Jena mendesah pasrah saat Mikael marah padanya dqn berusaha membujuk sekuat tenaga tapi Mikael tetap tak mau bicara padanya dan tampak sibuk menghindar, kemarahan Mikael bermula dari Jena yang sibuk mengurus salah satu anak panti yang sakit.
Ibu Sera sedang tak ada di panti karena menghadiri acara bakti sosial, dan karena Jena yang paling dewasa- bukan dalam artian umur, ibu Sera mempercayakan Uno padanya.
Mikael yang merasa tidak dipedulikan marah dan berujung mendiaminya.
Yang Jena khawatirkan ialah Mikael belum makan sejak pagi, biasanya anak itu akan terus menempel padanya Jena jadi khawatir Mikael jatuh sakit juga.
Dan kekhawatiran Jena pun menjadi kenyataan, Mikael demam!
Dengan telaten Jena mengompres kening Mikael dengan air hangat, Mikael tampak merintih dalam tidurnya. "El, kau membuat ku khawatir."
Badan Mikael panas Jena berteriak histeris kala melihat Mikael yang mengejang, "El? El?! Mikael!"
Tangisnya runtuh didekapnya erat tubuh Mikael, "maaf El maaf karena sudah membuat mu begini."
Jena menyalahkan dirinya jika saja ia tak terlalu fokus pada Uno dan mengabaikan Mikael mungkin anak itu kini tengah bermain bersamanya, bukan malah terbaring sakit.
Kejang-kejang Mikael sudah reda tapi Jena belum melepaskan pelukannya yang ada Jena ikut berbaring sambil memeluk Mikael, "maafkan aku El... aku menyayangi mu."
Satu kecupan lembut mendarat pada kening berkeringat milik Mikael, Jena yang merasa kelelahan pun berakhir tertidur di samping Mikael yang masih demam.
"Ugh..." pusing di rasa Mikael saat dirinya baru saja terbangun.
"Jena?" Suaranya serak parau, tenggorokan nya begitu sakit dan kering. Mata sayunya mulai terbuka sempurna dan cukup terkejut saat mendapati Jena memeluk dirinya dan tertidur di sana.
Tangan kecilnya terangkat naik, "kau mengabaikan ku sekali Jena dan aku tidak menyukainya."
"Kau tidak boleh mengabaikan ku, kau tidak boleh peduli pada orang lain selain aku, aku akan membencinya! Tapi, aku juga menyukai dirimu yang menangis karena ku, Jena." Tubuh kecil lemah Mikael meringsek semakin masuk ke dalam pelukan Jena.
***
"El, kau masih marah pada ku?"
Jena duduk di depan Mikael, "maaf.. maafkan aku karena mengabaikan mu El."
Mikael mendekat dan melingkarkan tangannya di leher Jena, "aku memaafkan mu Jena. Tapi tidak untuk lain kali, aku sangat tidak menyukai mu yang mengabaikan ku."
"Hu'um aku tidak akan mengulangi nya lagi," Jena menatap Mikael dengan senyuman. "Dan untuk mu El, jangan pernah sakit lagi."
"Jena," panggil Mikael
"Ya?"
"Aku lapar."
Jena menepuk keningnya, "aku lupa El. Tunggu ya aku akan membawakan mu sarapan." Setelah itu Jena pergi dari kamar dan kembali membawa sarapan untuk Mikael.
Setelah sarapan Mikael kembali tertidur Jena dengan hati-hati keluar dari kamar agar tidak mengganggu tidur anak itu. Bertepatan dengan itu ibu Sera menghampirinya.
"Jena, kemari lah nak."
Jena yang di panggil mendekat dan duduk di samping ibu Sera, "ada apa bu?"
"Ibu perhatikan akhir-akhir ini kamu sangat dekat dengan Mikael," ungkap ibu Sera sambil mengusap rambut panjang Jena.
"Kenapa ibu tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah ibu tak menyukai kedekatan ku dengan El?"
Ibu Sera menggeleng pelan, "bukan begitu sayang... maksud ibu anak-anak panti yang lain sepertinya merindukan mu. Sejak kamu bersama dengan Mikael kamu sangat jarang bermain bersama mereka."
Jena tak bodoh untuk tidak menyadari nya, memang sejak ia dekat dengan Mikael tanpa Jena sadari ia menjauh dari orang-orang panti. "Maaf ibu, Jena minta maaf."
"Bukan salah mu, kemari perhatikan ibu nak."
Jena menatap ibu Sera, "ibu paham dan mengerti jika ibu perhatikan lagi Mikael hanya ingin bersama mu, dia tidak ingin dekat dengan yang lain bahkan ibu sendiri. Tapi coba pelan-pelan kamu bicara dengannya dia harus mau berbaur dengan anak-anak yang lain."
Ini dia masalah utamanya, Mikael akhir-akhir sangat sensitive jika ia dekat dengan yang lain dan berakhir mengabaikan nya- padahal itu cuman perasaan Mikael saja, "akan Jena usahakan untuk membujuk El bu, terima kasih."
Ibu Sera memeluk Jena sayang, "terima kasih kembali sayang."
***
"Tidak!"
Matanya memicing tajam seraya berpaling tak suka dengan tangan bersidekap dada.
"El-"
"Aku bilang tidak ya tidak!"
"El!" Jena membentak Mikael, "dengarkan aku."
Tangan Jena di tepis dan hal itu membuatnya menghela napas ternyata keras kepala seorang anak kecil lebih menguras tenaga. "Kau tidak bisa hidup sendirian El, kau tak akan bisa!"
"Aku bisa jika itu dengan mu!"
Masing-masing dari mereka tak mau kalah menaikkan nada suaranya. "Aku tidak bisa selalu bersama mu suatu saat nanti El, entah itu kau lebih dulu yang meninggalkan ku atau aku. Nanti-"
"Tidak! Kau tidak boleh meninggalkan ku Jena."
Jena menggeleng frustasi bagaimana Jena akan mengatakannya jika nantinya malah Mikael yang akan lebih dulu pergi darinya, "maaf El aku tidak bisa berjanji selalu bersama mu."
Mikael marah, "tidak akan Jena.. tidak akan pernah!!"
Jena menutup kedua matanya mencoba meredam emosinya, "lalu... bagaimana jika kau yang meninggalkan ku duluan El?"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unhealing Wound [Hiatus]
Romance[Transmigrasi] Mikael, gambaran sempurna tokoh utama dalam novel romansa penuh drama. Siapa sangka sosoknya juga digambarkan merupakan sumber kemalangan tokoh utama wanita, obsesi gila Mikael menjerat dan mengekang batas dengan dunia luar, mulut man...