada main sama dia tapi lima kali terakhir aku seks itu sama kamu!!, bisa di bilang anak ini darah daging kamu sendiri. Kamu sama dia itu sama!, sama sama ayah dari anak ini!!" ucap Reni sejujurnya.

"Dasar murahan!!"

"MURAHAN KAMU BILANG??!"

"Iya kenapa marah?, gak terima?!. Anak sama ibu gak ada bedanya, sama sama pelacur".

"Terus apa bedanya sama kamu hm?!" tanya Reni.

"Jelas kita beda!, kamu pelacur yang memang terlahir dari rahim seorang pelacur!!"

"Hm jelas beda ya?, kalo aku pelacur kamu apa?. Bajingan?, brengsek?, bejat?"

"Kayaknya yang cocok buat kamu itu om om kurang belaian" sambungnya.

"Kamu yang kurang belaian!!" ucap Bowo tak terima.

"Sama sama kurang belaian gak usah saling sindir!!" sinis Reni.

"Suka goda suami orang gak usah banyak gaya!!" sindir Bowo.

"Suka layanan wanita lain gak usah banyak omong!!"

"Kamu?!!" geram Bowo.

"Apa?, gak terima?!" tantang Reni.

"Dasar wanita pelacur, pergi kamu dari kontrakan saya!!" usir Bowo.

"Enak aja main ngusir, ganti rugi dulu!!".

"Apalagi?!"

"50 juta, sebagai gantinya kalo kamu gak anggap anak ini anak kamu!"

"Selain pelacur ternyata matre juga ya kamu!".

"Ganti rugi atau akui anak kamu?!!" tanya Reni sekali lagi.

"Akui anak?, yang benar aja. Ngaco kamu, saya gak pernah mau mengakui dia sebagai anak saya!!"

"Bagus, kalo gitu 50 juta mana?!".

"Pemerasan!!"

"Bilang aja gak ada duit"

"50 juta?, ganti rugi atau harga bayi itu yang 50 juta?!!"

"Aku tanya sekali lagi ganti rugi atau akui anak kamu!!"

"Akui anak?, cuih mimpi!!"

"Oke, aku tunggu dua hari uang 50 juta udah harus ada" Reni pergi tanpa permisi setelah mengucapkan kalimat seperti itu.

"DASAR MURAHAN, PELACUR, PENGGODA SUAMI ORANG, MATRE, KURANG BELAIAN!!. MATI AJA LO!!" teriak Bowo ketika Reni sudah menghilang dari pandangannya.

Karena suara keributan yang di buat oleh Rena dan Bowo cukup keras mengundang perhatian para penghuni kontrakan lain untuk melihat siapa orang yang sedang ribut itu, kenapa mereka sangat berisik sekali batinnya.

"Oh jadi ini mahasiswi yang di DO karena ketahuan hamil?"

"Jadi dia pelacur?"

"Masih kecil kok udah pandai goda suami orang"

"Mbak butuh uang berapa?"

"Teh semalam berapa?"

"Bibit bibit pelacur"

"Masih muda kok jual diri"

"Pantes anaknya jadi pelacur orang ikut jejak ibunya"

"Hamil anak siapa?, bapaknya sepuluh orang ya?"

"Ibu ibu hati hati suaminya di jaga, takutnya kena goda juga sama pelacur itu"

"Lobangnya segede ban truk kontainer ya mbak?"

"Tiga pisang sekali masuk bisa lah ya"

Begitulah nyinyiran yang Reni dapatkan ketika keluar dari dalam kontrakan yang di tempati oleh Bowo.

Karena terlalu malu Rena hanya diam saja dan menunduk tidak membalas nyinyiran nyinyiran itu walaupun ia sendiri juga kesal.

Ibuku Adalah Pacarku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang