Dia.

1 0 0
                                    

Saat aku di depan pintu kelas tersebut, aku melacak keberadaannya, zonk.
Tidak ada.

"Yasudahlah, mungkin dia ga sekolah"
Pikirku, betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa si botol yakult tersebut sedang berdiri di depanku.
Jujur, ga kaget sih.

"Oh."
Gumamku ketika hampir menabraknya.

"Maaf."
Kataku melewatinya.

Setelah pertemuan yang singkat itu, akupun langsung berjalan ke arah ruang guru.
Jujur waktu itu salting banget, tapi kita kan anak cool.

"Halo, Pak"
Salamku sebelum memasuki ruang guru.

"Ah, Dewi, kemari."
Ucap Pak Hilmi, menginstruksikan kepadaku untuk mendekatinya.

"Ada apa, Pak?"

"Gapapa"

"Apasih."
Pikirku.
Sebenarnya, Pak Hilmi ini menyeramkan, mukanya itu, rupa-rupa pedo di anime gitu.

"Jadi untuk apa bapak manggil saya kesini"
Tanyaku sekali lagi.

"Bapak mau minta tolong nih,"
Ucapnya dengan suara cempreng khasnya, yang jujur sangat mengganggu ku, ingin sekali ku tebas lehernya bapak satu ini.
Tapi sayang sekali dia guru.

"Kan bulan depan ada acara murid, dan kita di suruh mengambil video saat pembelajaran, kamu jadi videografer ya"
Lanjutnya.

"Siap, Pak. Tapi traktir saya sebulan"

"Iya, deh. Yang penting ga melebihi seribu"

Aku tersenyum kecut mendengarnya.

"Terserah Pak Hilmi sudah"
Ucapku sebelum pergi ke kelas untuk mengambil Hp ku.
Jangan salah, aku juga termasuk orang kaya di kelasku.
Iya, Kaya.
Kaya monyet.

Hp Ku, Bibo Y12, termasuk keluaran terbaru saat itu.
Setelah mengambilnya, aku pun naik lagi ke lantai 3.

"Lita."
Ucapku di lantai 3.

Terlihat badan Lita sudah mulai bergetar, padahal aku belum ngomong apa apa.

"Lita."
Ucapku lagi, mendekati sesosok Lita.

"Apa sih? Feeling ku ga baik nih."
Jawabnya.

"Minta hotspot."

"Ga ga, ngemis di orang lain sana."

"Ih gamau."

"Tuh minta di Lavi."

"Lavi galak."

"Sejak kapan?"

"Sejak sekarang."

Aku tersenyum dengan Wajah Tanpa Dosa, atau disingkat WaTaDos. Sedangkan Lita memamparkan wajah Look of Dissapointment.
Kecewa banget kayaknya kakak yang satu ini.

"Oh iya, lupa lit."
Ucapku lagi, mengingat bahwa aku datang kesini hanya dengan satu tujuan.

"Apaan?"

"Belum jitak"
Lanjutku, memasang senyuman selebar mungkin, kalo kata Lita, mirip pedofil.

"Anak anj-"
Sebelum Lita bisa menyelesaikan kalimat family friendly nya, seseorang menghampiri meja Lita.
Sesosok dengan bahu yang melebar sejagad raya, dan dengan tinggi nya yang sampai angkasa- engga sih, gajuga.
Tapi aku ingetnya begitu.
Kalo aku dibandingin sama manusia ini, seperti rumah 1 lantai dengan burj khalifa.
Bukan aku yang pendek- maksudku, aku memang pendek sih, tapi-
Dianya yang ketinggian.

"Ramah banget ya, kak."
Ucapnya.

"Iya nih, Lita."
Balasku, Aku melihat Lita hanya memutar bola matanya, eh gimana sih? Bisa dibilang side eye, karena aku males jelasin.

"Kamu juga, ngapain disini? Bukannya dipanggil sama Pak Hilmi?"
Tanyanya kepadaku.

"Maaf kak, tapi.."
Aku menjatuhkan diriku, sengaja.
Mau mulai drama ceritanya.

"Aku kesini mau minta sumbangan kak, udah lama ga nonton video mukbang, minta hotspotnya kak."
Aku menggerakkan jariku ke bawah mata kanan, anggep saja itu air mata.

"Apaan sih?"
Tanyanya lagi, sebelum tertawa.

"Nih, gw hotspotin"
Ucapnya.

"Yey"

Oh iya, Manusia yang macam apartemen ini, namanya Lavi.
Dia ketua kelas di kelas ini, aku lupa kelas apa namanya.
Dan aku pun heran, kenapa dia ketua kelas? Apakah karena dia baik?
Oh bukan.
Dia kaya soalnya.

Setelah mendapat hotspot, dan membawa Hp Lavi (Biar tetep dapet hotspot, hehe), aku pun kembali ke ruang guru, dan mengikuti Pak Hilmi dalam pembelajarannya.
Sekarang, adalah jadwal Pak Hilmi untuk mengajar kelas IPA-2 Kelas 10.
(Maaf aku gatau cara nulis kelas kelas di SMA, Aku masih dibawah SMA soalnya, hehe -Author)

Aku pun mengikuti Pak Hilmi, Oh Iya, kalau ada yang khawatir soal pelajaranku, nanti aku ada bimbingan tambahan dari guru-guru. Bisa dibilang aku dapat dispensasi.

Dikelas Ini, aku ga kenal siapa siapa, kecuali 1 orang.
Aku lupa namanya, nanti dah kucari.

"Oke gais, get ready, set, go! Eh salah."
Gumamku sambil memeriksa kamera Hpku.

"Apa sih ini, kok ngeblur"
Gumamku, geram dengan Hp Jahannam ini.

"Ee kak Dewi, perlu dibantu?"
Terdengar suara seorang lelaki, kalo dari suaranya sih, agak berat tapi gak berat berat amat, ngerti ga sih? Begitu dah.

Ketika aku melihat ke arahnya, mataku berbinar.
Inilah orang yang kucari, tapi aku lupa namanya, eh biarkan sudah.

"Boleh ya? Gratis tapi."
Ucapku, bercanda.

"Minimal 5rb lah"
Balasnya.

"Idih."

"Iya deh, kak."
Katanya sebelum mulai memperbaiki Hpku, sebenarnya bukan diperbaiki sih, cuma di lap doang.
Ini antara aku yang bodoh atau buta, tapi aku ga dua duanya, jadinya ini salah Hp.

"Ohh oke makasih"
Ucapku sebelum kembali merekam, mungkin tangan nya ajaib kali ya? Kok jadi majestik gini kamera Hpku.

°°°



Aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang