PM. 03

270 27 4
                                    

HI! ASSALAMUALAIKUM!

Maaf baru update, awokawok.

Happy reading!

.
.
.


Mata Arsyi sedari tadi masih sibuk mengawasi gerak-gerik Ameena. Setelah pulang dari rumah Willy tadi Ameena terlihat berbeda. Adiknya itu seperti tengah gelisah akan sesuatu.

Arsyi menghela napas, daripada ia penasaran, lebih baik dirinya bertanya saja.

"Ameena, mereka bilang apa ke kamu?" Ameena menatap Arsyi, bibir gadis itu tersenyum.

"Semua ini terjadi karena Daddy." kening Arsyi langsung mengerut. Ia tidak mengerti apa maksud dari perkataan Ameena.

"Kakak, ternyata Daddy sengaja memisahkan kami agar Daddy mengetahui seberapa besar perjuangan Ariel untuk bisa kembali bersama ku. Tapi, ternyata Ariel gagal dalam ujian itu." baiklah. Arsyi mulai bisa mengerti apa yang terjadi sekarang. Rumah tangga adiknya menjadi seperti ini karena Tuan Reynand. Ayah dari Ameena sendiri.

"Ameena, sekarang kamu mau bagaimana?" Ameena menggelang.

"Ameena, apapun keputusan kamu, kakak akan mendukungnya. Tapi, sebelum mengambil keputusan, jangan lupa untuk melibatkan Allah." Ameena langsung tersenyum mendengar nasehat dari Arsyi.

"Kamu masih mau duduk disini? Kakak ada jadwal ke RS hari ini."

Arsyi mulai berdiri dari duduknya, diikuti Ameena. Mereka berada di halaman bermain anak-anak panti. Arsyi awalnya memang sudah ingin berangkat dari tadi. Tetapi niatnya urung ketika melihat sang adik sibuk melamun di bawah pohon mangga ini.

"Kakak hati-hati. Ohya, bang Willy orangnya baik kok, kakak jangan ketus-ketus gitu. Nanti jadi jodoh." Arsyi hanya tersenyum geli menanggapi. Setelah pembicaraan yang menurutnya cukup serius bersama Willy beberapa waktu yang lalu, ia jadi malas untuk bertemu dengan dokter tersebut.

"Kakak pergi dulu, assalamualaikum."

Setelah salamnya mendapat jawaban dari Ameena, Arsyi langsung berlari kecil menuju motornya. Ia mulai melajukan kuda besinya itu dengan kecepatan sedang.

Arsyi tersenyum saat memasuki area rumah sakit. Gadis itu langsung memarkirkan motornya dengan rapi. Keningnya mengernyit ketika samar-samar mendengar pertengkaran dua orang. Dan sangat jelas bahwa itu suara laki-laki dan perempuan.

Ia menatap dua orang tersebut, sang pria nampak sedang memaki si wanita. Entah kenapa mereka bertengkar seperti itu, sepertinya mereka pasangan.

"Gara-gara kamu gak becus jaga anak, kayla jadi koma!"

"Kamu cuma bisa memerintah Ran! Aku tau di belakang ku kamu bermain wanita! Dan setelah kejadian ini, kamu masih tetap ingin menyalahkan aku?"

Arsyi mundur beberapa langkah saat mendengar pertengkaran itu. Kilasan masalalu tiba-tiba berputar diotaknya. Arsyi menunduk, kakinya tiba-tiba terasa berat ingin meninggalkan tempat itu.

"Ini salah kamu! Gara-gara kamu gak becus mendidik anak, Arsyi jadi melawan dengan orang tua!"

Plak!

"Nggak!" Arsyi menggeleng pelan. Teriakannya bahkan membuat dua orang pasangan tadi berhenti bertengkar dan memfokuskan diri ke arahnya.

"Bukan salah Umi! Kamu yang terlalu berengsek buat Umi!" Arsyi kembali berteriak. Tangan gadis itu menutupi kepalanya. Ia berjongkok, keringat yang ada dikeningnya semakin banyak.

"Dia kenapa?" beberapa orang yang lewat di sekitar situ merasa kebingungan dengan sikap Arsyi.

"Berani banget dia mukul Umi...." Arsyi bergumam. Napasnya naik turun.

Perfect Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang