d u a p u l u h t u j u h

1.8K 11 0
                                    

New York.

"Dia telepon?" tanya Bima.

"Iya, Ala sama Daniel"

"Siapa Ala?"

"Nama samaran dia untuk sementara waktu"

"Oh, ngomong apa mereka?" tanya Bima.

"Langit memperkosa salah satu suster di rumah sakit itu"

"Sumpah?!! Demi apa?!!" pekik Bima karena terkejut akan informasi yang ia dapat.

"Ini Ala udah kirim buktinya, kalau bukti pemerkosaan itu ada di handphone Langit. Daniel lagi coba meretas handphonenya" jelas Bintang.

"Anjir di rekam?! Gila banget itu orang gak takut apa ya nanti tersebar"

"Kayaknya kita harus mulai bertindak, ini udah benar benar melewati batas" ucap Bintang.

"Dua satu bulan lagi ulang tahun perusahaan, nanti kita pulang seminggu sebelum ultah perusahaan. Kita siapkan semuanya matang matang"

"Bukti dan beberapa saksi itu kayaknya udah cukup"

"Lo suruh orang buat dekor semuanya?" tanya Bima.

"Hm, gw serahin itu semua ke Daniel sama Ala. Gw yakin mereka pasti tau apa yang harus dilakukan" balas Bintang.

"Oh iya, gw mau nanti lo bantu mereka"

"Aman lah nanti gw bantu"

"Saksi ya?" gumam Bima.

"Tadi kata lo beberapa saksi, jadi kita panggil dokter sama suster itu?" tanya Bima.

"Iya, gw juga mau siapa itu emm Ilham sama Kara hadir juga. Mau gimana pun caranya mereka harus hadir"

"Untuk mereka biar gw aja yang urus" ucap Bima.

"Lo pasti senang kan bisa balik lagi ke Indonesia?" tanya Bintang.

"Gak sih biasa aja"

"Yakin biasa aja?, ketemu gebetan biasa aja?" tanya Bintang.

"Oh iya anjir gw lupa kalau udah punya Dela!!"

"Pikun"

"Diem lo!!"

"Eh gw beberapa hari yang lalu vidcall sama Dela, dan lo tau?! Gw udah berhasil dong mengotori otaknya dia" ucap Bima seraya tersenyum penuh arti.

"Dih lo ajarin nganu?" tanya Bintang.

"Heem, tipis tipis dikit gak papa lah lagian dia juga keenakan"

"Wah parah lo!"

"Anak orang lo nodai otaknya"

"Sekali kali Tang, jadi orang jangan polos polos amat lah nanti yang ada dimanfaatkan orang lain. Kayak gw contohnya memanfaatkan Dela" ucap Bima.

"Dia masih anak smk kalau lo lupa, jangan main main sama anak kecil" ucap Bintang.

"Enggak lah, gak main main gw. Kali ini gw mau serius"

"Bagus kalau gitu"

"Lo sendiri gak ada niat cari perempuan lain?" tanya Bima.

"Gak lah males gw"

"Yahh rugi lo"

"Gak juga"

"Atau lo mau ngegay kayak anak lo itu?" tanya Bima.

"Enggak ya gila"

"Siapa tau kedepannya nanti lo malah ngegay" ucap Bima.

"Gw gak ada niat buat ngegay!!"

"Yayaya awas nelan ludah sendiri"

"Terserah lo!!"

-----

Indonesia.

Malam minggu. Malam dimana banyaknya orang keluar rumah dengan tujuannya masing masing dan di sepanjang jalan terlihat sepasang kekasih yang di mabuk cinta jalan berdua, seperti tokoh utama kita kali ini. Namun tidak banyak dari mereka yang lebih memilih di rumah maupun kost karena malas keluar atau kurang lebih tidak suka keramaian.

"Lo beberapa hari ini ngilang kemana?" tanya Kara kekasih dari Langit. Ya mereka sepasang gay kali ini.

"Oh itu gw lagi ada acara keluarga, sorry ya gw gak kasih lo kabar" balas Langit.

"Hm ya gak papa udah biasa gw mah" ucap Kara.

"Gak usah ngambek" ucap Langit.

"Dih gw gak tuh"

"Lo keliatan kalau lagi ngambek gitu" ucap Langit.

"Terserah lo lah!"

"Gak usah ngambek kayak gitu nanti gantengnya hilang" gurau Langit.

"Apa sih lo diem deh!" kesal Kara.

"Marah ya?" tanya Langit.

"Lo marah karena gw gak kasih kabar?" tanya Langit sekali lagi namun tidak ada jawaban dari Kara.

"Fiks marah ini mah" batin Langit.

"Sayang, jangan marah ya?" ucap Langit namun tidak dihiraukan oleh Kara.

"Sayangnya aku jangan marah oke?"

"Kamu mau apa? nanti aku belikan. Apapun itu yang kamu mau" ucap Langit.

"Tadi...?"

"Kenapa?" tanya Langit.

"Tadi lo ngomong apa?"

"Yang mana hm?"

"Yang tadi Langit!!"

"Jangan marah ya?"

"Bukan yang itu!"

"Sayangnya aku jangan marah oke?"

Kara terdiam, ia tersipu malu. Kata 'aku' yang Langit gunakan berhasil meluluhkan hatinya, ia salting maybe?.

"Tadi lo bilang 'aku?'"

"Iya, kenapa? Salah?" tanya Langit.

"Gak! Gak salah, tapi kok tiba tiba?"

"Kita kan pacaran udah lama masa iya mau panggil lo gw mulu, gak ada kesan romantisnya lah!" jelas Langit.

"Ya udah"

"Ya udah apa?" tanya Langit.

"Gak ada"

"Tadi kamu bilang mau belikan apapun yang aku mau kan?" tanya Kara.

"Iya sayang, kenapa kamu lagi pengen sesuatu hm?"

"Aku pengen ice cream!" ucap Kara.

"Ice cream?, kamu mau beli itu?" tanya Langit.

"Iya! Aku pengen ice cream!!"

"Kenapa harus beli?" tanya Langit.

"Maksudnya?" tanya Kara yang tak paham.

"Aku juga punya ice cream gak bisa habis malah, awet" ucap Langit.

Kara yang mulai paham apa yang di bahas Langit reflek menampar pelan lengan Langit.

"Stt aduh sakit sayang" ucap Langit bohong padahal tamparan dari Kara tidak ada apa apanya bagi dirinya.

"Makanya gak usah mesum!"

"Iya iya gak"

"Ice cream nya jadi gak nih?" tanya Langit.

"Gak jadi!!" ketus Kara.

"Terus kamu mau apa sayang?"

"Spaghetti, aku mau spaghetti"

"Sekarang?" tanya Langit.

"Gak! Tahun depan!!"

"Ya udah kalau gitu"

Melihat kekasihnya si Kara yang diam dengan wajah kesalnya membuat Langit terkekeh gemas. Cute batinnya.

"Iya kita kesana sekarang, sabar dulu ya sayang" ucap Langit.

Ibuku Adalah Pacarku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang