"Oh? Hai."
Jena membalas sapaan Elias dengan senyuman.
"Membuang sampah?"
"Hu'um, kau sendiri?"
"Mencari makan," ujarnya.
Di dalam lift Elias terlihat sibuk dengan ponselnya dan Jena tak ada keinginan untuk membuka topik pembicaraan.
"Aish sialan!" Elias menoleh ke arah Jena merasa tak enak karena baru saja mengumpat, "maafkan aku."
"Ada apa?"
"Teman ku tiba-tiba membatalkan janjinya, sepertinya hari ini aku akan makan mie instan lagi."
Lift berdenting dan mereka keluar Jena sedikit berpikir sebelum memanggil Elias, "jika kau berkenan mau makan di tempat ku?"
Elias tampak terkejut lantas dia tersenyum lebar, "baiklah!"
Bunyi pin apartment di tekan dan saat pintu terbuka Jena segera mempersilahkan Elias masuk, "maaf jika berantakan."
Elias mengangguk samar, 'berantakan?' Dia melihat sekeliling apanya yang berantakan. Apartemen milik Jena jauh lebih rapih dibandingkan dengan miliknya, jika berantakan serapih ini apa kata tempatnya?
"Aku memasak banyak, duduklah dan semoga kau menyukai makanannya."
Elias tak mau sok gengsi dengan menolak, dia duduk dan mengambil nasi serta lauk tanpa sungkan. Saat satu suapan masuk ke dalam mulutnya matanya tiba-tiba melebar, "ini lezat!"
Jena terkekeh, "makanlah yang banyak."
Dua piring tandas dengan porsi kuli, Elias memegang perutnya yang kekenyangan. "Terima kasih makanan mu, aku sungguh kenyang malam ini sepertinya tidak masalah jika tak makan selama satu minggu pun."
"Ada-ada saja kamu ini."
Setelah beristirahat sejenak Elias ikut membantu bersih-bersih tak mungkin Elias hanya numpang makan tanpa bersih-bersih, tak tau diri itu namanya.
"Jena, sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas makanannya."
"Tidak masalah," ucap Jena.
Elias melambai, "sampai ketemu lagi Jena."
Tanpa menjawab Jena menutup pintu apartmen dan berniat untuk menonton televisi, baru beberapa langkah pintu itu kembali terbuka, "El? Selamat datang."
Mikael datang dengan wajah lelahnya yang sangat kentara terlihat, Jena pun mendekat lalu merentangkan tangannya dan segera disambut baik oleh Mikael.
"Kau sudah bekerja keras hari ini, kerja bagus El kerja bagus." Menepuk punggung tegap itu pelan.
Mikael merasa sangat beruntung memiliki Jena, inilah hal yang selalu Mikael harapkan. Ucapan selamat datang ditambah pelukan hangat dan kalimat penyemangat.
"Aku lelah Jena~."
"Mau makan? Aku akan menghangatkan lauknya untuk mu."
Mikael mengangguk pelan dan membiarkan Jena menariknya menuju meja makan, dilepaskan jas nya dan diletakkan pada gantungan baju. Mikael kemudian membuka beberapa kancing kemejanya lalu menggulung lengan sebatas siku.
Jena terlihat sibuk memanaskan lauk dengan microwave dan sedikit membuat olahan pelengkap lain, lalu matanya tak sengaja melihat bekas piring makan di rak dekat wastafel yang terlihat ganjil di matanya.
Matanya berubah dingin dengan ekspresi kelam, dia bangkit dan berjalan mendekat ke arah Jena.
"Selesai," puas melihat masakannya sudah matang, niat ingin meletakkan piring di meja makan seketika urung saat tubuhnya terkurung tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unhealing Wound [Hiatus]
Romansa[Transmigrasi] Mikael, gambaran sempurna tokoh utama dalam novel romansa penuh drama. Siapa sangka sosoknya juga digambarkan merupakan sumber kemalangan tokoh utama wanita, obsesi gila Mikael menjerat dan mengekang batas dengan dunia luar, mulut man...